Wednesday, September 2, 2015

Setelah Sekian Lama

Apa yang terjadi saat sekumpulan orang bertemu dan saling berbicara tentang kisah di masa lalu? Bukan, bukan konvensi sejarawan. Ini lebih menarik.

Reuni.

Sebenarnya reuni sekolah sejak jaman dahulu isinya sama – sama aja.
Dalam setiap reuni selalu ada kisah tentang betapa bodoh dan bandelnya kita. Disertai dengan nostalgia – nostalgia konyol. Cerita tentang pengalaman bolos, ketauan mencontek, pokoknya yang lucu – lucu. Ditambah lagi kisah cinta – cintaan jaman dulu. Cinta monyet kalau orang bilang.

Tapi reuni kali ini jauh berbeda.

Karena kali ini ada Gina.

Gina yang dulu, jauh berbeda dengan Gina yang sekarang. Gina yang dulu tidak pintar dandan. Gina yang dulu orangnya pendiam sekali. Bahkan ada gosip kalau Gina hanya berbicara 30 kalimat setiap hari. Gina yang dulu tidak punya daya tarik. Hanya gadis biasa saja. Tidak menonjol dibanding Tia, Hera, atau Fanny.

Aku jadi ingat kalau dahulu sempat ada gosip kalau Gina menyukaiku. Memang kalau diingat – ingat dia dulu selalu malu kalau berpas – pasan denganku di lorong sekolah. Gina juga selalu membantuku mengerjakan PR. Gina juga yang sering mengingatkan aku untuk rajin latihan basket. Hmmmm…..

Gina yang sekarang, berbeda sekali. Gina yang sekarang rame. Tidak malu – malu. Bahkan saat aku baru datang, dia memanggilku untuk duduk disebelahnya. Aku nurut saja sambil bertanya – tanya, “Ini orang siapa sih? Kok kaya kenal….” Gina tumbuh jadi wanita yang manis. Dia juga ramah dan memiliki selera humor yang baik.

Hanya ada 1 hal saja yang tetap sama.

Wajah Gina yang selalu malu – malu saat melihat ku. Aku bukan GR, tapi aku memperhatikan dari bahasa tubuhnya saat berbicara denganku. Rona wajahnya sedikit memerah, serta tatap matanya yang teduh saat melihatku, berbeda dengan saat ia berbicara dengan teman – teman yang lain. Aku jadi salah tingkah sendiri.

Walau duduk bersebelahan, aku dan Gina tidak berbicara banyak. Ia hanya memuji rambut panjangku, “Kamu keliatan dewasa dibanding kamu yang dulu”, ujarnya. Jelas saja, soalnya dulu rambutku botak seperti anak tuyul. Aku sempat bertanya pada Gina, “Sekarang lagi sibuk apa Gin?”, dia hanya menjawab, “Menunggu”, sambil tersenyum penuh misteri.

Entah itu maksudnya apa. Aku tak pernah mengerti isi hati wanita.
Aku ada di tengah gelak tawa dan keseruan reuni itu, tapi entah mengapa aku hanya memikirkan Gina. Tapi aku tidak bisa berbuat apa – apa karena Gina juga tidak berkata apa – apa. Aku  bingung.

1 jam berlalu.
2 jam berlalu.
3 jam berlalu.
4 jam berlalu.
Reuni akhirnya usai.

Satu per satu teman – temanku pulang. Kini tinggal aku berdua saja dengan Gina. Kikuk dan aneh.
15 menit bersama Gina, terasa lama sekali. Aku tidak tahu harus berkata apa.
Sampai akhirnya Gina pulang.

Tinggal aku sendiri.

Kulihat jam dinding, ternyata sudah jam 9 malam.
Akhirnya aku memutuskan pulang dari situ. Ketika aku ingin berdiri, secarik kertas jatuh dari kantung celana ku. Ada tulisan di kertas itu. “Setiap bertemu denganmu, aku akan jatuh cinta sampai berapa kalipun”, disertai dengan inisial GN.
Aku kaget. Kaget sekali malah. Seperti tersambar 300 petir.

Beribu tanya berlarian di pikiranku. Pikiranku kemana – mana. Aku hanya terdiam mematung di tempat dudukku.

15 menit
25 menit
30 menit

Sampai akhirnya ada panggilan masuk di handphone.
Aku angkat HP ku.
“Iya mah. Papah udah mau pulang nih. Udah selesai reuniannya. 1 jam lagi aku sampe rumah. Kamu siapin teh manis anget yah kayak biasa”.
Aku menuju parkiran dan langsung pergi dari tempat itu.

Reuni kali ini, sungguh berbeda.





No comments:

Post a Comment