Showing posts with label Sajak. Show all posts
Showing posts with label Sajak. Show all posts

Monday, October 9, 2017

Semua Akan Baik Saja Pada Waktunya

Yang patah tumbuh
Yang hilang berganti
Sakit di hati mu
Takkan abadi

Waktu akan datang
Menelan pedih itu

Diam saja
Biarkan dia bekerja

Hingga nanti
Kamu akan tersenyum
Lebih manis
Dari biasanya

Selamat pagi.

Wednesday, September 28, 2016

Cerita tentang Perih di Dada dan Angin di Luar Jendela

Saat terkurung dalam ruang ini,
aku berbisik pada angin di luar jendela, 

"Sampaikan perih di dada ini padanya. Aku ingin kamu jadi mataku, untuk melihat senyumnya. Senyum paling hangat di dunia".

Maka berjalanlah ia. Melewati lampu-lampu kota yang berbinar. Menyapa daun-daun yang gemulai mengikuti geraknya. Berhembus ringan, saat bertemu pengemis renta di sisi jalan.

Di sebuah bukit dimana warung remang-remang mengikat para sopir truk yang lelah, ia berhenti sesaat. 

Hujan. 

"Aku tak ingin perih ini basah". Ia bergumam.

Ia pun berputar-butar anggun seperti balerina. Menyelinap ke sisi jendela kayu yang lapuk. Melewati ranjang yang berderit pelan. Hinggap di meja, mendinginkan kopi panas yang kini jadi tak layak diseruput karena sudah kehilangan pesona.

Sesaat setelah hujan reda, ia pun kembali berhembus. Ditemani bau rumput basah. Ia tersenyum. 
"Aku suka bau rumput sehabis hujan", gumamnya.

Ia berhembus kencang menerjang padang ilalang. Menghempaskan belalang yang berusaha sekuat tenaga bertahan. Lalu perlahan mengurangi hembusannya saat melewati sebuah desa yang gelap gulita.

Akhirnya ia tiba, di rumah yang ditinggali oleh dia yang senyumnya paling hangat. 

Ia mengitari rumah itu, lalu dengan lembut masuk melewati pintu kamar, yang tak tertutup rapat.

Di atas tempat tidur. Ada dia yang sudah terlelap. 

"Aku datang, untuk mengantar perih di dada. Dari orang yang ada jauh di sana". Ia berbisik pelan.

Sunyi. Tidak ada reaksi. Namun dalam lelapnya, dia tersenyum. 

Senyum yang paling hangat.

Hanya bisa dilihat oleh sang angin di luar jendela.

Dan entah kenapa, perih di dada ini.... semakin menggila.

Sayangku, aku rindu.



Monday, September 26, 2016

Dalam Selamat Tinggal Selalu Ada Harapan

Untukmu perempuan tangguh
Kamu bukan ratu, tapi kami tetap memujamu
Bukan dewi, tapi kami tetap mengikuti
Bukan bintang, tapi kamu tetap terang

Tentangmu yang punya mimpi besar, kami sudah tahu
Yang bekerja keras untuk itu, kami sudah tahu
Yang telah menghabiskan banyak luka dan air mata, itu juga kami tahu

Kami hanya tak tahu sejauh mana kamu akan melangkah
Entah di panggung bercahaya dengan kamu di pusatnya
Atau di layar perak yang mampu membuat dunia bersorak

Hari ini kami antar kamu dengan doa dan dukungan
Semoga kamu bisa meraih apa yang kamu impikan
Dan ingatlah, disaat kamu lemah oleh berbagai terpaan
Kami ada untuk menjadi harapan

Untukmu... wanita tangguh
Berjalanlah dengan tenang hingga sampai di tujuan
Sesungguhnya kamu punya orang-orang yang bisa memberi kekuatan

Jakarta, 4 Agustus 2015
Untuk Sang Novinta

Thursday, June 9, 2016

Malam Ini Kita Menuju Abadi

Lelah malam ini hanya pelepah yang umurnya takkan lama.
Tapi ingatan itu, akan hidup abadi dalam benak
seperti tamu pertama tawanan paling kesepian di penjara.

Api di dada dan cahaya di mata
adalah modal mu untuk berguna dan memberi bahagia.

Terus kobarkan dan jangan meredup.
Karena ribuan senyum adalah pertanda bahwa kamu dalam ingatan itu
akan terus bergema dan mustahil terlupa.

Coba ingat lagi
bukankah untuk itu kita hidup?

Thursday, June 2, 2016

Luapan yang Telah Menunggu Lama

Orang banyak salah kaprah.
Hanya menilai berdasarkan apa yang ada di wajah.
Saat melihat ku duduk di meja coklat kayu jati sambil membaca buku puisi, mereka tersenyum geli. Di pikirannya tak mungkin aku takluk oleh bait-bait indah ini.

Bukan soal mengikuti apa yang sedang digemari. Tapi ini puisi, saripati keindahan hidup.
Dan setiap kali bersentuhan dengannya, aku selalu kalah.

Aku cuek saja. Kuselami halaman demi halaman. Tenggelam dalam dunia yang belum sempat aku jamah.

Dalam tiap lembar nya, ada imajinasi yang menyala. Berpijar-pijar memohon keluar.

Aku tak tahan! Sudah terlalu lama tak merangkai huruf demi huruf. Kata demi kata. Menjadi kalimat-kalimat keresahan jiwa.

Kutumpahkan semua di media maya. Sedikit-sedikit, hingga aku tak sadar. Tahu-tahu, satu puisi sudah selesai.

Ya... Ini yang sedang kau baca.
Nikmatilah. Sebebasnya. Tanpa perlu takut salah kaprah.

Sunday, May 3, 2015

Our Life Testament

Majulah. Dengan semua yang kamu punya.
Berdirilah. Meski berkali-kali kakimu lemas dan terjatuh.
Menarilah. Seperti esok adalah hari dimana kau tak bisa lagi bergerak.
Tersenyumlah. Semanis kelopak bunga sakura yang bermekaran.
Tertawalah. Sepuasnya. Seterbahak-bahaknya. Hingga perutmu sakit dan nafasmu sesak.
Bernyanyilah. Seperti panggung itu hanya milikmu.
Bermimpilah. Setinggi-tingginya melebihi angkasa.
Menyesallah. Hingga kelegaan datang mengunjungimu.
Menangislah. Selagi air mata mu tak kering oleh kehilangan.
Berlarilah. Kejar mimpimu. Bahkan hingga ke ujung neraka sekalipun.
Berdoalah. Hingga Tuhan dan para Malaikatnya memeluk doamu.

Ini hidupmu. Jalani dengan caramu.

Tetapi ingatlah.

Orang-orang yang menghantarmu sampai ada disini.
Yang menemanimu, bahkan disaat terburuk hidupmu.
Yang memberimu kekuatan saat kau butuh.
Yang menjadikan mimpimu, mimpi mereka juga.

Jadilah lebih baik untuk mereka.
Jadilah lebih kuat untuk mereka.

Berjayalah untuk mereka.

Untuk kerja keras yang telah terbayar, Selamat.
Rayakanlah.
Dengan segenap sukacita.
Karena esok, kita akan menaklukan yang lebih berat.

Perjalanan ini sesungguhnya akan menghadapi tembok yang lebih tinggi lagi. Tembok yang bisa menghentikan dan menghancurkanmu jika kamu lengah.

Kamu sudah siap?
Karena kami selalu.

Friday, January 2, 2015

Dia dan Mimpi yang Memberi Kekuatan

Untuk apa kita hidup?

Mungkin tidak semua dari kita tahu pasti.


Karena jawaban atas pertanyaan itu tidak selalu dapat kita temukan secara jelas.

Di antara berjuta makna dan jawaban untuk itu, yang kita tahu pasti adalah semua orang mencari hidup yang bahagia.

Kebahagiaan.

Bentuknya abstrak. Bahkan tidak bisa dijelaskan. Indikatornya macam-macam.

Namun, ada salah satu yang pasti bisa membuat kita bahagia, yaitu saat kita mampu meraih mimpi.

Mimpi.

Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan mimpi.

Ada seorang gadis yang kita kenal, yang benar-benar bisa menggambarkan seberapa besar kekuatan mimpi.


Mari kita luangkan waktu, beberapa menit saja. Untuk menyimak cerita tentang dia.

Dia gadis biasa saja, awalnya.

Seorang gadis yang hari-harinya diisi oleh sekolah, berkumpul dengan teman-teman, jalan-jalan ke mall, bersantai di rumah, membaca komik favoritnya, menari lagu yang disukainya dan menghabiskan waktu dengan keluarga.

Tapi dia punya mimpi. Dan dia tahu, mimpi itu harus diwujudkan.

Maka berangkatlah dia… mengejar mimpinya.

Bersama dengan teman-teman dengan mimpi yang sama, bergabung di sebuah grup.

Di grup itu, dia bukan yang paling cantik. Bukan juga yang suaranya paling bagus, aktingnya paling memukau atau gayanya paling stylish.

Jadi, pada awalnya dia hanya berdiri di belakang barisan, saat teman-temannya tampil dengan lincah di depan, bertabur gemerlap cahaya.

Tapi dari belakang, dia banyak belajar.

Belajar mencari karakternya. Belajar mengetahui kelebihannya. Belajar menambal kekurangannya.

Maka, berjuanglah dia dengan mengorbankan banyak hal.


Hari-harinya dipenuhi tanggung jawab dan ekpektasi yang harus dia penuhi. Dia tak bisa lagi hidup seperti sebelumnya.

Namun, dia jalani semua dengan baik. Meskipun kita tahu, itu adalah hal yang sangat berat.

Keadaan ini memang penuh lika-liku.

Karena dia berada di industri yang menuntutnya untuk selalu bahagia.

Menuntutnya untuk selalu tersenyum.

Padahal dia manusia biasa.

Di atas panggung, dia tertawa. Di layar kaca, dia selalu ceria. Menghibur fansnya.

Tapi dibalik semua itu, ada hal-hal yang tak bisa dia bagi dengan fansnya.

Malam-malam saat dia tak bisa tidur karena khawatir.

Malam-malam dimana dia terlalu lelah, sampai ingin marah.

Malam-malam saat dia sudah sangat muak dan ingin berhenti.

Malam-malam di mana dia merasa jatuh dalam sekali….. dan tak ingin bangkit.

Malam-malam yang dia lalui dengan tangisan…..

Dia simpan itu semua, dan dia tanggung tekanan berat itu seorang diri.


Tapi dia yang kita tahu, tidak kenal menyerah.

Untuk mimpinya. Untuk orang-orang yang percaya padanya. 

Untuk orang -orang yang ingin dia buat bangga.

Dia terus berlari…


3 tahun berlalu.... Dia yang gadis biasa saja awalnya, telah tumbuh perlahan menjadi seorang bintang.

Hari ini, gadis itu berulang tahun ke 19.

Sebuah usia yang seharusnya diisi oleh kesenangan masa muda. Tertawa tanpa beban. Bersosialisasi dengan riang, bersenang-senang hingga lupa waktu.

Tapi, gadis itu rela menukarnya dengan peluh keringat, tetes air mata dan usaha keras yang tak habis-habis. Semuanya dia lakukan untuk mimpinya.


Menjadi saksi seorang gadis yang sedang mengejar mimpinya, adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Apa yang dilakukannya, membuat banyak orang tergerak untuk mendukungnya. Untuk sekedar mengucapkan semangat padanya, berusaha mengkritiknya saat dia melakukan kesalahan atau menghabiskan waktu, uang dan tenaga untuk menyaksikan perkembangannya.

Tanpa kita sadari.... mimpi gadis itu, kini juga jadi mimpi kita bersama.

Kekuatan mimpi seorang gadis biasa, menular pada banyak orang yang berbagi perasaan yang sama. Gadis itu, adalah alasan banyak orang untuk berani bermimpi dan mengejarnya.
                                                                                     
Jadi, mari bersama-sama mengejar mimpi, karena suatu hal yang diimpikan oleh banyak orang, punya kekuatan yang tak bisa terkalahkan.

Ingatlah selalu, jika kamu ada di titik terendah dalam hidupmu, kamu tak lagi sendirian.

Karena di sampingmu, ada jutaan orang yang bisa memberimu kekuatan ekstra untuk menghadapinya.

Terus kejar mimpimu untuk menjadi bintang. Bukan bintang yang bersinar terang sekali hingga cahayanya menyakitkan mata... tapi bintang dengan sinar yang hangat, yang mampu menjadi penenang orang-orang yang menikmati cahayanya.

Jadilah bintang yang bisa menerangi hati orang banyak, dan memberikan inspirasi.

Selamat ulang tahun, Devi Kinal Putri.



Saturday, November 15, 2014

Untukmu yang tak Pernah Hilang Dilarut Waktu

Semalam... kamu datang.
Lewat alam bawah sadarku.
Kamu yang sudah terlalu lama ada di hidupku.
Tak pernah lepas. Walau sudah mencoba.
Tak pernah hilang. Walau sudah menjauh.

Kamu datang.
Saat aku sedang mempertanyakan apa artinya cinta.
Waktunya tidak tepat. 
Karena saat ini aku sedang berusaha mencari sinar ku sendiri.

Hanya lewat 1 mimpi.
Hariku goyah. 
Sebegitu hebatkah pesona mu?
Hingga aku tak berdaya.
Bagai ombak yang hanya bisa pasrah dihempas sang angin.

Jujur saja, aku tidak suka.
Karena pasti sosokmu, akan bertahan lama di benakku.
Lengket seperti benalu.

Ya sudah. 
Biarkan ku pendam ini sampai nanti.
Sampai waktu yang fana menunjukkan jalan.
Sampai nanti saat takdir berpihak padaku.
Mungkin.


Sayangku....
Aku rindu.






Monday, May 26, 2014

Untuk Wanita yang masih dalam Genggaman Tuhan

Teruntuk kamu, wanita yang akan jadi terang dalam hidupku.
Maaf, aku masih belum bisa menemukanmu.
Karena sesungguhnya pun, aku belum tau kamu siapa dan dimana.
Saat ini, kamu terlalu misterius.

Teruntuk kamu, yang akan membuatku jadi lelaki yang lebih baik,
maafkan aku yang tak pernah menyebut namamu dalam doaku.
Bukan karena aku sombong, atau tak membutuhkanmu.
Bukan juga karena kamu tidak berharga bagi hidupku.
Tapi, ini keegoisanku. Aku punya prinsip.
Tuhan tahu itu.

Aku lelaki, dengan berbagai mimpi.
Mimpi besar, mimpi kecil, mimpi yang belum terucap, semua ada di kantong mimpiku.
Yang terbesar, tentu, mimpiku untuk pergi ke Old Trafford.
Alasanku tak pernah mencarimu adalah karena aku ingin mewujudkan mimpi terbesarku dulu.

Aku tak punya muka untuk berhadapan denganmu, sebelum mimpi itu kuwujudkan.
Karena sayang, bagiku, lelaki macam apa yang tak bisa mewujudkan mimpinya namun berani untuk meminangmu.
Untuk menanggung mimpinya saja aku belum mampu. Apalagi menanggung hidupmu.
Mustahil aku bisa mewujudkan bahagia kita, jika aku belum bisa mewujudkan bahagiaku sendiri.
Sungguh, aku tak sanggup, sayang.

Mungkin, mungkin saja, ini teori yang terlalu berani.
Mungkin saja kamu aku temukan, di waktu yang sama saat aku mewujudkan mimpiku tadi.
Mungkin kamu kutemukan saat pipi ini basah oleh air mata setelah melihat Old Trafford dengan mata kepala sendiri.
Disana kita bertemu, kita mengenal, lalu saling tersipu satu sama lain.
Mungkin. Sekali lagi, hanya mungkin.

Aku akan berusaha. Sekuat tenaga.
Karena aku juga tak mau kau menunggu lama.
Aku takut Tuhan berubah pikiran, lalu menjodohkanmu dengan orang lain.
Lalu hidupmu malah berakhir dengan penyesalan, karena menunggu aku yang tak kunjung datang.

Jadi sayang, saat ini kubiarkan kau yang masih dalam genggaman takdir Tuhan.
Lalu aku berjanji, akan menjemputmu.
Tunggu aku, sayang.
Setelah aku menyelesaikan apa yang harus ku selesaikan,
akan kujadikan kamu wanita paling berbahagia di alam semesta.

Salam kemuliaan,
aku yang masih harus berusaha mengejar mimpi,
Maulana Fadilah.






Friday, August 9, 2013

Untuk Pagi yang Tidak Biasa

Pagi telah datang menyapa.
Kali ini ia bangun dengan suara-suara kebenaran yang indah.
Bunyinya bertalu-talu seperti mengajak untuk segera singgah.

Ia berjalan, tidak dengan langkah cepat. Sedang saja.
Ia hirup kuat-kuat udaranya, "Ah, nikmat sekali...", gumamnya.
Sepintas ia takjub dengan aura pagi itu.
Ada yang berbeda. Tidak biasa. Tidak sama seperti pagi-pagi sebelumnya.
Ia yakin bahwa saat itu Semesta ikut menyambut dan merayakan.

Semakin ia melangkah, semakin kuat rasa sejuk yang berhembus dalam dirinya.
Ia tenggelam dalam syahdunya Hari Raya.
Pagi itu, ia melihat senyum orang-orang tak hentinya mengembang.
Ia melihat persaudaraan yang terjalin lembut, tanpa pretensi.
Ia melihat keramahan yang senantiasa hadir di balik senyuman.
Ia melihat harmoni yang mengalir di sela-sela obrolan hangat.
Ia melihat potret kedamaian sesungguhnya.

Pagi itu, Tuhan ada dimana-mana.

Mungkin, ini yang dinamakan kemenangan.






Monday, April 22, 2013

Semalam adalah Selamanya

Malam ini. Hujan. Deras.
Para penabur air sedang berpesta diatas sana.
Para pemimpi terlelap dalam ikatan fantasi.
Para pembohong sedang menderita dalam bualannya.
Sementara di sudut malam, si pemalas sedang asik bermain kata-kata.

23 telah berlalu. 
Semalam ia menangis di pangkuan Ibu.
Malam itu dahinya disapu oleh doa yang paling putih.
"Semoga kebahagiaan selalu ada di sisimu, nak", ujarnya.

Yang tak pernah orang tahu, 
jauh diatas sana, Tuhan sedang tersenyum sambil menyeka air mata.



Wednesday, February 6, 2013

06021958

Saat langit gelap dan tanah mulai memutih.
Burung besi raksasa mencoba mencengkram langit dengan susah payah.
Namun, ia terhempas, liar, tanpa arah.
Terseok-seok lalu benar-benar jatuh.
Langit berkata lain.

DUARRRRR!!!!
Dingin dan sunyi pecah oleh gelegar malapetaka.
Burung besi raksasa yang benar-benar tak berdaya,
melawan takdirnya, melawan Semesta.

Api mulai menjilat membabi buta.
Mencari apa saja yang bisa dilahapnya.
Seperti pengemis tua yang disantuni juragan kaya.

Tak lupa jua, kepulan asap yang berlarian di udara.
Membumbung tinggi....
Ingin memberi kabar pada seluruh dunia.
Bahwa sesungguhnya, kita, telah dan akan kehilangan jiwa-jiwa.

Jiwa-jiwa cemerlang yang seharusnya menjadi raja.
Dengan mahkota berupa harga diri dan kemampuan menguasai.
Sebuah kumpulan talenta terbaik Inggris Raya.
Yang takdirnya ada di puncak.
Hari itu, mereka kembali ke pangkuan yang menciptakannya.

Pecahlah tangis dan pilu di seluruh negeri.
Tangis untuk jiwa yang memang benar-benar dicintai.
Karena apa yang telah mereka lakukan adalah harapan.
Yang mereka toreh adalah sejarah.
Walau mereka menggenggam hidup yang singkat.
Mereka meninggalkan sesuatu yang tak mudah dilupakan.

Seperti bunga di musim panas.
Yang mekar dengan indahnya, walau waktunya tak lama.
Namun bunga itu mekar dengan sepenuh hati.
Menyebarkan wangi yang teramat wangi.
Menarik hati semua yang melihatnya.
Memikat erat semua yang menghirup wanginya.
Memberi kenangan indah bagi yang merasakan pesonanya.

Jiwa-jiwa cemerlang itu telah menjadi bunga di musim panas.
Bunga-bunga sepak bola Inggris Raya.
Bunga-bunga dari Manchester.
Tak terlupakan. Selalu dikenang.

Jiwa-jiwa itu kini abadi.















Friday, November 30, 2012

Persembahan bagi Orang Terpenting dalam Hidup


Lihatlah sosok itu.
Ramah dan menenangkan.
Walau bumi terbelah menjadi 4 bagian.
Dia akan tetap berdiri menjaga apa yang paling dicintainya.

Tataplah matanya.
Penuh cinta. Penuh kasih.
Cinta yang lembut namun tidak melenakan.
Kasih yang tenteram namun tidak menjerumuskan.
Bukti nyata, bahwa surga pun bisa ditemukan di dunia.

Dengarkan ia bicara.
Kau akan mengerti isi semesta raya.
Kehangatan kata yang membuatku lebih dewasa.
Kebijaksanaan yang meluluhkan ego.
Pedoman bagiku untuk melangkah, menjadi manusia seutuhnya.

Rasakan belaiannya.
Menjagaku dari resah hidup.
Memberi kedamaian bagi jiwa yang kalut.
Keberadaannya mencerahkan hari.
Memenuhi semangatku dengan keinginan untuk membuatnya bangga.

Telusuri hatinya.
Disitu aku temukan murninya rasa.
Belajar tentang indahnya berbagi.
Mengerti tentang makna kekuatan dan kesabaran.
Kemuliaan hati dari seorang hawa.

Hari ini, 56 tahun yang lalu, ruh-nya dihembuskan.
Saat ia tercipta, Tuhan pun tersenyum.
Karena ciptaannya akan menjadi seorang yang membawa banyak arti.
Tuhan tak pernah salah.

CiptaanNya kini menjadi yang paling penting di hidupku.
Sebuah cahaya yang paling terang.
Yang menjadi pelita untuk menuntun jalanku.
Sebuah anugerah terindah yang dititipkan Semesta padaku.
Yang kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku.

Aku berdoa, agar Tuhan memberinya umur panjang dan kesehatan.
Serta kehidupan yang bahagia, mulia dunia akherat.
Selamat ulang tahun, Mamah.


Monday, October 22, 2012

Saat Malam tak hanya Gelap

Dalam gelap, biasanya manusia akan tersesat.
Tapi tidak malam ini. 
Kegelapan malah menuntunnya menuju sebuah pelita yang tak ada habisnya.

Sambil melihat dua orang yang sedang berbaring pulas.
Dua orang yang paling penting dalam hidupnya.

Wajah laki-laki tua yang tenang dalam lelapnya. 
Tak lagi tersiksa dengan sakit yang sering mendera.
Serta wajah perempuan yang lega, lepas dari lelah setelah seharian menjaga.

Air mata menetes, lalu ia berjanji pada dirinya,
bahwa ia akan selalu berusaha membahagiakan dan takkan pernah mengecewakan mereka lagi.

Tuesday, October 2, 2012

Kelam

Bulan telah tiba, malam sebentar lagi dimulai.
Kesunyian dan kegelapan akan mengisi setiap detik.
Di sebuah ruang kosong penuh debu.
Beberapa raga tersaji di atas meja.

Berbagai senjata telah disiapkan.
Wajah para algojo kini berubah, tak terbaca.
Manusia tak berdosa dituduh bersalah.
Mereka dihabisi tanpa tau apa-apa.

Phobia akan suatu paham telah menghantui negeri ini.
Persetan dengan kemanusiaan dan rasa iba.
Semua disikat dengan dalih lindungi negeri.
Asumsi bodoh yang digunakan sekumpulan penguasa.

Ketika rakyat hanya jadi boneka penguasa yang kejam.
Darah-darah dari jiwa yang lemah tanpa kuasa,
bercucuran percuma, tak punya arti.
Hanya jadi pemenuhan birahi akan kekuasaan tertinggi.

Kalau sudah begitu apa yang bisa dilakukan?
Misteri ini terlalu gelap, terlalu samar dan dalam.
Siapa-siapa yang bertanggungjawab mungkin sudah menghilang selamanya.
Yang tersisa hanya kabut dingin dan mencekam, kebenaran yang belum tersentuh.

Apa yang terjadi dan siapa yang bertanggungjawab?
Misteri-misteri penting yang seharusnya segera dibuka.
Demi ratusan ribu jasad yang bersemayam di tanah ankara.

Mungkin kebenaran tak ada artinya bagi mereka yang sudah tiada.
Namun, itu akan sangat berguna untuk orang-orang di masa ini dan di masa depan.
Generasi selanjutnya harus tahu kebenaran, harus tahu sejarah bangsanya.
Karena bangsa yang tak tahu dari mana ia berasal, takkan tahu kemana ia akan melangkah.




Saturday, August 18, 2012

Malam Perenungan

Ia berjalan di suatu malam.
Dimana gema takbir yang syahdu,
penuh makna sukacita,
bercampur dengan
riuh mercon yang meletup kencang.

Malam itu ia merenung.

Ia telah melewati 30 hari penuh berkah.
Tapi ia merasa tak mendapat apa-apa.
Ia telah berperang sengit dengan hawa nafsunya.
Tapi seringkali ia kalah.

Apakah ia hanya mendapat lapar dan haus saja?
Apakah ia hanya jalani kewajiban saja, tanpa meresapi makna sesungguhnya?


Bulan yang suci dan agung. Dengan limpahan barokah, ampunan, dan nikmat yang tak terhingga,
setelah berlalu, ia belum menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Ia masih berlumur dosa. Masih menghamba pada nafsu. Masih menyia-nyiakan nikmat.
Apakah yang namanya puasa hanya seremonial saja untuknya?
Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikirannya.

Ia malu pada penciptanya.
"Aku mahluk yang tak tahu diuntung!"
ia memekik keras dalam hatinya, mengutuk ketidakberdayaan dirinya.
Astagfirullah hal adzim.

Bagaimana mungkin manusia kotor seperti dirinya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan ampunan di Hari Raya, jika bukan karena kebaikan Sang Pencipta?
Kini, ia sedikit mengerti. Kini ia sadar betapa lemah dirinya.
Tak berdaya. Hanya debu.

Ia berjalan pada suatu malam yang mungkin akan merubah dirinya.
Sambil menatap langit, ia mengucap:
"Allah Maha Besar, saya berjanji pada diri saya sendiri, mulai esok saya akan menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bersyukur"











Thursday, August 2, 2012

Dari Mata Seorang Amatiran

Jakarta siang ini. Melankolis.
Mendung. Sendu. Angin bertiup pelan. Seperti berbisik.
Mungkin sedang memuji Tuhan, dengan caranya sendiri.

Tak lama kemudian ia datang, sebentar saja.
Indah... indah sekali..
Lalu tiba-tiba, raut wajah mereka, sumringah.
Senyumnya, bahkan bisa membuat Firaun mengalah.
Lalu ia pergi setelah mengucapkan sesuatu yang tak ada artinya.
Namun tetap saja terdengar indah.

Kini, hanya melodi yang tenang. Mengisi ruangan berjendela besar ini.
Dari jendela inilah aku menangkap suara alam. Suara Jakarta siang ini.
Terkadang memang, hal-hal kecil yang luput ditangkap indra, lebih menarik dari yang jelas-jelas bisa ditafsirkan.

Jika kau tak mengerti apa yang hendak kusampaikan. Cuek saja.
Ini hanya pengamatan kilat tentang suasana lingkungan sekitar, dari mata seorang amatiran.
Jangan hiraukan kawan.
Ini hanya tulisan dari seseorang yang sedang tak melakukan apa-apa.





Tuesday, June 19, 2012

Badai

















Ketika batas antara realita dan ilusi kian kabur.
Dirinya terombang-ambing dalam ketidakberdayaan.

Sekilas pergi, sekilas kembali.
Potret bahagia yang lampau.
Senyum yang tak pernah dimiliki.
Rasa yang melekat.
Semua jadi satu, saling bunuh.

Pada akhirnya, dia tak mampu berbuat apa-apa.











Benderang dalam Gulita

Sudah 7 tahun aku tak bisa bergerak leluasa.
Selalu saja ada yang membuatku kembali.
Entah karena memang istimewa.
Atau aku sendiri yang terjebak dalam kebodohan tak terkendali.

Puluhan karya tercipta, memuja.
Ratusan paragraf, ribuan prosa, percuma?
Doa tak terhingga terpanjatkan.
Bahagia. Syukurlah kini terwujudkan.

Sepahit-pahitnya kenyataan, harus aku telan.
Seperih-perihnya luka, harus aku lawan.
Karena untuk jadi dewasa itu tak mudah kawan.

Malam ini, aku lepas. Lepas dari ketidakleluasaan yang menggerogoti.
Pikiran, hati, tingkah laku, sikap, nurani.
Malam ini, akhirnya aku bisa benar-benar meluncur dari pusaran hal-hal muluk, hanya angan.
Lepas dari genggaman yang tak pernah terbalaskan.

Babak baru perjalanan dan pencarian sudah di depan mata.

Malam ini, aku terlahir kembali.



Thursday, June 7, 2012

Seperti Jalanan Jakarta saat Lebaran

Kamis, 7 Juni 2012. 22:04.

Otak dan mulut berhasil menyinkronkan ego mereka.
Hasilnya? Kelegaan yang tak terpikirkan sebelumnya.

Malam ini, si pengecut berhasil naik 1 langkah dan jadi dewasa.