Friday, September 28, 2012

Magis dalam Sebuah Permainan

Ada 2 hal dalam hidup yang paling banyak menyita waktu saya. Hal pertama adalah membaca, menonton, dan membicarakan sepakbola. Yang kedua adalah bermain sepakbola.

Jika ditanya mana yang lebih menarik? Jawabannya adalah hal yang ke-dua.

Saya memang tak pernah bisa menjadi atlet sepakbola profesional. Tapi saya selalu menikmati bermain sepakbola.

Kelas 1 SD. Pertama kali saya bermain sepakbola. Usai sekolah, saya pulang dengan jemputan. Saya yang saat itu paling kecil di mobil jemputan, nurut saja ketika teman-teman satu jemputan saya memutuskan untuk singgah sebentar di rumah Emir, salah satu orang yang juga anggota mobil jemputan tersebut. Setelah minum dan makan cemilan, mereka memutuskan untuk bermain sepakbola. 

Arenanya adalah sebuah halaman rumput di rumah Emir, sedangkan bolanya adalah bola tenis. Saya yang ketika itu sama sekali belum pernah main bola, nurut saja ketika disuruh jadi bek. Tugas saya ketika itu: berdiri di dekat kiper dan menendang bola yang datang ke arah saya. Saya sama sekali tak mengerti aturan, tak paham bagaimana bermain sepakbola, benar-benar cuma ikut-ikutan. Tapi ada saat dimana saya menendang bola tenis tadi, tak terlalu keras namun terarah, dan tiba-tiba orang-orang berteriak dan menghampiri saya. Ternyata, itu yang dinamakan gol dan saya yang mencetaknya. 

Sejak itu, sepakbola adalah sesuatu yang menarik buat saya.

Hampir seluruh sore masa kecil saya, saya habiskan dengan bermain sepakbola. 
Di sebuah gang di komplek, saya menendang bola bersama teman-teman. Saling bertukar operan, mengejar lawan, berbagi kesenangan, begitu bebas sampai lupa waktu. 
Saat itu, Adzan Maghrib adalah peluit akhir pertandingan. 
Seringkali saya pulang ke rumah dengan kaki bau got dan baju yang dekil. 

Di sekolah juga sama. Saat SMP dan SMA hampir tiap hari saya bermain sepakbola. Saat bel akhir berbunyi, secepat kilat saya menuju lapangan. Mengumpulkan beberapa teman dan mulai bermain. 

Umur bertambah, teman main bola berubah, tempatnya pun tak sama. 
Yang selalu sama adalah sensasi tak tergantikan di dalam diri saya, yang hanya timbul ketika bermain sepakbola. Sensasi ketika mampu menggocek lawan, ketika dengan sukses merebut bola, ketika mampu menghasilkan permainan yang indah dengan rekan 1 tim, atau ketika mampu menciptakan operan yang tak terduga.
Yang paling nikmat adalah ketika berhasil mencetak gol. Apalagi gol yang menentukan kemenangan tim. Perasaan meletup-letup itu takkan ada gantinya. Rasanya lebih nikmat daripada wisuda kelulusan.

Bermain sepakbola mengajarkan banyak hal. Respect adalah ketika menjabat tangan lawan sehabis bermain dan saling mengakui. Kerjasama adalah ketika semua anggota tim melakukan yang terbaik untuk kemenangan tim. Kebersamaan adalah ketika menikmati kemenangan bersama-sama, dan menangisi kekalahan, juga bersama-sama. 

Hal-hal seperti itulah yang tidak saya dapatkan pada olahraga lain seperti basket, badminton, atau balap karung. Sensasinya berbeda. Bermain sepakbola memiliki sensasi magis yang takkan pernah bisa disamai oleh olahraga apapun. 

Sepakbola adalah "agama" buat saya dan sebagian besar manusia di bumi ini. 
Dan seperti juga agama lain yang mewajibkan umatnya untuk melakukan ritual tertentu, pada sepakbola ritualnya adalah dengan memainkannya, entah di lapangan rumput berkelas internasional, lapangan futsal di tengah kota, gang-gang kecil dan sempit, atau tanah kosong tak berpenghuni, dimanapun!

Karena itu, ayo siapkan kaki, kumpulkan teman-teman dengan keinginan yang sama, cari tempat yang asik, dan mulailah bermain.
Selamat menendang, berlari-lari bebas, dan menikmati permainan terindah sejagat raya!











Sunday, September 9, 2012

Analisis Pola Penulisan Twit di Kalangan Pengguna Twitter di Indonesia

Selamat hari Minggu!
Di hari Minggu yang cerah ini saya akan membagi sedikit isi otak saya yang sudah dari tadi malam meminta untuk dituliskan di blog ini.

Oke, kali ini saya akan membahas suatu fenomena sebuah sosial media yang bernama Twitter.
Twitter adalah sebuah sosial media berbentuk micro blogging...... errgghh... untuk asal usul Twitter dan info-info tentang Twitter, gak usah dijelasin deh. Saya males nulisnya soalnya. Googling aja sendiri. Udah pada gede kan ya?

Oke, lanjut. Di Indonesia Twitter adalah media sosial yang cukup populer dengan pengguna sebanyak 29 juta orang. Indonesia juga menempati tempat ke-5 dalam urutan negara dengan pengguna Twitter terbanyak, dibawah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Inggris Raya. Pengguna Twitter di Indonesia juga salah satu yang paling cerewet. Jakarta adalah kota dengan kepadatan twit nomor 1 di dunia, Bandung ada di nomor 6.
Sudah terbukti bahwa orang Indonesia emang paling doyan ngomong.

Nah, setelah saya teliti dengan seksama, bekerjasama dengan "Badan Amanat Penelitian dan Pengembangan Twitter Indonesia Zuper Zekali" (BAPPTIZZ), saya menemukan pola-pola yang menarik dalam kebiasaan nge-twit para pengguna Twitter di Indonesia berdasarkan waktu nge-twit nya. Saya membaginya dalam 4 pola-waktu.

Untuk penjelasannya silahkan simak tulisan di bawah ini:

1. Waktu: pagi hari.
     Pola: motivasi-inspirasi.

Di pagi hari orang Indonesia akan ngetwit kalimat-kalimat bijak, motivasi, serta inspirasi. Hal ini dilakukan untuk menyemangati diri sendiri dalam rangka menyambut hari baru.
Contoh twit: "Mentari pagi bersinar memberi kehangatan dan semangat baru untuk menjalani hidup yang lebih baik. SEMANGAT!" atau "Berikan yang terbaik untuk orang-orang yang kau sayang, maka hari-harimu akan diiisi oleh cinta yang takkan surut. #semangatpagi"
Itu hanya salah dua contoh. Bahkan terkadang twit-twit kalimat bijak, motivasi, serta inspirasi di pagi hari lebih mirip iklan layanan masyarakat atau malah kutipan-kutipan dangkal di buku tulis KIKI.

2. Waktu: siang hari
     Pola: pamer makan siang

Siang hari. Waktunya pamer makan siang. Makan dimana, makan apa, sama siapa. Pokoknya harus eksis! Biasanya kalo makan siang Twitternya di sambungkan dengan media sosial lain seperti Instagram, 4Square, Friendster, Live Connector, dll.
Contoh twit: "Im at Warteg Bahari Teguh. Oncom disini enak banget lho aseli." atau "Makan siang di Pecel Lele Mbok Duloh. Lelenya gede, sambelnya mantap, sedotan teh manisnya warna-warni, aer kobokannya manis, mas-masnya macho. Very very very recommended guys!"

3. Waktu: sore hari
    Pola: ngeluh macet

Tiba saatnya untuk pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Niatnya pengen buru-buru sampe rumah, tapi apa daya, macet menyergap dimana-mana. Nah, dengan kondisi yang kayak gini biasanya pengguna Twitter mengisi waktu di tengah kemacetan dengan ngeluh, ngeluh, dan ngeluh betapa macetnya jalanan yang mereka lalui.
Contoh twit: "Duh jalanan macet gak abis-abis! Capek tau ahelah!!!" atau "Pulang kantor jam 5 sore, waktu yang mestinya cuma 25 menit ke rumah jadi 17 jam gini! Kapok ah punya rumah di Pantura! Hufffttttttttt!!"

4. Waktu: malam hari
     Pola: Galau

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk menggalau. Dingin dan sendu. Mulai deh inget-inget mantan atau inget-inget mantannya mantan. Di Twitter, komoditas paling laku adalah komoditas JOMBLO. Beruntunglah bagi para Jomblo, kalian punya nilai jual yang tinggi. Twitter tanpa galau adalah Twitter yang tidak sempurna. Camkan itu.
Contoh twit: "Kamu tau rasanya jatoh dari pesawat? Tapi ini lebih sakit 3000x waktu aku liat kamu jatoh cinta sama orang lain" atau "I love you so much, but you only love Somad :("

Yak. Itulah hasil analisis saya yang bekerjasama dengan  "Badan Amanat Penelitian dan Pengembangan Twitter Indonesia Zuper Zekali" (BAPPTIZZ). Semua sudah diolah dengan software berteknologi tinggi yang memastikan hasil yang keluar adalah hasil yang sempurna.

Berakhir sudah kebersamaan kita. Saya sebagai pegawai kantoran yang kurang kerjaan di hari Minggu mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan dedikasi kalian untuk membaca postingan yang gak jelas ini.

Terus lah ngetwit dan buat Indonesia bangga pada bacotan-bacotan mu!




Monday, September 3, 2012

The Curious Case of Robin van Persie


Saya sedang menyusuri timeline Twitter saya ketika saya liat berita ini: “RvP signs 4 years contract with Man United”. Tentu saja saya senang dengan kabar tersebut. Sudah lama United tidak mendatangkan pemain kelas dunia dengan harga tinggi. Apalagi kali ini United mendatangkan top skor EPL musim lalu dengan 30 gol, siapa yang tidak senang? Well, kecuali fans Arsenal.

Robin van Persie, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Judas ke 5 bagi sebagian fans Arsenal, adalah striker no. 9 terbaik di Eropa. Musim lalu ia mencetak 30 gol + 14 asist dari 38 pertandingan, seringkali menyelamatkan Arsenal dari kekalahan, dan sukses bertransformasi dari predikat “striker jago namun sering cedera” menjadi “striker jago dengan gol-gol indah”. Kapten, penyelamat, striker terbaik. Musim 2011-2012 adalah musimnya RvP. Bahkan Arsenal musim lalu dijuluki Van Persie FC.
Namun, dengan harga 24 juta Poundsterling, RvP mengganti seragam Arsenal dengan jersey kotak-kotak taplak meja milik United.

Arsenal terlanjur dikenal sebagai feeder club bagi Manchester City dan Barcelona. Tapi tidak untuk Manchester United. Hubungan Arsenal dan United sebenarnya sudah tidak sepanas medio 2000-an awal dimana rivalitas mereka begitu kental dan sengit. Namun tetap saja, kepindahan pemain dari Arsenal ke United atau sebaliknya, merupakan hal yang agak tidak lazim. Lalu kenapa ia memutuskan untuk pindah dari Arsenal? Dari zona nyamannya selama ini? Dari tempat dimana 60 ribu supporter mengelukan namanya dan menyembah kehadirannya? Gelar? Uang? Atau yang lain? Mengapa Arsenal berani mengambil langkah ini?

Tidak seperti kebanyakan orang yang langsung menghakimi RvP sebagai mata duitan, pengkhianat, glory hunter dan julukan-julukan lain, saya mencoba melihat dari sisi Arsenal.
Setelah menganalisis kesana kemari, akhirnya saya sampai pada kesimpulan ini: Wenger ingin membuat tim yang baru.

7 tahun tanpa gelar tentu adalah sebuah masa yang tidak menyenangkan. Wenger butuh sesuatu untuk mengembalikan Arsenal pada masa dimana mereka diperhitungkan untuk jadi juara, bukan sekedar masuk 4 besar. Ia memilih untuk menjual pemain-pemain yang hati dan pikirannya tidak lagi 100% di Arsenal dan untuk membuat sebuah tim yang baru. Poros Fabregas-Nasri-RvP yang pernah menjadi tumpuan Arsenal, satu per satu dijual Wenger. Wenger tahu bahwa ini adalah waktunya move on dari poros tersebut, dan membuat tim dengan poros baru. Karena itulah Wenger menjual RvP walau ke klub rival, dan Alexander Song ke Barcelona. Sebuah langkah yang pahit, namun harus tetap dijalani.

Wenger bukan manajer bodoh. Ia hanya keras kepala. Ia tahu bahwa ini bukan langkah yang populer, namun ia harus melakukannya. 24 juta Poundsterling untuk striker 29 tahun dengan kaki kaca. Sebuah bisnis yang menguntungkan bagi Arsenal.

RvP adalah alasan mengapa Arsenal bisa bertahan di big four musim lalu. Namun jika seorang pemain tidak lagi fokus pada tim yang dibelanya, sepenting apapun pemain itu, maka keputusan menjualnya adalah keputusan yang harus dilakukan, meski dengan konsukensi dibenci fans sendiri.

Sekarang, coba lihat pemain-pemain yang didatangkan Arsenal musim ini: Oliver Giroud, Lukas Podolski, Santi Cazorla. Transfer-transfer ini diluar kebiasaan Wenger. Jika lazimnya Wenger membeli pemain-pemain mentah untuk dikembangkan menjadi pemain top, maka kali ini Wenger membeli pemain yang sudah matang. Ini berarti Wenger butuh solusi cepat untuk membangun tim baru. Dengan deretan pemain tersebut, tim baru Arsenal tampak menjanjikan.

Saya yakin, walaupun dalam 2 pertandingan para penyerang Arsenal terlihat seperti sawah di musim panas –kering dan tidak subur- tapi Arsenal akan baik-baik saja dan tetap mampu bersaing di EPL.
Transfer RvP selain menjadi berita yang menyita perhatian di seluruh dunia, juga merupakan win-win solution bagi ke-3 pihak. Arsenal dapat untung, Wenger bisa move on dan membuat poros baru, peluang RvP untuk bisa meraih gelar yang diimpikan terbuka lebar, United pun bisa tersenyum karena lini depan mereka tidak akan bergantung pada Rooney seorang.

Semua senang. Semua menang. Eh semua menangnya belum tentu deng. Karena itu hanya bisa diketahui di akhir musim. Yang pasti untuk saat ini semua pihak yang terlibat dalam transfer ini, mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, jika di akhir musim United berada dibawah Arsenal dalam klasemen akhir, maka hanya akan ada 1 pihak yang paling senang: fans Arsenal.

(Tulisan diatas adalah tulisan yang saya bikin untuk mengikuti ajang pencarian penulis untuk website BolaTotal. Dan hasilnya adalah......... saya tidak diterima. Tulisan ini juga sekaligus tulisan pertama saya tentang sepak bola. Saya sendiri sesungguhnya kurang puas sama tulisan ini karena waktu dan bahan riset yang minim (akibat guenya sendiri yang nunda-nunda nulis, hehehe) dan memang kurang mood waktu bikin tulisan ini (saya memang pemalas, ampun Tuhan...).
Ternyata nulis tentang sepak bola itu gak semudah yang saya pikir yah. Banyak yang mesti diperhatiin, sehingga bisa jadi tulisan yang padat, menarik, dan gak dangkal kek begini. 
Okay then, i'll do better next time)