Friday, November 30, 2012

Persembahan bagi Orang Terpenting dalam Hidup


Lihatlah sosok itu.
Ramah dan menenangkan.
Walau bumi terbelah menjadi 4 bagian.
Dia akan tetap berdiri menjaga apa yang paling dicintainya.

Tataplah matanya.
Penuh cinta. Penuh kasih.
Cinta yang lembut namun tidak melenakan.
Kasih yang tenteram namun tidak menjerumuskan.
Bukti nyata, bahwa surga pun bisa ditemukan di dunia.

Dengarkan ia bicara.
Kau akan mengerti isi semesta raya.
Kehangatan kata yang membuatku lebih dewasa.
Kebijaksanaan yang meluluhkan ego.
Pedoman bagiku untuk melangkah, menjadi manusia seutuhnya.

Rasakan belaiannya.
Menjagaku dari resah hidup.
Memberi kedamaian bagi jiwa yang kalut.
Keberadaannya mencerahkan hari.
Memenuhi semangatku dengan keinginan untuk membuatnya bangga.

Telusuri hatinya.
Disitu aku temukan murninya rasa.
Belajar tentang indahnya berbagi.
Mengerti tentang makna kekuatan dan kesabaran.
Kemuliaan hati dari seorang hawa.

Hari ini, 56 tahun yang lalu, ruh-nya dihembuskan.
Saat ia tercipta, Tuhan pun tersenyum.
Karena ciptaannya akan menjadi seorang yang membawa banyak arti.
Tuhan tak pernah salah.

CiptaanNya kini menjadi yang paling penting di hidupku.
Sebuah cahaya yang paling terang.
Yang menjadi pelita untuk menuntun jalanku.
Sebuah anugerah terindah yang dititipkan Semesta padaku.
Yang kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku.

Aku berdoa, agar Tuhan memberinya umur panjang dan kesehatan.
Serta kehidupan yang bahagia, mulia dunia akherat.
Selamat ulang tahun, Mamah.


Monday, November 26, 2012

Bapak

Bapak.

Banyak yang saya ingat tentang sosok Bapak.
Satu yang paling saya ingat adalah kesederhanaannya.
Bapak tak suka menghamburkan uang dengan sia-sia. 
Karena Bapak tahu betapa sulit mencari uang untuk menghidupi keluarga.
Bapak jarang membeli barang mewah, membawa kami plesiran ke luar negeri, atau gonta-ganti HP, bukannya tak mampu, tapi semua untuk menanamkan kebiasaan hemat dalam diri anak-anaknya.
Bapak mengajari hidup lurus dan selalu mengingatkan keutamaan beribadah. 
Bapak seringkali menekankan bahwa agama adalah kunci kebahagiaan dunia dan akherat. 
Suatu ajaran yang berguna bagi kami untuk bekal menjalani sisa hidup.

Bapak bukan sosok yang suka meminta banyak.
Untuk menyenangkan Bapak, tak perlu dengan barang mewah, baju mahal, atau gadget paling mutakhir.
Bapak hanya perlu ditemani mengobrol, duduk di kursi untuk membicarakan banyak hal.
Kalau ngobrol sama Bapak, bisa semalam suntuk, ditemani rokok dan segelas kopi. 
Bahasannya pun macam-macam.

Bapak juga suka nonton bola.
Hampir setiap hari saya di SMS Bapak, menanyakan: “Dul, hari ini ada bola apa? Jam berapa?”
Dan sesampainya di rumah, Bapak lagi anteng di depan TV, nonton bola.
Seringkali Bapak melambaikan tangannya, sambil berkata, “Duduk sini, nonton sama Bapak”
Namun karena lelah seharian bekerja, saya seringkali menolak dan langsung masuk kamar.
Jika waktu bisa diulang, takkan pernah sekalipun saya tolak ajakan Bapak untuk menemaninya ngobrol dan nonton bola.
Sesal saya  tak bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk Bapak.

Perjuangan Bapak melawan penyakit diabetesnya adalah sebuah hal yang bisa menjadi inspirasi bagi yang ditinggalkan.
Diabetes yang diderita sejak 2004 tidak menyurutkan semangat hidup. Bagi Bapak penyakit sudah menjadi sahabatnya.
Namun, ada satu hal yang ditakuti Bapak. Itu adalah tindakan amputasi akibat luka kaki seperti keputusan dokter tahun 2008.                      
Dalam doanya, Bapak memohon,"Ya Allah, kembalikan hambaMu dengan  tubuh yang utuh  seperti saat  dilahirkan di dunia ini". Maka kami sekeluarga mantap untuk merawat luka Bapak, tanpa amputasi.

Saya masih ingat betapa sulitnya Bapak melewati hari-harinya dengan luka tersebut. Luka yang membuat Bapak sulit berjalan dan terbatas aktivitasnya. Meski begitu, Bapak tetap melakukan aktivitasnya dengan baik. Bapak tetap mengurus keperluan rumah, meluangkan waktu untuk bermain dengan cucu-cucunya, atau merawat tanaman yang ada di halaman. Selain ngobrol dan nonton bola, Bapak juga senang bercocok tanam. “Kalo rumah adem kan enak”, kata Bapak suatu hari.

Selama dirawat di rumah sakit, Bapak tabah dan optimis.
Menghadapi segala cobaan yang diterimanya, tanpa banyak mengeluh.
Di kamar rumah sakit, diatas tempat tidur, saya melihat kekuatan sejati dari seorang Bapak.
Walau didera rasa sakit yang hebat, Bapak tak sekalipun mau menyerah.
Ditemani dzikir dan doa yang tak pernah absen dari bibir, Bapak mengikhlaskan semuanya.
Allah memberikan kesempatan untuk saya menyaksikan perjuangan Bapak, membuat saya bertekad untuk jadi orang hebat kelak.

Suatu malam, terjadi percakapan singkat dengan permohonan Bapak yang terasa berat untuk dipenuhi, yaitu meminta melepas ikhlas kepergiannya.                                
Makin terasa sesak didada, saat tangan saya dan Mamah saling bertumpuk dalam genggaman, diiringi dengan ucapan Bapak yang lirih, "Kalau Bapak pergi, kamu udah ikhlas kan? Kita sepakat ya. Kalian udah ikhlas”.

Saatnya pun tiba. Di sepertiga malam, 2 November 2012 dini hari pukul 03:15, Bapak pergi. Pada akhirnya Allah memenuhi doa Bapak, meninggal di hari Jumat dan kembali kepadaNya dengan tubuh yang utuh. Kini, Bapak sudah menuntaskan waktunya dan kembali pada Yang Memiliki Hidup.

 Dengan hati yang lapang dan jiwa yang ikhlas,
kami antarkan Bapak memenuhi takdir Sang Khaliq.
Berbekal doa dan harapan akan kemuliaan Bapak di sisi Allah SWT.
Tak ada ragu dan kesedihan yang berlarut.
Karena Bapak telah menjalankan hidupnya sebagai  manusia, suami, orang tua, kakak, dan teman, dengan baik dan terhormat.



Monday, October 22, 2012

Saat Malam tak hanya Gelap

Dalam gelap, biasanya manusia akan tersesat.
Tapi tidak malam ini. 
Kegelapan malah menuntunnya menuju sebuah pelita yang tak ada habisnya.

Sambil melihat dua orang yang sedang berbaring pulas.
Dua orang yang paling penting dalam hidupnya.

Wajah laki-laki tua yang tenang dalam lelapnya. 
Tak lagi tersiksa dengan sakit yang sering mendera.
Serta wajah perempuan yang lega, lepas dari lelah setelah seharian menjaga.

Air mata menetes, lalu ia berjanji pada dirinya,
bahwa ia akan selalu berusaha membahagiakan dan takkan pernah mengecewakan mereka lagi.

Tuesday, October 2, 2012

Kelam

Bulan telah tiba, malam sebentar lagi dimulai.
Kesunyian dan kegelapan akan mengisi setiap detik.
Di sebuah ruang kosong penuh debu.
Beberapa raga tersaji di atas meja.

Berbagai senjata telah disiapkan.
Wajah para algojo kini berubah, tak terbaca.
Manusia tak berdosa dituduh bersalah.
Mereka dihabisi tanpa tau apa-apa.

Phobia akan suatu paham telah menghantui negeri ini.
Persetan dengan kemanusiaan dan rasa iba.
Semua disikat dengan dalih lindungi negeri.
Asumsi bodoh yang digunakan sekumpulan penguasa.

Ketika rakyat hanya jadi boneka penguasa yang kejam.
Darah-darah dari jiwa yang lemah tanpa kuasa,
bercucuran percuma, tak punya arti.
Hanya jadi pemenuhan birahi akan kekuasaan tertinggi.

Kalau sudah begitu apa yang bisa dilakukan?
Misteri ini terlalu gelap, terlalu samar dan dalam.
Siapa-siapa yang bertanggungjawab mungkin sudah menghilang selamanya.
Yang tersisa hanya kabut dingin dan mencekam, kebenaran yang belum tersentuh.

Apa yang terjadi dan siapa yang bertanggungjawab?
Misteri-misteri penting yang seharusnya segera dibuka.
Demi ratusan ribu jasad yang bersemayam di tanah ankara.

Mungkin kebenaran tak ada artinya bagi mereka yang sudah tiada.
Namun, itu akan sangat berguna untuk orang-orang di masa ini dan di masa depan.
Generasi selanjutnya harus tahu kebenaran, harus tahu sejarah bangsanya.
Karena bangsa yang tak tahu dari mana ia berasal, takkan tahu kemana ia akan melangkah.




Friday, September 28, 2012

Magis dalam Sebuah Permainan

Ada 2 hal dalam hidup yang paling banyak menyita waktu saya. Hal pertama adalah membaca, menonton, dan membicarakan sepakbola. Yang kedua adalah bermain sepakbola.

Jika ditanya mana yang lebih menarik? Jawabannya adalah hal yang ke-dua.

Saya memang tak pernah bisa menjadi atlet sepakbola profesional. Tapi saya selalu menikmati bermain sepakbola.

Kelas 1 SD. Pertama kali saya bermain sepakbola. Usai sekolah, saya pulang dengan jemputan. Saya yang saat itu paling kecil di mobil jemputan, nurut saja ketika teman-teman satu jemputan saya memutuskan untuk singgah sebentar di rumah Emir, salah satu orang yang juga anggota mobil jemputan tersebut. Setelah minum dan makan cemilan, mereka memutuskan untuk bermain sepakbola. 

Arenanya adalah sebuah halaman rumput di rumah Emir, sedangkan bolanya adalah bola tenis. Saya yang ketika itu sama sekali belum pernah main bola, nurut saja ketika disuruh jadi bek. Tugas saya ketika itu: berdiri di dekat kiper dan menendang bola yang datang ke arah saya. Saya sama sekali tak mengerti aturan, tak paham bagaimana bermain sepakbola, benar-benar cuma ikut-ikutan. Tapi ada saat dimana saya menendang bola tenis tadi, tak terlalu keras namun terarah, dan tiba-tiba orang-orang berteriak dan menghampiri saya. Ternyata, itu yang dinamakan gol dan saya yang mencetaknya. 

Sejak itu, sepakbola adalah sesuatu yang menarik buat saya.

Hampir seluruh sore masa kecil saya, saya habiskan dengan bermain sepakbola. 
Di sebuah gang di komplek, saya menendang bola bersama teman-teman. Saling bertukar operan, mengejar lawan, berbagi kesenangan, begitu bebas sampai lupa waktu. 
Saat itu, Adzan Maghrib adalah peluit akhir pertandingan. 
Seringkali saya pulang ke rumah dengan kaki bau got dan baju yang dekil. 

Di sekolah juga sama. Saat SMP dan SMA hampir tiap hari saya bermain sepakbola. Saat bel akhir berbunyi, secepat kilat saya menuju lapangan. Mengumpulkan beberapa teman dan mulai bermain. 

Umur bertambah, teman main bola berubah, tempatnya pun tak sama. 
Yang selalu sama adalah sensasi tak tergantikan di dalam diri saya, yang hanya timbul ketika bermain sepakbola. Sensasi ketika mampu menggocek lawan, ketika dengan sukses merebut bola, ketika mampu menghasilkan permainan yang indah dengan rekan 1 tim, atau ketika mampu menciptakan operan yang tak terduga.
Yang paling nikmat adalah ketika berhasil mencetak gol. Apalagi gol yang menentukan kemenangan tim. Perasaan meletup-letup itu takkan ada gantinya. Rasanya lebih nikmat daripada wisuda kelulusan.

Bermain sepakbola mengajarkan banyak hal. Respect adalah ketika menjabat tangan lawan sehabis bermain dan saling mengakui. Kerjasama adalah ketika semua anggota tim melakukan yang terbaik untuk kemenangan tim. Kebersamaan adalah ketika menikmati kemenangan bersama-sama, dan menangisi kekalahan, juga bersama-sama. 

Hal-hal seperti itulah yang tidak saya dapatkan pada olahraga lain seperti basket, badminton, atau balap karung. Sensasinya berbeda. Bermain sepakbola memiliki sensasi magis yang takkan pernah bisa disamai oleh olahraga apapun. 

Sepakbola adalah "agama" buat saya dan sebagian besar manusia di bumi ini. 
Dan seperti juga agama lain yang mewajibkan umatnya untuk melakukan ritual tertentu, pada sepakbola ritualnya adalah dengan memainkannya, entah di lapangan rumput berkelas internasional, lapangan futsal di tengah kota, gang-gang kecil dan sempit, atau tanah kosong tak berpenghuni, dimanapun!

Karena itu, ayo siapkan kaki, kumpulkan teman-teman dengan keinginan yang sama, cari tempat yang asik, dan mulailah bermain.
Selamat menendang, berlari-lari bebas, dan menikmati permainan terindah sejagat raya!











Sunday, September 9, 2012

Analisis Pola Penulisan Twit di Kalangan Pengguna Twitter di Indonesia

Selamat hari Minggu!
Di hari Minggu yang cerah ini saya akan membagi sedikit isi otak saya yang sudah dari tadi malam meminta untuk dituliskan di blog ini.

Oke, kali ini saya akan membahas suatu fenomena sebuah sosial media yang bernama Twitter.
Twitter adalah sebuah sosial media berbentuk micro blogging...... errgghh... untuk asal usul Twitter dan info-info tentang Twitter, gak usah dijelasin deh. Saya males nulisnya soalnya. Googling aja sendiri. Udah pada gede kan ya?

Oke, lanjut. Di Indonesia Twitter adalah media sosial yang cukup populer dengan pengguna sebanyak 29 juta orang. Indonesia juga menempati tempat ke-5 dalam urutan negara dengan pengguna Twitter terbanyak, dibawah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Inggris Raya. Pengguna Twitter di Indonesia juga salah satu yang paling cerewet. Jakarta adalah kota dengan kepadatan twit nomor 1 di dunia, Bandung ada di nomor 6.
Sudah terbukti bahwa orang Indonesia emang paling doyan ngomong.

Nah, setelah saya teliti dengan seksama, bekerjasama dengan "Badan Amanat Penelitian dan Pengembangan Twitter Indonesia Zuper Zekali" (BAPPTIZZ), saya menemukan pola-pola yang menarik dalam kebiasaan nge-twit para pengguna Twitter di Indonesia berdasarkan waktu nge-twit nya. Saya membaginya dalam 4 pola-waktu.

Untuk penjelasannya silahkan simak tulisan di bawah ini:

1. Waktu: pagi hari.
     Pola: motivasi-inspirasi.

Di pagi hari orang Indonesia akan ngetwit kalimat-kalimat bijak, motivasi, serta inspirasi. Hal ini dilakukan untuk menyemangati diri sendiri dalam rangka menyambut hari baru.
Contoh twit: "Mentari pagi bersinar memberi kehangatan dan semangat baru untuk menjalani hidup yang lebih baik. SEMANGAT!" atau "Berikan yang terbaik untuk orang-orang yang kau sayang, maka hari-harimu akan diiisi oleh cinta yang takkan surut. #semangatpagi"
Itu hanya salah dua contoh. Bahkan terkadang twit-twit kalimat bijak, motivasi, serta inspirasi di pagi hari lebih mirip iklan layanan masyarakat atau malah kutipan-kutipan dangkal di buku tulis KIKI.

2. Waktu: siang hari
     Pola: pamer makan siang

Siang hari. Waktunya pamer makan siang. Makan dimana, makan apa, sama siapa. Pokoknya harus eksis! Biasanya kalo makan siang Twitternya di sambungkan dengan media sosial lain seperti Instagram, 4Square, Friendster, Live Connector, dll.
Contoh twit: "Im at Warteg Bahari Teguh. Oncom disini enak banget lho aseli." atau "Makan siang di Pecel Lele Mbok Duloh. Lelenya gede, sambelnya mantap, sedotan teh manisnya warna-warni, aer kobokannya manis, mas-masnya macho. Very very very recommended guys!"

3. Waktu: sore hari
    Pola: ngeluh macet

Tiba saatnya untuk pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Niatnya pengen buru-buru sampe rumah, tapi apa daya, macet menyergap dimana-mana. Nah, dengan kondisi yang kayak gini biasanya pengguna Twitter mengisi waktu di tengah kemacetan dengan ngeluh, ngeluh, dan ngeluh betapa macetnya jalanan yang mereka lalui.
Contoh twit: "Duh jalanan macet gak abis-abis! Capek tau ahelah!!!" atau "Pulang kantor jam 5 sore, waktu yang mestinya cuma 25 menit ke rumah jadi 17 jam gini! Kapok ah punya rumah di Pantura! Hufffttttttttt!!"

4. Waktu: malam hari
     Pola: Galau

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk menggalau. Dingin dan sendu. Mulai deh inget-inget mantan atau inget-inget mantannya mantan. Di Twitter, komoditas paling laku adalah komoditas JOMBLO. Beruntunglah bagi para Jomblo, kalian punya nilai jual yang tinggi. Twitter tanpa galau adalah Twitter yang tidak sempurna. Camkan itu.
Contoh twit: "Kamu tau rasanya jatoh dari pesawat? Tapi ini lebih sakit 3000x waktu aku liat kamu jatoh cinta sama orang lain" atau "I love you so much, but you only love Somad :("

Yak. Itulah hasil analisis saya yang bekerjasama dengan  "Badan Amanat Penelitian dan Pengembangan Twitter Indonesia Zuper Zekali" (BAPPTIZZ). Semua sudah diolah dengan software berteknologi tinggi yang memastikan hasil yang keluar adalah hasil yang sempurna.

Berakhir sudah kebersamaan kita. Saya sebagai pegawai kantoran yang kurang kerjaan di hari Minggu mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan dedikasi kalian untuk membaca postingan yang gak jelas ini.

Terus lah ngetwit dan buat Indonesia bangga pada bacotan-bacotan mu!




Monday, September 3, 2012

The Curious Case of Robin van Persie


Saya sedang menyusuri timeline Twitter saya ketika saya liat berita ini: “RvP signs 4 years contract with Man United”. Tentu saja saya senang dengan kabar tersebut. Sudah lama United tidak mendatangkan pemain kelas dunia dengan harga tinggi. Apalagi kali ini United mendatangkan top skor EPL musim lalu dengan 30 gol, siapa yang tidak senang? Well, kecuali fans Arsenal.

Robin van Persie, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Judas ke 5 bagi sebagian fans Arsenal, adalah striker no. 9 terbaik di Eropa. Musim lalu ia mencetak 30 gol + 14 asist dari 38 pertandingan, seringkali menyelamatkan Arsenal dari kekalahan, dan sukses bertransformasi dari predikat “striker jago namun sering cedera” menjadi “striker jago dengan gol-gol indah”. Kapten, penyelamat, striker terbaik. Musim 2011-2012 adalah musimnya RvP. Bahkan Arsenal musim lalu dijuluki Van Persie FC.
Namun, dengan harga 24 juta Poundsterling, RvP mengganti seragam Arsenal dengan jersey kotak-kotak taplak meja milik United.

Arsenal terlanjur dikenal sebagai feeder club bagi Manchester City dan Barcelona. Tapi tidak untuk Manchester United. Hubungan Arsenal dan United sebenarnya sudah tidak sepanas medio 2000-an awal dimana rivalitas mereka begitu kental dan sengit. Namun tetap saja, kepindahan pemain dari Arsenal ke United atau sebaliknya, merupakan hal yang agak tidak lazim. Lalu kenapa ia memutuskan untuk pindah dari Arsenal? Dari zona nyamannya selama ini? Dari tempat dimana 60 ribu supporter mengelukan namanya dan menyembah kehadirannya? Gelar? Uang? Atau yang lain? Mengapa Arsenal berani mengambil langkah ini?

Tidak seperti kebanyakan orang yang langsung menghakimi RvP sebagai mata duitan, pengkhianat, glory hunter dan julukan-julukan lain, saya mencoba melihat dari sisi Arsenal.
Setelah menganalisis kesana kemari, akhirnya saya sampai pada kesimpulan ini: Wenger ingin membuat tim yang baru.

7 tahun tanpa gelar tentu adalah sebuah masa yang tidak menyenangkan. Wenger butuh sesuatu untuk mengembalikan Arsenal pada masa dimana mereka diperhitungkan untuk jadi juara, bukan sekedar masuk 4 besar. Ia memilih untuk menjual pemain-pemain yang hati dan pikirannya tidak lagi 100% di Arsenal dan untuk membuat sebuah tim yang baru. Poros Fabregas-Nasri-RvP yang pernah menjadi tumpuan Arsenal, satu per satu dijual Wenger. Wenger tahu bahwa ini adalah waktunya move on dari poros tersebut, dan membuat tim dengan poros baru. Karena itulah Wenger menjual RvP walau ke klub rival, dan Alexander Song ke Barcelona. Sebuah langkah yang pahit, namun harus tetap dijalani.

Wenger bukan manajer bodoh. Ia hanya keras kepala. Ia tahu bahwa ini bukan langkah yang populer, namun ia harus melakukannya. 24 juta Poundsterling untuk striker 29 tahun dengan kaki kaca. Sebuah bisnis yang menguntungkan bagi Arsenal.

RvP adalah alasan mengapa Arsenal bisa bertahan di big four musim lalu. Namun jika seorang pemain tidak lagi fokus pada tim yang dibelanya, sepenting apapun pemain itu, maka keputusan menjualnya adalah keputusan yang harus dilakukan, meski dengan konsukensi dibenci fans sendiri.

Sekarang, coba lihat pemain-pemain yang didatangkan Arsenal musim ini: Oliver Giroud, Lukas Podolski, Santi Cazorla. Transfer-transfer ini diluar kebiasaan Wenger. Jika lazimnya Wenger membeli pemain-pemain mentah untuk dikembangkan menjadi pemain top, maka kali ini Wenger membeli pemain yang sudah matang. Ini berarti Wenger butuh solusi cepat untuk membangun tim baru. Dengan deretan pemain tersebut, tim baru Arsenal tampak menjanjikan.

Saya yakin, walaupun dalam 2 pertandingan para penyerang Arsenal terlihat seperti sawah di musim panas –kering dan tidak subur- tapi Arsenal akan baik-baik saja dan tetap mampu bersaing di EPL.
Transfer RvP selain menjadi berita yang menyita perhatian di seluruh dunia, juga merupakan win-win solution bagi ke-3 pihak. Arsenal dapat untung, Wenger bisa move on dan membuat poros baru, peluang RvP untuk bisa meraih gelar yang diimpikan terbuka lebar, United pun bisa tersenyum karena lini depan mereka tidak akan bergantung pada Rooney seorang.

Semua senang. Semua menang. Eh semua menangnya belum tentu deng. Karena itu hanya bisa diketahui di akhir musim. Yang pasti untuk saat ini semua pihak yang terlibat dalam transfer ini, mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, jika di akhir musim United berada dibawah Arsenal dalam klasemen akhir, maka hanya akan ada 1 pihak yang paling senang: fans Arsenal.

(Tulisan diatas adalah tulisan yang saya bikin untuk mengikuti ajang pencarian penulis untuk website BolaTotal. Dan hasilnya adalah......... saya tidak diterima. Tulisan ini juga sekaligus tulisan pertama saya tentang sepak bola. Saya sendiri sesungguhnya kurang puas sama tulisan ini karena waktu dan bahan riset yang minim (akibat guenya sendiri yang nunda-nunda nulis, hehehe) dan memang kurang mood waktu bikin tulisan ini (saya memang pemalas, ampun Tuhan...).
Ternyata nulis tentang sepak bola itu gak semudah yang saya pikir yah. Banyak yang mesti diperhatiin, sehingga bisa jadi tulisan yang padat, menarik, dan gak dangkal kek begini. 
Okay then, i'll do better next time)








Saturday, August 18, 2012

Malam Perenungan

Ia berjalan di suatu malam.
Dimana gema takbir yang syahdu,
penuh makna sukacita,
bercampur dengan
riuh mercon yang meletup kencang.

Malam itu ia merenung.

Ia telah melewati 30 hari penuh berkah.
Tapi ia merasa tak mendapat apa-apa.
Ia telah berperang sengit dengan hawa nafsunya.
Tapi seringkali ia kalah.

Apakah ia hanya mendapat lapar dan haus saja?
Apakah ia hanya jalani kewajiban saja, tanpa meresapi makna sesungguhnya?


Bulan yang suci dan agung. Dengan limpahan barokah, ampunan, dan nikmat yang tak terhingga,
setelah berlalu, ia belum menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Ia masih berlumur dosa. Masih menghamba pada nafsu. Masih menyia-nyiakan nikmat.
Apakah yang namanya puasa hanya seremonial saja untuknya?
Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikirannya.

Ia malu pada penciptanya.
"Aku mahluk yang tak tahu diuntung!"
ia memekik keras dalam hatinya, mengutuk ketidakberdayaan dirinya.
Astagfirullah hal adzim.

Bagaimana mungkin manusia kotor seperti dirinya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan ampunan di Hari Raya, jika bukan karena kebaikan Sang Pencipta?
Kini, ia sedikit mengerti. Kini ia sadar betapa lemah dirinya.
Tak berdaya. Hanya debu.

Ia berjalan pada suatu malam yang mungkin akan merubah dirinya.
Sambil menatap langit, ia mengucap:
"Allah Maha Besar, saya berjanji pada diri saya sendiri, mulai esok saya akan menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bersyukur"











Friday, August 17, 2012

Pusaka Berusia 67 Tahun

Indonesia hari ini, parah kondisinya.
Sekarat. Penuh luka. Hampir mati.
Usianya 67 tahun. Tapi masih belum jadi tempat yang diharapkan oleh para pendirinya.
Tan Malaka, Soekarno, M. Hatta, Sutan Sjahrir, Achmad Soebardjo, Soedirman, dan semua Bapak Bangsa yang dulu berjuang habis-habisan, pasti akan kecewa melihat apa yang terjadi saat ini.

Ironisnya. Sekarang justru kita lebih sering berperang dengan sesama.
Berperang dengan mereka yang hanya memikirkan perut dan kantongnya sendiri.
Berperang dengan mereka yang kerjaannya hanya tertawa di atas derita saudaranya sendiri.
Berperang dengan mereka yang mengaku-ngaku cinta tanah air, cinta Ibu Pertiwi, dalam sumpahnya.
Bukankah ini memalukan? 


Seharusnya, negeri ini bergerak maju, menghadapi semua rintangan bersama, sebagai bangsa.
Bukan malah saling menyalahkan dan saling menjatuhkan. 
Coba kau bayangkan bagaimana hancurnya hati para pahlawan yang menyaksikan kita di sana?
Jika begini terus, kita akan jadi penerus-penerus yang tidak bertanggung jawab.

Ya, negeri ini memang sudah hancur dihantam sana-sini.
Terkapar di tempat yang tidak seharusnya.
Karam di lautan masalah yang seakan tidak ada ujungnya.
Lumpuh karena manusia-manusianya sudah tidak terlalu peduli lagi dengan nasib negerinya sendiri.

Sekarat. Gelap. Hitam pekat.

Namun, dibalik kegelapan yang paling gelap sekalipun, selalu ada percik-percik cahaya.
Yang berpijar dengan malu-malu. Walau tidak seterang kilat, namun cahaya itu selalu muncul dengan intensitas dan kadar yang konsisten.
Cahaya itu yang akan menggerakan nurani tiap orang yang melihatnya. Sebuah cahaya untuk membuat Indonesia lebih baik lagi.

Memang, negeri ini masih jauh dari kata sempurna, namun itu semua karena orang-orangnya juga tidak sempurna. Sekarang adalah waktunya kita satukan ketidaksempurnaan kita lalu bergerak menopang Indonesia, bersama-sama.
Caranya pun tidak harus sama dan seragam. Setiap orang punya perjuangannya masing-masing. Setiap orang punya caranya masing-masing. Lakukan apapun yang kita bisa, untuk membangun Indonesia.
Indonesia terlalu berharga untuk ditinggalkan, terlalu berharga untuk tidak diperjuangkan.

Percayalah Bung! Orang-orang Indonesia adalah orang-orang yang hebat. Orang-orang yang punya daya juang tinggi. Orang-orang yang membanggakan dalam segala keterbatasannya. Orang-orang yang paham arti sebuah perjuangan.

Negeri ini tempat lahir beta.
tanah tempat kita melangkah,
udara yang kita hembus,
kekayaan alam yang melimpah,
alam indah tiada dua,
aneka ragam budaya,
sejarah gemah ripah,
senyuman anak cucu kita,
jiwa raga putra putri bangsa,
perbedaan yang menyatukan.
kemerdekaan yang ditorehkan,
adalah pusaka yang harus kita jaga.









Thursday, August 2, 2012

Dari Mata Seorang Amatiran

Jakarta siang ini. Melankolis.
Mendung. Sendu. Angin bertiup pelan. Seperti berbisik.
Mungkin sedang memuji Tuhan, dengan caranya sendiri.

Tak lama kemudian ia datang, sebentar saja.
Indah... indah sekali..
Lalu tiba-tiba, raut wajah mereka, sumringah.
Senyumnya, bahkan bisa membuat Firaun mengalah.
Lalu ia pergi setelah mengucapkan sesuatu yang tak ada artinya.
Namun tetap saja terdengar indah.

Kini, hanya melodi yang tenang. Mengisi ruangan berjendela besar ini.
Dari jendela inilah aku menangkap suara alam. Suara Jakarta siang ini.
Terkadang memang, hal-hal kecil yang luput ditangkap indra, lebih menarik dari yang jelas-jelas bisa ditafsirkan.

Jika kau tak mengerti apa yang hendak kusampaikan. Cuek saja.
Ini hanya pengamatan kilat tentang suasana lingkungan sekitar, dari mata seorang amatiran.
Jangan hiraukan kawan.
Ini hanya tulisan dari seseorang yang sedang tak melakukan apa-apa.





Friday, June 22, 2012

485

22 Juni 2012. Hari ini usiaku bertambah.
Hari ini diperingati sebagai ulang tahunku.
Diambil berdasarkan hari dimana Fatahillah menaklukan Belanda dan merubah namaku jadi Jayakarta.

Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, Djakarta, Jakarta. 
Apapun itu, aku cukup bangga telah berdiri selama 485 tahun.

Selama 485 tahun, banyak hal yang terjadi. Banyak hal yang berubah.
Aku pun semakin berkembang. Dari hanya sekedar pelabuhan, kini aku berubah jadi kota besar yang megah. Metropolitan istilahnya.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, nama panjangku. Megah dan gagah sekali bukan?
Sejak 1961, aku adalah ibukota Republik Indonesia.
Dan semenjak itulah aku berubah pesat sekali.
Orang-orang berduyun-duyun datang karena tertarik untuk bekerja.
Kini, aku telah menjadi tanah harapan. Tempat impian. 
Orang-orang dari seluruh penjuru menggantungkan hidupnya padaku. 
Tentu saja dengan semakin berkembangnya aku, masalahku pun semakin pelik.

Jalan rayaku adalah mimpi buruk para pengendara.
Sungai dan saluran airku adalah surga untuk sampah.
Asap hitam adalah penghias langit-langitku.
Tata kotaku seperti dibuat oleh orang ber-IQ tak lebih dari 35.
Transportasi umumku bahkan bisa membuat orang paling optimis sekalipun jadi putus asa.

Macet, banjir, polusi udara, lingkungan yang tak sehat, ruang publik yang amat minim, kesenjangan sosial yang begitu jelas, membuat wajahku kini tak seindah yang diimpikan dulu.

Di dunia ini, selalu ada 2 sisi yang saling menghabisi. 
Tak terkecuali untukku.
Aku gagah, sekaligus rapuh. 
Aku indah, sekaligus hina.
Aku dipuja, sekaligus dibenci.
Aku harum, sekaligus busuk.
Aku adalah asa, sekaligus pemutus asa.

Suatu kota adalah cerminan perilaku orang-orang yang menghuninya.
Kehancuran dan kemajuan ku, sesungguhnya bergantung pada mereka.

10 juta manusia menginjak tanahku dan menghembus udaraku.
Aku tak pernah meminta apa-apa dari mereka. 
Aku hanya ingin mereka menjaga dan melakukan apapun untuk kebaikanku, sebisa yang mereka mampu.
Tak inginkah mereka memiliki kota yang lebih baik?
Atau mungkin mereka sudah terlanjur nyaman dengan keruwetan ini?
Sampai saat ini, aku tak pernah dapat jawaban yang memuaskan.

485 tahun bukan usia yang pendek.
Dan sesungguhnya aku ingin terus ada hingga 500, 1.000, 10.000 tahun lagi, selama-lamanya.
Tapi apakah mereka menginginkan hal yang sama?
Aku tak tahu, dan tak pernah ingin tahu.








Tuesday, June 19, 2012

Badai

















Ketika batas antara realita dan ilusi kian kabur.
Dirinya terombang-ambing dalam ketidakberdayaan.

Sekilas pergi, sekilas kembali.
Potret bahagia yang lampau.
Senyum yang tak pernah dimiliki.
Rasa yang melekat.
Semua jadi satu, saling bunuh.

Pada akhirnya, dia tak mampu berbuat apa-apa.











Yang Fana adalah Waktu

















Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
Kita abadi.

Sapardi Djoko Damono
Perahu Kertas
Kumpulan Sajak
1982

Benderang dalam Gulita

Sudah 7 tahun aku tak bisa bergerak leluasa.
Selalu saja ada yang membuatku kembali.
Entah karena memang istimewa.
Atau aku sendiri yang terjebak dalam kebodohan tak terkendali.

Puluhan karya tercipta, memuja.
Ratusan paragraf, ribuan prosa, percuma?
Doa tak terhingga terpanjatkan.
Bahagia. Syukurlah kini terwujudkan.

Sepahit-pahitnya kenyataan, harus aku telan.
Seperih-perihnya luka, harus aku lawan.
Karena untuk jadi dewasa itu tak mudah kawan.

Malam ini, aku lepas. Lepas dari ketidakleluasaan yang menggerogoti.
Pikiran, hati, tingkah laku, sikap, nurani.
Malam ini, akhirnya aku bisa benar-benar meluncur dari pusaran hal-hal muluk, hanya angan.
Lepas dari genggaman yang tak pernah terbalaskan.

Babak baru perjalanan dan pencarian sudah di depan mata.

Malam ini, aku terlahir kembali.



Thursday, June 7, 2012

Seperti Jalanan Jakarta saat Lebaran

Kamis, 7 Juni 2012. 22:04.

Otak dan mulut berhasil menyinkronkan ego mereka.
Hasilnya? Kelegaan yang tak terpikirkan sebelumnya.

Malam ini, si pengecut berhasil naik 1 langkah dan jadi dewasa.

Tuesday, June 5, 2012

Bodoh

Ingin kubungkam nurani yang terus melonjakkan keinginan.
Ingin kutebas angan-angan yang sebenarnya sederhana.

Mulut tak leluasa mengeluarkan apa yang dipikirkan otak.
Sementara otak tak kuasa memberitahu mulut untuk segera saja tuntaskan semua.

Dari awal, aku sepenuhnya sadar bahwa diantara 6 milyar manusia penghuni bumi, aku yang paling pengecut.

Baiklah, kita lihat saja siapa yang menang. 

Saturday, June 2, 2012

Sesungguhnya...........

Malam ini semestinya jadi malam yang biasa-biasa saja.
Seperti malam yang sudah-sudah, aku tenggelam dalam kesibukan hingga akhirnya terlelap dalam ruang 3x4 yang berantakan.
Ya, seharusnya itu yang terjadi.
Namun tidak ada yang biasa-biasa saja jika kau hadir menemaniku hampir sepanjang hari. 
Aku bisa pastikan, 6 jam ternyata sebentar saja berlalu.

Kamu tahu jarak dari Blok-S ke rumahmu bukanlah jarak yang dekat?
Tapi denganmu di belakangku, memeluk tubuhku dengan malu-malu, bahkan jika rumahmu di Bogor sekalipun aku tak peduli. 
Aku bahkan lebih senang jika rumahmu lebih jauh lagi, di Kutub Utara misalnya. 
Karena aku ingin lebih lama menikmati perasaan ini.

Bangku teras rumahmu mungkin selalu diisi olehnya di lain hari. 
Aku bisa bayangkan kalian tertawa dan berbincang hingga larut.
Tapi malam ini, aku yang jadi raja disana. Aku tak peduli walaupun hanya semalam.
Karena sayang, ini bukan soal waktu. Ini soal aku menghabiskan malam denganmu.

Sepanjang perjalanan pulang aku hanya termangu. 
Diatas motor dalam kecepatan 60 km/jam aku merenungkan apa yang baru saja terjadi.
Lalu aku sampai pada 1 kesimpulan yang sesungguhnya cukup menyesakkan. 
Kita sama-sama tahu bahwa masih ada rasa yang kuat, namun kenapa keadaan selalu tak memihak? 
Kita sama-sama tahu ini tak benar, tapi kita sama-sama tak berdaya.

Aku tak ingin merusak apa yang telah kalian bangun, tapi aku tak kuasa menolakmu. 
Kamu terlalu istimewa untuk aku acuhkan.
Aku yakin, kamu pasti merasakan apa yang kurasakan.

Saat ini aku memang tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi ke depannya.
Kamu jalani saja dulu hidupmu. Sementara aku akan mengusahakan apa yang aku bisa. 
Aku tak ingin menjajikan apa-apa, karena masih banyak orang yang harus aku bahagiakan. 

Tapi, salah besar jika kamu pikir aku tak menginginkanmu.
Semenjak pertama kali kau jadi milikku, bahkan sampai saat ini, 
wajahmu adalah wajah yang ingin kulihat saat aku membuka mata, setiap pagi, selama sisa hidupku.


Diilhami oleh kisah kasih sepasang mahluk Tuhan yang sangat saya kenal, lagu-lagu Sheila on 7, dan perjalanan pulang dari kantor ke rumah.









Sunday, May 27, 2012

Hari Bersamanya









Sheila on 7 adalah grup band yang saya suka.
Malam ini, saya menonton mereka di sebuah acara TV.
Mereka membawakan salah 1 lagu yang paling saya suka, Hari Bersamanya.
Lagu ini luar biasa indah menurut saya. 
Mengingatkan saya tentang bagaimana rasanya gugup menghadapi keindahan wanita.

Jantungku berdegup cepat.
Kaki bergetar hebat.
Akankah aku ulangi.
Merusak harinya.

Mohon Tuhan, untuk kali ini saja beri aku kekuatan tuk menatap matanya.
Mohon Tuhan, untuk kali ini saja, lancarkanlah hariku. Hariku bersamanya.

Ah, jatuh cinta. 
Malu-malu. Gengsi. Deg-degan. Mati-matian. Senyum-senyum sendiri. 
Khawatir. Cemburu. Berbunga-bunga. Malu-malu.

Efek Rumah Kaca berdusta jika berkata "Jatuh cinta itu biasa saja..."






Tuesday, May 22, 2012

Pukul 5 Pagi di Sukabumi

Saya selalu suka pagi. Namun sangat benci jika harus bangun pagi. Pagi hari memang diciptakan untuk orang-orang yang ingin menikmati ketenangan.

Saya lebih suka perpindahan malam ke pagi daripada sore ke malam. Karena makna pagi hari adalah menuju terang, bukan sebaliknya. Pagi hari adalah proses hijrah dari gelap menuju terang.  Menuju kemungkinan-kemungkinan baru. Menciptakan harapan-harapan baru. Awal dari pijakan menuju hari yang lebih baik.

Contohnya pagi ini, saya sedang berada di sebuah tempat yang jauh dari hingar bingar kota. Pagi ini, saya sukses menerobos rutinitas harian saya yang tidur Subuh bangun siang, menjadi  tidur malam bangun subuh. Sebuah prestasi tersendiri untuk mahluk malam seperti saya.

Suasana pagi disini, benar-benar membuat saya tenang. Udaranya jauh lebih segar dari Jakarta. Tanpa polusi, tanpa asap Kopaja yang menyebalkan. Sebuah suasana yang sangat jarang saya rasakan di Jakarta.  Ayam berkokok sesuka hati. Burung-burung memamerkan kebolehannya bersiul. Suara air mengalir menambah merdu orkrestasi alam ini. Semua berperan menciptakan harmoni yang tidak saling tindih. Merdu, saling melengkapi, sebuah masterpiece yang diciptakan oleh pengarang paling hebat sejagat raya. Lagi-lagi, saya harus takluk oleh alam.

Ahhhh… pagi ini saya kembali diingatkan Semesta bahwa hidup ini indah. Pagi itu indah. Masih bisa melihat wajah orang-orang yang saya sayangi itu indah. Keindahan seperti ini adalah kebahagiaan kecil dengan makna yang besar. Ya,  memperoleh kebahagiaan itu tak harus sulit dan mahal. Bahagia itu sederhana.

Hati kecil saya tersenyum seraya berkata, “Saya ingin menikmati pagi seperti ini ribuan kali lagi”. 


Sunday, May 20, 2012

Catatan Kecil Dini Hari

Hidup memang penuh kekecewaan. Semakin beranjak tua, semakin banyak kekecewaan yang kita alami. Ketika kita kecil, dunia yang kita hidupi adalah dunia yang ideal. Semakin kesini, kata ideal sepertinya sangat sulit untuk diucap. Kita harus kompromi untuk ratusan bahkan ribuan hal. Dari yang remeh, sampai yang esensial. Ketika manusia tidak bisa mencapai apa yang sesungguhnya dia inginkan, maka yang dihasilkan hanya kekecewaan. Terima saja, kita memang hidup untuk kecewa.

Namun saya mengerti satu hal, ada sebuah ruang pada diri kita, dimana ruang tersebut adalah ruang milik kita sendiri, dan hanya milik kita. Ruang yang membuat kita terus saja berjalan, menuju satu titik. Bahkan ruang itu juga bisa menjadi titik. Ruang itu, mampu menahan kita tetap tegak, meninggalkan hantaman-hantaman kekecewaan yang sudah kita terima. Ruang itu adalah sanctuary, tempat dimana kita bisa bersandar seutuhnya. Saya menyebut ruang itu sebagai IMPIAN.

Kekecewaan saya tak terhitung. Mungkin setara dengan jumlah pasir di pantai. Dari yang remeh sampai yang serius. Kekecewaan terbesar dalam hidup saya adalah tak bisa memberikan kebanggan pada orang tua. Saya masih sering membuat mereka sedih. Saya belum jadi apa-apa, padahal umur saya semakin beranjak.

Impian saya adalah sesuatu yang membuat saya bisa tetap menjalani hidup saya. Kekecewaan boleh saja menghampiri saya setiap detik. Tapi saya bisa pastikan 1 hal, bahwa impian saya lebih besar dari kekecewaan saya. Ketika saya gagal dalam suatu hal, saya akan segera bangkit. Saya akan berteriak sekuat tenaga, menjatuhkan setan-setan pesimisme yang bersemayam dalam diri saya, “MIMPI GUE LEBIH KUAT DARI INI! SILAHKAN LO JATUHKAN GUE, TAPI GUE AKAN SELALU BANGKIT! SELALU DAN SELALU!! LO GAK AKAN BISA MEREBUT MIMPI GUE!” Biar bagaimanapun, saya gak akan membuat kegagalan merenggut mimpi saya.

Sebagai manusia yang diberi kebebasan menentukan pilihan, memiliki impian adalah hal yang sangat penting. Karena seperti yang sudah saya sebutkan diatas, impian adalah hal yang membuat kita dapat terus berjalan, meneruskan hidup. Karena bagi saya, jika manusia tidak mempunyai mimpi, maka lebih baik ia berhenti saja jadi manusia dan beralih jadi malaikat. Ya, jadi malaikat yang tugasnya hanya melakukan apa yang diperintahkan. Benar-benar membosankan ya?

Ketika kekecewaan datang, ingatlah bahwa kita masih punya “sesuatu” yang lebih kuat dari kekecewaan tersebut. Dan yakinlah bahwa kita akan mencapai itu semua.

Mulai saat ini, bermimpilah yang hebat, karena itu akan menjadikan kita orang hebat.

Sukabumi, 18 Mei 2012. 02:43 pagi.

Monday, May 14, 2012

10 Film yang (mungkin) Terbaik

Saya sangat suka menonton film. Tenggelam dalam cerita yang disajikan dan membandingkannya dengan hidup yang saya jalani adalah sesuatu yang paling menyenangkan saat menonton film. Kita juga seringkali mendengar seseorang yang hidupnya berubah setelah menonton film. Kekuatan film memang luar biasa. Bahkan dulu saat Hitler berkuasa, terdapat Kementrian Propaganda yang salah satu tugasnya adalah membuat film untuk digunakan sebagai medium penyebar propaganda NAZI.

Selama 23 tahun hidup saya, saya telah menonton bermacam-macam film. Dari horor sampai komedi. Dari drama sampai musikal. Dari yang jelek ancur-ancuran sampai yang keren luar biasa. Mungkin jika saya kira-kira, sudah ada sekitar 500 film yang saya tonton. Kira-kira lho ya... Dari sekitar 500-an film itu, banyak film yang cerita dan tokohnya melekat di otak saya, bahkan sampai sekarang. Saya yakin Anda pasti juga merngalami hal yang sama seperti saya.

Tanggal 28 April kemarin saya mencoba membuat list 10 Film terbaik versi saya. Saya melakukannya setelah melihat Joko Anwar melakukan yang sama di Twitter. Saya tertarik lalu mulai mengingat film-film yang sudah saya tonton. Prosesnya sih gak lama, kira-kira 1 jam saya menulis dan menyusun daftarnya. Tapi dari situ aja saya udah menemukan semacam "konflik batin". Agak susah juga yah ternyata memilih 10 yang terbaik. Saya akhirnya ngerasain jadi juri Indonesian Idol, hehehe.... 

Lalu setelah saya menyelesaikannya, saya pun mem-posting daftar tersebut di Twitter. Ketika itu saya pun berpikir, "Wah, postingan ini bisa dimasukin ke blog nih!". Akhirnya, saya memutuskan untuk menulis ini di blog. 

Baiklah pembaca yang budiman, inilah 10 Film Terbaik menurut saya.

10. 3 Idiots (2009)



Film ini sederhana sekali. Menceritakan tentang perjalanan hidup 3 sahabat dengan latar belakang, idealisme, dan impian yang berbeda-beda. Temanya sederhana tapi cara menyampaikannya yang gak sederhana. Ceritanya mengalir dengan baik sehingga yang nonton pun terhibur. Konflik-konflik yang hadir juga dekat dengan keseharian. Segalanya pas, tidak ada yang berlebihan. Bagi saya, ini adalah film yang mampu memberi saya inspirasi setiap abis menontonnya. 

9. War of the Buttons (1994)


Film ini mungkin tidak terlalu terkenal, tapi film ini wajib masuk daftar saya. Jika ada film yang terakhir kali  Anda tonton saat Anda kecil dan hingga saat ini film itu tetap melekat di benak Anda, sudah pasti itu adalah film yang spesial, dan ini yang terjadi pada film ini. Saya ingat menonton film ini di rumah teman saya, hari minggu, beramai-ramai. Kami tertawa dan terharu bersama setelah menonton film ini. Filmnya sendiri menarik sekali. Menceritakan tentang 2 geng anak-anak dari 2 kota yang berbeda. Mereka selalu bermusuhan dan seringkali berperang di suatu hutan. Jika ada salah satu anggota musuh yang tertangkap, maka bajunya akan dilucuti, termasuk kancing bajunya lalu disuruh pulang dengan baju seadanya. Ceritanya seru, setting film-nya juga keren. Ini film tentang masa kecil yang diceritakan dengan indah. Oh iya, tahun 2011 kemarin ada remake film ini, tapi saya sendiri gak tau bagus apa enggak, karena belom nonton. 

8. Life is Beautiful (1997)




Ini adalah film yang sangat menggetarkan bagi saya. Emosi diobrak-abrik. Jika biasanya film yang berlatar belakang Holocaust NAZI diceritakan dengan brutal, kejam, dan tidak manusiawi, film ini melawan stereotip tersebut. Menceritakan tentang keluarga Yahudi yang hidup saat peristiwa Holocaust. Sang ayah adalah korban dari Holocaust dan dipaksa masuk ke kamp konsentrasi NAZI. Namun dengan sikap yang selalu optimis dan akal yang imajinatif, sang ayah tidak pernah membuat anaknya bersedih. Bahkan menciptakan "petualangan" sendiri untuk anaknya. Di akhir film ini, saya selalu nangis abis itu ketawa. Hehehehe...

7. Saving Private Ryan (1998)



Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka film action dengan tema perang. Sehingga saya agak terlambat menyaksikan film ini. Saya baru nonton film ini ketika saya SMA. Pada saat permulaan film ini saya menduga film ini akan sama saja dengan film perang lain. Tapi ternyata dugaan saya salah. Film ini dari sisi cerita, berbeda dengan yang lain. Film ini tidak menceritakan perang, tapi rasa kemanusiaan yang ada di tengah medan perang. Hal itulah yang menurut saya menarik. Ditambah lagi aktor favorit saya, Tom Hanks, bermain dengan sangat baik di film ini. Membuat film ini tambah spesial menurut saya.

6. The Dark Knight (2008)



The Dark Knight. Film superhero yang sangat tidak superhero. Penggambaran superhero yang sangat manusiawi lah yang bikin saya suka. Ternyata Batman tidak setangguh fisiknya. Dia juga manusia yang terkadang merasa hampa, kosong, ragu-ragu, dan takut. Film bikin saya tersenyum dengan sangat, sangat, lebar selama lebih dari seminggu. Cerminan kepuasan saya sehabis menonton film ini. Luar biasa, unpredictable, seru! Film ini adalah kado dari Heath Ledger untuk umat sedunia. Dan ini adalah perpisahan yang sangat indah bagi Ledger. Ledger sangat-sangat sukses untuk menghidupkan karakter Joker yang lebih liar, lebih ngehe, lebih gila, dari Joker sebelumnya. Film superhero paling bagus yang pernah saya tonton!

5. The Cup (1999)



Tahun 99 saya masih umur 10 tahun. Saat itu saya nonton film ini di Plaza Senayan. Itu adalah pertama dan terakhir kali-nya saya nonton film ini. 13 tahun kemudian, saya masih ingat cerita dan beberapa adegan di film ini. Seperti juga War of the Buttons, film ini saya tonton saat saya masih kecil namun sampai saat ini film ini masih melekat di benak saya. Ceritanya sendiri berlatar belakang kuil Buddha di kaki Gunung Himalaya. Tahun 1998, Piala Dunia digelar dan beberapa biksu yang menyukai sepak bola tidak ingin ketinggalan momen itu. Mereka menikmati sepak bola dengan cara yang berbeda karena peraturan di kuil tersebut melarang mereka untuk begadang. Dari situ timbul keadaan-keadaan yang lucu dan menghibur. Biksu yang suka bola. Sebuah kondisi yang unik dan berhasil diangkat menjadi sebuah film yang sangat bagus menurut saya. Saya jadi semakin suka bola setelah menonton film ini.

4. The Truman Show (1998)





Pernahkah Anda berpikir kalo hidup Anda ternyata adalah sebuah reality show yang ditonton seluruh dunia namun Anda tidak mengetahuinya? Jika belum pernah, tanyakan bagaimana rasanya kepada Truman. Dari awal menonton film ini, saya tahu bahwa film ini akan menjadi salah 1 film terbaik yang pernah saya tonton. Saya suka idenya, ceritanya, aktingnya, musiknya, semua hal. Saya suka semua hal pada film ini. Di film ini, Jim Carrey berhak mendapat Oscar, atau minimal nominasi sebagai Aktor Terbaik. 

3. Forrest Gump (1994)


Forrest Gump adalah cerita tentang kesederhanaan. Yang paling saya suka dari film ini adalah bagaimana film ini menggambarkan tentang kisah hidup seseorang yang biasa-biasa saja, tidak istimewa, namun selalu dinaungi keberuntungan karena hatinya yang polos dan tulus. Saya merasa hidup saya mirip dengan Forrest Gump. Saya bukan orang yang istimewa, tapi saya seringkali beruntung. Namun bedanya, saya tidak punya hati setulus Forrest. Huehehehe....
Banyak quote-quote dalam film ini yang sampai sekarang masih sering diumbar, menandakan kalo film ini sangat memorable. Pokoknya kalo abis nntn film ini, Anda akan masuk ke dunia Forrest, dunia yang
sederhana, namun penuh inspirasi.

2. The Godfather 1 (1972)



Saya jarang nonton film dengan tema mafia. The Godfather bisa dibilang film dengan tema mafia yang pertama kali saya tonton. Setelah nonton film ini, saya langsung sok-sok-an mau jadi mafia. Rambut klimis, pelihara kumis, sayang tampang saya terlalu manis untuk seorang mafia. Film ini alurnya lambat, tapi saya gak pernah bosen nontonnya. Konflik-konflik yang tercipta juga cenderung rumit, namun semua bisa diceritakan dengan baik, membuat penonton nyaman dan betah nonton film ini. Pokoknya kalo ngaku laki-laki, harus nonton film ini!

1. Shawshank Redemption


Begitu sampai ke urutan 1, saya jadi bingung pengen nulis apa. Saya pertama kali nonton film ini di Indosiar. Tengah malem sekitar jam 11. Sebelumnya saya tau film ini dari temen dan ketika itu dia ngerasa takjub dengan film yang ini. Beruntung gak lama kemudian, saya secara gak sengaja nonton film ini. Gak ada yang bisa ngalahin cerita, drama, dialog, konflik, akting, dan kejutan-kejutan yang ada di film ini. Semua disampaikan dengan sempurna: padat, mengalir, seru! Keren lah pokoknya!!! Yang menarik, Tom Hanks sebenernya adalah aktor yang ditawarin untuk maen di film ini, namun karena jadwal dia bentrok sama shooting Forrest Gump, dia gak bisa main di film ini.Tim Robbins akhirnya menggantikannya dan menjalankan tugasnya dengan sangat sangat baik! Pokoknya menurut saya, ini film yang paling keren sampai saat ini!

Fiuhh.... akhirnya selesai juga saya nulis post yang ini. Yaaaa setuju atau gak, itu terserah yang baca deh. Pokoknya penyusunan daftar ini sifatnya sangat sangat subjektif, mengikuti selera saya. Kalo ada yang gak setuju ya monggo bikin versinya sendiri.

Bikin list kayak gini, seru juga yah. Besok-besok bikin lagi ah......





Tuesday, April 17, 2012

Perasaan Menuju 5

Sore ini, tepat pukul 5, aku hanya duduk dan terpana.
Aku baru sadar, yang ke-5 sebentar lagi tiba.
Waktu memang aneh, dia tiba-tiba melesat cepat, begitu saja.
Meninggalkanku yang terombang-ambing, hampir tak bernyawa.

Saat yang ke-3, saat pertama aku bertemu.
Aku tak terlalu berharap, kubiarkan itu mengalir.
Namun Semesta tak ingin itu sekedar berlalu.
Maka merekatlah rasa itu, erat, kuat, tak hanya mampir.

Rasa itu yang telah lama hilang ditelan bingar.
Aku bahkan hampir tak mengenalinya lagi.
Dia pergi, mungkin karena terlalu sering dicecar.
Denganmu, sayang, rasa itu kembali.

Aku seperti narapidana yang sedang menunggu hukuman mati.
Satu per satu kegelapan, wajah yang pernah kusakiti, mulai menghampiri.
Aku tak bisa berpikir jernih, aku mulai kehilangan daya.

Jika ada kata yang mampu mendeskripsikan hal yang sedang kurasakan sekarang,
aku akan memberikan penemunya apa saja yang ia pinta.
Atau jika ada yang bisa membawaku pergi sejauh-jauhnya dan langsung ke-6,
aku rela melakukan apa saja untuknya.

Aku tak siap menghadapi kamu, yang akan berlalu.

Karena sayang, untuk memiliki rasa itu lagi lalu kehilanganmu,
adalah kehilangan terbesar yang aku rasakan sebagai manusia.


(Sore ini, tiba-tiba ada pesan di YM saya. Ternyata dari seorang sahabat. Ia sedang gundah, dengan segala yang ia hadapi. Maka ia meminta saya untuk menuliskan kisahnya. Karena saya sedang tak ada kesibukan, maka saya penuhi permintaannya. Huehehe...

Ia meminta tulisan dalam bentuk lirik yang nantinya akan ia jadikan lagu. Saya coba bikin, ternyata hasilnya seperti puisi. Hehehehe... sorry yes bro, maklum masih pemula.

Inti tulisan ini adalah..... hmm... apa yah... yaaa gitu lah... Coba aja dibaca abis itu tarik kesimpulan sendiri... Hehehe...

Jadi.... setelah menulis sekitar 2 jam dengan (sok) penuh penghayatan, ditemani kira-kira 5 batang rokok, inilah tulisan yang saya buat untuk Anda bung, semoga suka!)









Saturday, April 14, 2012

Jumat Malam yang Sedikit Berbeda

Jumat kemarin saya mencoba melakukan sesuatu yang berbeda di dalam rutinitas harian saya. Saya mencoba datang ke sebuah acara di TIM, bernama Kenduri Cinta. Acara ini dilaksanakan setiap bulan, hari Jumat minggu kedua.

Pukul 8 malam saya tiba di TIM. Setiap saya datang ke TIM, suasananya selalu sama, hangat dan penuh inspirasi. Banyak orang beraktivitas di area terbuka dekat pintu keluar. Ada pedagang yang asyik menjajakan dagangannya, ada anak-anak yang bermain dengan gembira, mahasiswa yang sibuk nongkrong, sampai warga sekitar yang khusyu duduk-duduk sambil merokok. Tempat ini selalu menyambut orang yang datang dengan tangan terbuka.

Malam itu sepertinya ada sebuah pagelaran teater, entah apa, namun disponsori oleh Djarum. Begitu kuatnya logo Djarum terpampang disana, sehingga saya sendiri pun hanya teringat sponsornya, bukan nama pagelarannya.

Pandangan saya jatuh kepada sebuah tenda yang berdiri tegak dekat pintu keluar, tampak crew Kenduri Cinta sibuk melakukan sound check. Terpal-terpal sudah digelar, namun acara belum dimulai. Maka saya dan teman saya memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Saya memutuskan untuk mencari makanan di luar TIM, karena kalau makan di dalem area TIM, bisa-bisa STNK saya ditahan karena gak sanggup bayar. Hehehe... Maka pergilah saya ke warung pecel ayam dekat toko roti legendaris Tan Ek Tjoan.

Pukul 8.30 kami kembali ke TIM, nampak acara Kenduri Cinta sudah dibuka dengan tadarusan. Saya merapat ke dalam area KC. Acara KC ini adalah acara yang sangat sederhana. "Venue" acaranya sendiri hanya tenda kawinan biasa. Panggungnya terbuat dari kayu yang letaknya di tanah, namun posisinya lebih tinggi dari penonton. Para peserta yang ingin mengikuti acara ini pun diberi tempat duduk berupa terpal yang digelar di tanah. Tak ada kelas festival, apalagi VIP. Semua sama. Semua orang duduk lesehan, mendengarkan orang-orang yang sedang membacakan Al-Quran. Saya duduk di tengah, posisi agak belakang, agar bisa melihat panggung dengan jelas. Suasana masih agak sepi, mungkin hanya sekitar 15 orang yang sudah tiba dan merapat ke panggung.

Setelah tadarusan, pembawa acara membuka dengan prolog tema yang akan dibahas pada malam itu, yaitu "Sumuk", satu per satu orang mulai berdatangan dan mengisi tempat duduk yang kosong. Saya juga turut mendengarkan agar bisa lebih menikmati pembahasannya nanti. Nampak pembawa acara berusaha untuk membawa mood orang yang hadir dengan celotehan yang bersahaja dan penuh canda.

Prolog selesai dan pembahasan pun dimulai. Pembicara mulai memaparkan apa saja yang berhubungan dengan tema tersebut, saya pun sedikit hilang konsentrasi karena pembicaraan sudah agak berat. Selama sekitar 30 menit pembicara berbicara, dibuka sesi tanya jawab. 3 orang bertanya dan menurut saya pertanyaan mereka adalah pertanyaan yang sangat berbobot. Ada seorang kakek yang datang sendiri dari Jawa Tengah. Ia memberikan pandangannya tentang kondisi sekarang. Yang menarik setelah ia berbicara dan ingin balik ke tempat duduknya, ia bertemu dengan temannya. Saya perhatikan lagi, tampak Kakek tersebut berbicara akrab dengan temannya tadi. Entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu. Semesta telah berkonspirasi untuk mempertemukan mereka dalam acara Kenduri Cinta.

Ada juga seorang wanita yang berprofesi guru yang memberi tanggapan tentang topik ini, saya tidak terlalu ingat apa saja yang dia bicarakan, yang paling menarik perhatian saya adalah ketika ia bertanya, "Jika agama sudah tidak jadi solusi, lalu apa yang bisa kita harapkan untuk menyelesaikan semua?" Saya berpikir sampai saat ini, dan saya belum menemui jawabannya. Hehehehe...

Sesi pertanyaan selesai dan pembawa acara pun seperti mengerti kondisi penonton yang mulai jenuh, sehingga ini saatnya untuk memberikan sedikit penyegaran. Jadi diputuskan bintang tamu hari itu, Beben Jazz dari Komunitas Jazz Kemayoran beraksi. Dengan hanya bermodal 3 personil - 1 gitaris, 1 bassist, dan 1 drummer - Beben Jazz membawakan musik yang indah, spontan, dan sangat menghibur. Beben juga menceritakan sejarah musik Jazz, apa saja yang ia dapatkan dari musik ini, dan mengapa ia sangat menikmati musik Jazz. Pada satu kesempatan ia berkata, "Saya akan terus main musik dan bisa berguna untuk orang lain. Dan berhenti saja maen musik kalo itu tidak bisa mendekatkan diri kita kepada Tuhan." Kata-kata itu terpatri di hati saya sampai sekarang. Hehehe... Malam itu saya juga sangat beruntung bisa melihat kolaborasi antara Beben Jazz dengan Titi Sjuman. Titi bermain drum langsung dihadapan saya, dan ternyata dia jago banget! Hehehehe....

Pada acara KC kemarin, hadir Sekar Ayu Asmara dan Dewi Umaya. Mereka adalah sineas yang sedang membuat film Pasar Gambir. Film itu menceritakan tentang Ismail Marzuki, komposer, penyair, budayawan, pahlawan nasional Indonesia yang ternyata memiliki kehidupan menarik. Malam itu, saya baru tau kalau lagu nasional yang paling saya suka, Indonesia Pusaka, adalah ciptaan beliau.

Setelah kehadiran Sekar dan Dewi, diskusi dilanjutkan. Sesi kedua ini berjalan agak menarik, namun saya sudah mulai agak bosan. Jadi saya tidak terlalu ingat apa saja yang dibicarakan.
Namun rasa bosan saya hilang ketika Cak Nun akhirnya ikut menjadi pembicara. Bagi saya, aura dan kharisma Cak Nun memang berbeda dibanding yang lain. Dan jujur saja, salah satu alasan saya hadir ke KC adlah karena Cak Nun nya.

Cak Nun berbicara tentang berbagai macam hal. Dari mulai penamaan Malioboro, Al-Quran yang tidak ada celahnya, Tuhan yang menurut dia, "Maha Jazz", sampai kepada cerita tentang Nabi Muhammad. Yang bisa saya tangkap dari gaya berbicaranya adalah: dia pembicara yang ulung. Gaya bicaranya sederhana dan mudah dimengerti, namun dalam tiap kata ia mampu memberikan makna yang dalam. Ditambah lagi kharismanya yang besar. Mungkin kalau Cak Nun ikut MLM, dia sudah ada pada tingkat diamond 4.

Setelah Cak Nun berbicara, hadir 2 orang peludruk: Cak Kartolo dan Cak Safari. Mereka kembali menghidupkan suasana dengan banyolan-banyolan khas Jawa. Saya yang hanya sedikit mengerti bahsa Jawa sudah dibuat terpingkal dengan aksi mereka. Kebetulan disamping saya ada orang yang hampir sepanjang Cak Kartolo dan Cak Safari ngomong dia ikut tertawa. Terbahak-bahak pula. Saya jadi pengen belajar bahasa Jawa..... Cak Kartolo pun ikutan jamming dengan Beben Jazz. Kolaborasi yang unik dan sangat menghibur.

Lagu terakhir dari Beben Jazz adalah Kompor Meledug. Kami semua ikut berdiri dan menyanyikan lagu itu bersama-sama dalam suasana yang akrab dan membumi. KC malam itu ditutup dengan doa bersama. Seluruh orang yang hadir ikut berdiri memanjatkan doa yang dipimpin oleh Ustadz Nursamad Kamba.

Saya mendapatkan banyak ilmu dan wawasan malam itu. Dalam semalam saja saya mendapat ilmu tentang agama, politik, kemanusiaan, hubungan antar manusia, kenegaraan, sejarah Ismail Marzuki, sejarah Jazz dan filosofinya, sejarah Malioboro, obrolan-obrolan yang menginspirasi, kesabaran dalam menunggu (karena acara ini berlangsung sekitar 7 jam), dan banyak lagi.

Namun hal terpenting yang saya dapatkan malam itu adalah: keyakinan akan perjalanan bangsa Indonesia. Saya yakin Indonesia tidak akan pernah benar-benar "gelap" selama acara seperti ini masih ada. Bagi saya, KC adalah pelita. Pijaran-pijaran ilmu yang telah dinyalakan, tak akan pernah berhenti dan mengendap. Dia akan selalu mengalir..... menjadi penawar bagi racun kehidupan yang kita jalani.

Malam itu setelah 7 jam duduk di terpal, disuguhi keakraban yang mengalir dan ilmu yang segudang, saya memutuskan untuk hadir lagi pada acara selanjutnya.

PS: yang mau lihat liputan lengkap dari KC kemarin, sila lihat disini: http://kenduricinta.com/v2/?p=1456

Friday, March 16, 2012

Ketika Senja

Kita terlalu sombong.
Kita terlalu sering menghakimi.
Kita terlalu sering menghujat.
Kita terlalu sering menjelekkan.
Dan kita terlalu lama hidup dalam kenyamanan akan segala hal diatas.

Sesungguhnya manusia adalah mahluk yang lemah.
Mahluk yang bodoh.
Mahluk yang penuh kesalahan.
Mahluk yang saling menyakiti.
Mahluk yang tidak bersyukur.
Dan kita tetap kukuh mempertahankan semua hal diatas, yang semestinya bisa diubah.

Apa yang harus ku lakukan? Apa yang harus ku ubah?

Untuk apa aku hidup? Untuk saling menyakiti? Untuk memenuhi semua ambisi? Untuk berguna bagi orang lain? Untuk memamerkan kehebatan masing-masing? Untuk tertawa dalam sunyi? Untuk bersedih dalam bingar?

Apa makna kehadiranku bagi orang lain? Agar mereka tertawa? Agar mereka bisa membandingkan dengan dirinya? Agar mereka bisa menghina? Agar mereka punya tempat berbagi? Agar mereka bisa menjadikanku alat? Agar mereka tahu bahwa ada manusia dengan sifat seburuk ini? Atau justru tidak ada makna apa-apa?

Untuk apa manusia diciptakan?

Manusia adalah mahluk yang unik. 5 milyar jumlahnya, tak ada satupun yang benar-benar sama. Setiap organ yang ada, setiap sel-sel yang bekerja, setiap zat yang terbentuk, setiap roh yang ditiupkan, dan setiap wujud yang ditampakkan, memiliki perhitungan yang sangat matang dan terperinci. Sungguh, profesor paling hebat di jagad raya juga tak akan bisa menandingiNya.

Kok bisa-bisanya merasa lebih hebat dari orang lain. Kok bisa-bisanya merasa superior. Kok bisa-bisanya menghakimi sesama. Kok bisa-bisanya pamer ini, pamer itu. Kok bisa-bisanya merasa yang paling tahu.

Kita sungguh berbeda. Sungguh-sungguh berbeda.
Namun, aku mulai paham kenapa manusia diciptakan berbeda. Untuk saling mengisi. Untuk saling memahami. Untuk saling mencintai. Untuk saling mengerti.

Pergolakkan sesama manusia pasti akan hadir selamanya. Namun aku percaya, jika kita bisa memahami maksud Semesta menciptakan kita, semua akan lebih jernih.

Sebelum menghakimi dan menjatuhkan, lebih baik sadari bahwa kita tak lebih dari debu.

Semestinya, setiap dari kita menilai sesuatu dengan biasa-biasa saja. A dan B. Baik dan buruk. Hitam dan putih. Benar dan salah. Semuanya tak ada yang hakiki.

Ada dan tak ada pun tak hakiki.
Yang ada cuma jiwa manusia yang tersesat dalam kebodohan yang dibuatnya sendiri.

Terima saja, kita adalah individu yang menyedihkan.
Karena terlalu sering berbicara tanpa hati. Melihat tanpa mendengar. Dan bertindak tanpa akal.

Maafkan aku, Semesta.

Wednesday, March 14, 2012

15 Menit Lagi

Waktu nulis ini, saya lagi sendirian di kantor. Penunjuk jam di pojok kanan atas komputer saya menunjukkan angka 4:46 pagi. Di kantor selarut ini, ngapain? Saya dan kedua orang copywriter lainnya sedang mengerjakan presentasi yang akan di presentasikan jam 11 pagi ini. Mereka sudah lelap, saya masih seger. Efek sering begadang. Hehehe...

Wah sudah jam 4:48, itu berarti waktu saya tersisa 12 menit lagi untuk bercerita.
Ini hari kedua berturut-turut saya lembur, dan anehnya saya tidak merasakan penderitaan apapun. Saya tidak merasa ini berat, saya tidak merasa ini menjengkelkan. Mungkin inilah yang dimaksud oleh Confusius dalam salah satu quote-nya, "Choose a job you love and you will never have to work a day in your life".

Ah, diantara suara keyboard dan exhaust fan yang saling menindih. Dikala fajar mulai mengintip untuk memamerkan sinarnya, saya temukan sekeping kebahagiaan. Dan ini adalah perasaan yang menyenangkan. Terima kasih semesta.

Jam menunjukkan angka 4:57, ini saatnya saya membangunkan mereka. Ini saatnya saya pulang ke rumah untuk melebur dalam nyamannya kasur. Sampai jumpa.


Wednesday, February 29, 2012

Dididik untuk jadi Robot

Saya ingat sekali masa-masa SMA saya. Bebas dan penuh tawa.
SMA kata orang-orang adalah masa yang paling indah. Penuh liku untuk menemukan jati diri. Sebuah masa yang penting, karena menjadi pijakan psikologis sebelum terjun di masyarakat. Saya sangat suka masa SMA saya.
Well, kecuali pendidikannya.

Sadar gak sih kalo selama ini pendidikan formal kita tuh gak bener?
Contohnya, kita dituntut untuk menguasai pelajaran-pelajaran yang kita tidak sukai. Guru aja gak bisa nguasain semua ilmu. Coba saya tanya, ada gak guru SMA kalian yang ngajarin matematika, biologi, fisika, penjas, sekaligus? Gak mungkin ada kan? Jadi, kenapa kita dituntut untuk nguasain semua ilmu? Buat apa nguasain banyak pelajaran di SMA? Materi pelajaran sebanyak itu hanya berguna di pendidikan dasar. Setelah melewati pendidikan dasar juga akan terlihat kok minat orang tersebut di bidang apa.

Saya paling gak suka sama matematika. Karena pada dasarnya saya gak suka itung-itungan. Jadi, gak heran kalo nilai matematika saya di rapot SMA gak pernah bagus. Lah wong saya gak suka, kok tetep di jejelin! Ya gak bakal masuk dong. Terus karena matematika saya jelek, saya di cap sebagai murid yang bodoh. Hahaha kalo diinget-inget sekarang sih saya pengen ketawa aja. Buktinya ilmu itu gak ada yang kepake di bidang yang saya geluti sekarang.

Terus saya inget banget kalo dulu temen-temen saya berbondong-bondong pengen masuk IPA. Katanya jurusan IPA tuh jurusan buat murid-murid pinter doang, prestise-nya tinggi, gampang masuk universitas negeri dan alasan-alasan lainnya. Saya sih emang gak pernah minat sama IPA. Bagi saya, IPA membosankan. Dan, saya emang gak pernah suka sama ilmu pasti. Maka masuklah saya di jurusan IPS.

Semua juga tau lah kalo jurusan IPS agak di anak tirikan, bahkan oleh sekolah dan guru-gurunya. "Anak IPA pinter-pinter. Anak IPS bego-bego! Anak IPA soleh semua! Anak IPS bejat-bejat!" Itu tuh sterotype yang bikin kita semua gak maju. Saya sih gak peduli mau dibilang bego apa gimana, lah orang saya gak suka kenapa saya harus maksa buat masuk IPA? Eh ternyata anak-anak IPA di sekolah saya kuliahnya banyak yang gak nyambung sama jurusannya. Sia-sia banget gak sih?

Belom lagi sejak SD kita sudah di seragamkan. Mau buktinya? Waktu SD kita pasti di suruh bikin gambar gunung. Coba bandingkan, gambar kita pasti mirip kan satu sama lain? Ada gunung, jalan raya, matahari di tengah gunung, sawah hijau di sekitar jalan, dan burung yang berterbangan. Kenapa bisa gitu? Karena guru-guru mengajarkan itu! Kalo ada yang salah atau tidak seperti yang di ajarkan, guru kita akan marah. "Langit itu biru!" "Gunung itu bentuknya seperti ini!" "Matahari itu bulat!" "Sawah berwarna hijau!" dll. Jika ada anak yang menggambar matahari bentuknya kotak, atau langit berwarna hijau, pasti di-cap salah dan diberi nilai jelek. Aneh ya?

Sadar gak kalo dari dulu kita dididik untuk mengikuti pola ini: sekolah -> kuliah -> kerja jadi karyawan -> nikah -> mati.
Gak pernah tuh saya diajarin untuk jadi wiraswasta. Atau diajarin gimana caranya mengatur perusahaan sendiri.
"Kamu sekolah yang bener, biar pinter, biar dapet universitas yang bagus jadi kamu gampang nyari kerja. Kalo kamu udah kerja di perusahaan besar itu berarti kamu udah sukses." Pasti gak asing kan sama kata-kata diatas? Kayaknya hampir semua anak di Indonesia yang 1 generasi sama saya ngalamin yang serupa.

Saya tidak bilang itu buruk, namun omongan tadi adalah hasil "cuci otak" jaman orde baru. Karena definisi sukses kala itu adalah dapet kerja di perusahaan. Sebuah hal yang wajar, mengingat saat orde baru Indonesia membutuhkan banyak pekerja untuk membangun perekonomian. Sehingga orang-orang pada masa itu dididik untuk jadi karyawan hebat. Dan untuk diterima menjadi karyawan pada saat itu sangat sulit. Akhirnya timbul mindset bahwa orang yang mampu bekerja di perusahaan besar atau instansi pemerintah yang bergengsi, di cap sebagai manusia yang memiliki derajat tinggi.

Mindset kuno: Bekerja selamanya jadi karyawan adalah sebuah hal yang menjajikan masa depan cerah. Pensiun terjamin. Keluarga sejahtera. Hidup bahagia.
Mindset ini di wariskan turun temurun hingga generasi orang tua kita. Sehingga banyak orang yang terpaksa menjalani hidupnya dengan mindset seperti itu. Banyak orang yang sebenernya gak suka dengan pekerjaannya, namun terpaksa bekerja karena mindset itu.
Banyak orang yang jadi robot.

Bagi saya tidak seperti itu. Bagi saya kebahagiaan adalah menjalani apa yang kita suka dengan tekun dan sungguh-sungguh, sehingga kita dapat value dari apa yang kita kerjakan.
Love first, money will follow. Saya percaya jika saya mengerjakan apa yang saya sukai dan menjadi passion saya dengan sungguh-sungguh, sukses akan mengikuti dengan sendirinya. Saya lebih baik bekerja dengan gaji yang kecil tapi bahagia, daripada bekerja dengan gaji yang besar namun tidak bahagia. (Dan betapa beruntungnya saya, di tempat kerja sekarang saya dapat keduanya: kerjaannya menyenangkan dan gajinya pun lumayan).

Banyak kok orang-orang yang menekuni apa yang disukainya dan sukses, beberapa diantara mereka bahkan gak lulus kuliah. Bill Gates, Mark Zuckerberg, Sean Parker, Bob Sadino, Hendy Setiono, Andy. F. Noya adalah beberapa diantaranya.

Generasi kita harus lebih maju daripada generasi sebelumnya. Jadi semestinya mindset generasi kita seperti ini: sekolah -> kuliah -> jadi karyawan -> cari pengalaman dan koneksi -> membuka usaha sendiri -> nikah -> mati

Saya lebih memilih menjadi wiraswasta yang memiliki usaha sederhana, daripada jadi karyawan perbankan bergaji puluhan juta. Karena menurut saya orang-orang besar yang revolusioner, pasti berani berani ambil resiko dan meninggalkan comfort zone mereka. Nah kalo saya selamanya jadi karyawan, berarti saya udah terlena dengan comfort zone saya.

Mungkin saya terlalu idealis. Tapi bukankah saat seperti ini adalah saat yang paling tepat untuk bermimpi setinggi-tingginya?
Kalopun salah, saya tidak akan menyesal. Karena ini adalah waktunya berbuat kesalahan sebanyak-banyaknya. Masih muda, belum punya tanggungan apa-apa, kenapa harus takut?

Jadi......... yuk rame-rame tekuni apa yang menjadi passion kita. Kalo suka bola, latihan yang rajin biar jadi Bambang Pamungkas baru. Kalo pengen jadi sutradara, usaha terus sampe melebihi Joko Anwar. Kalo mau jadi ilmuwan ya sekolah yang tinggi biar bisa ngalahin B.J Habibie.

Jangan takut gak bisa hidup, jangan takut masa depan suram, jangan mau dipaksa melakukan apa yang sebenernya kita gak suka, jangan membatasi diri, JANGAN MAU JADI ROBOT!

Karena ini hidup kita dan ini adalah petualangan kita!





Saturday, January 7, 2012

Selamat Datang di Tempat Terakhir

Kemaren gue baru ngeliat Facebook dari orang yang baru saja meninggal dunia.
Apa yang gue lihat disana amat memilukan. Ada seorang yang menulis, "Lo bilang abis pulang dari sana lo mau ke rumah gue... gue gak nyangka lo gak bisa kesini lagi. Selamat jalan kawan.. :(" Lalu ada juga yang menulis "masih kebayang jailnya lo. Semoga semua amal dan kebaikan lo diterima Allah SWT... Amin"

Dan berbagai macam ungkapan duka cita lain.

Gue tidak mengenal almarhum, tapi apa yang tertulis disana cukup membuat gue terharu dan sedih.

Ada seorang temen gue yang meninggal setahun lalu. Dan beliau sudah gue anggap seperti abang sendiri. Beliau adalah orang yang sangat sangat sangat baik. Sepanjang gue kenal, gak pernah sekalipun beliau bikin gue kesel atau marah.
Sampe sekarang, gue masih ga sanggup buka Facebook nya. Takut sedih lagi soalnya.
Mungkin gue terlalu lebay atau gimana kali yaa... hehehehe....

Tapi, hal-hal kaya gitu yang bikin gue bertanya-tanya, seperti apa gue nanti saat gue harus meninggalkan dunia?

Gue bukan manusia yang baik hati seperti Bunda Theresa.
Gue bukan sosok tampan seperti Brad Pitt.
Gue bukan orang yang jenius seperti Albert Einstein.
Dan yang pasti, gue bukan orang yang sholeh layaknya Ustadz Solmed.

Apa yang orang-orang pikirkan ketika mereka menghantar gue ke peristirahatan terakhir?
Apakah yang datang banyak? Apakah mereka sedih?
Apakah mereka merasa kehilangan? Apakah mereka benar-benar ikhlas mendoakan gue?

Kita bisa tahu bagaimana seseorang menjalani hidupnya berdasarkan apa yang terjadi saat pemakamannya.

Orang yang baik adalah orang yang diingat oleh banyak orang karena perbuatannya.
Orang yang baik adalah orang yang ketika dia pergi, dia meninggalkan senyum penuh arti pada orang-orang yang ditinggalkan ketika mereka mengenangnya.
Orang yang baik adalah orang yang ketika tiba pemakamannya, orang-orang berduyun-duyun datang untuk mengantarkannya ke tempat terakhir.

Saat menulis ini gue sadar kalo gue harus menjalani hidup ini sesuai yang gue mau. Jadi diri sendiri dan memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang gue sayang. Gue harus bikin bangga keluarga gue, terutama orang tua. Gue harus selalu ada buat sahabat-sahabat gue. Gue harus raih semua cita-cita gue. Sehingga saat gue harus pergi, gak ada penyesalan yang menghantui. Gak ada sesuatu yang mengganjal. Jadinya gue bisa pergi dengan tenang.

Jika pada saatnya nanti gue ditanya, "sudah siapkah kau untuk pergi?" , gue akan menjawab dengan mantab, "Saya siap, silahkan ambil ruh saya. Saya memang punya banyak dosa, tapi saya telah menjalani hidup saya seperti yang saya inginkan. Kalo pun ada yang benci saya, saya akan terima. Karena saya sadar kalo saya gak mungkin memuaskan semua pihak."

Kita semua pasti akan meninggal.

Sekarang pertanyaannya, seperti apa kita mau dikenang oleh orang lain?