Monday, October 9, 2017
Semua Akan Baik Saja Pada Waktunya
Yang hilang berganti
Sakit di hati mu
Takkan abadi
Waktu akan datang
Menelan pedih itu
Diam saja
Biarkan dia bekerja
Hingga nanti
Kamu akan tersenyum
Lebih manis
Dari biasanya
Selamat pagi.
Wednesday, September 28, 2016
Cerita tentang Perih di Dada dan Angin di Luar Jendela
Monday, September 26, 2016
Dalam Selamat Tinggal Selalu Ada Harapan
Kamu bukan ratu, tapi kami tetap memujamu
Bukan dewi, tapi kami tetap mengikuti
Bukan bintang, tapi kamu tetap terang
Tentangmu yang punya mimpi besar, kami sudah tahu
Yang bekerja keras untuk itu, kami sudah tahu
Yang telah menghabiskan banyak luka dan air mata, itu juga kami tahu
Kami hanya tak tahu sejauh mana kamu akan melangkah
Entah di panggung bercahaya dengan kamu di pusatnya
Atau di layar perak yang mampu membuat dunia bersorak
Hari ini kami antar kamu dengan doa dan dukungan
Semoga kamu bisa meraih apa yang kamu impikan
Dan ingatlah, disaat kamu lemah oleh berbagai terpaan
Kami ada untuk menjadi harapan
Untukmu... wanita tangguh
Berjalanlah dengan tenang hingga sampai di tujuan
Sesungguhnya kamu punya orang-orang yang bisa memberi kekuatan
Jakarta, 4 Agustus 2015
Untuk Sang Novinta
Thursday, June 9, 2016
Malam Ini Kita Menuju Abadi
Tapi ingatan itu, akan hidup abadi dalam benak
seperti tamu pertama tawanan paling kesepian di penjara.
Api di dada dan cahaya di mata
adalah modal mu untuk berguna dan memberi bahagia.
Terus kobarkan dan jangan meredup.
Karena ribuan senyum adalah pertanda bahwa kamu dalam ingatan itu
akan terus bergema dan mustahil terlupa.
Coba ingat lagi
bukankah untuk itu kita hidup?
Thursday, June 2, 2016
Luapan yang Telah Menunggu Lama
Orang banyak salah kaprah.
Hanya menilai berdasarkan apa yang ada di wajah.
Saat melihat ku duduk di meja coklat kayu jati sambil membaca buku puisi, mereka tersenyum geli. Di pikirannya tak mungkin aku takluk oleh bait-bait indah ini.
Bukan soal mengikuti apa yang sedang digemari. Tapi ini puisi, saripati keindahan hidup.
Dan setiap kali bersentuhan dengannya, aku selalu kalah.
Aku cuek saja. Kuselami halaman demi halaman. Tenggelam dalam dunia yang belum sempat aku jamah.
Dalam tiap lembar nya, ada imajinasi yang menyala. Berpijar-pijar memohon keluar.
Aku tak tahan! Sudah terlalu lama tak merangkai huruf demi huruf. Kata demi kata. Menjadi kalimat-kalimat keresahan jiwa.
Kutumpahkan semua di media maya. Sedikit-sedikit, hingga aku tak sadar. Tahu-tahu, satu puisi sudah selesai.
Ya... Ini yang sedang kau baca.
Nikmatilah. Sebebasnya. Tanpa perlu takut salah kaprah.
Sunday, May 3, 2015
Our Life Testament
Menarilah. Seperti esok adalah hari dimana kau tak bisa lagi bergerak.
Tersenyumlah. Semanis kelopak bunga sakura yang bermekaran.
Tertawalah. Sepuasnya. Seterbahak-bahaknya. Hingga perutmu sakit dan nafasmu sesak.
Bernyanyilah. Seperti panggung itu hanya milikmu.
Bermimpilah. Setinggi-tingginya melebihi angkasa.
Menyesallah. Hingga kelegaan datang mengunjungimu.
Menangislah. Selagi air mata mu tak kering oleh kehilangan.
Berlarilah. Kejar mimpimu. Bahkan hingga ke ujung neraka sekalipun.
Berdoalah. Hingga Tuhan dan para Malaikatnya memeluk doamu.
Ini hidupmu. Jalani dengan caramu.
Tetapi ingatlah.
Orang-orang yang menghantarmu sampai ada disini.
Yang menemanimu, bahkan disaat terburuk hidupmu.
Yang memberimu kekuatan saat kau butuh.
Yang menjadikan mimpimu, mimpi mereka juga.
Jadilah lebih baik untuk mereka.
Jadilah lebih kuat untuk mereka.
Berjayalah untuk mereka.
Untuk kerja keras yang telah terbayar, Selamat.
Rayakanlah.
Dengan segenap sukacita.
Karena esok, kita akan menaklukan yang lebih berat.
Perjalanan ini sesungguhnya akan menghadapi tembok yang lebih tinggi lagi. Tembok yang bisa menghentikan dan menghancurkanmu jika kamu lengah.
Kamu sudah siap?
Karena kami selalu.
Friday, January 2, 2015
Dia dan Mimpi yang Memberi Kekuatan
Mungkin tidak semua dari kita tahu pasti.
Karena jawaban atas pertanyaan itu tidak selalu dapat kita temukan secara jelas.
Di antara berjuta makna dan jawaban untuk itu, yang kita tahu pasti adalah semua orang mencari hidup yang bahagia.
Kebahagiaan.
Bentuknya abstrak. Bahkan tidak bisa dijelaskan. Indikatornya macam-macam.
Namun, ada salah satu yang pasti bisa membuat kita bahagia, yaitu saat kita mampu meraih mimpi.
Mimpi.
Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan mimpi.
Ada seorang gadis yang kita kenal, yang benar-benar bisa menggambarkan seberapa besar kekuatan mimpi.
Mari kita luangkan waktu, beberapa menit saja. Untuk menyimak cerita tentang dia.
Dia gadis biasa saja, awalnya.
Seorang gadis yang hari-harinya diisi oleh sekolah, berkumpul dengan teman-teman, jalan-jalan ke mall, bersantai di rumah, membaca komik favoritnya, menari lagu yang disukainya dan menghabiskan waktu dengan keluarga.
Tapi dia punya mimpi. Dan dia tahu, mimpi itu harus diwujudkan.
Maka berangkatlah dia… mengejar mimpinya.
Bersama dengan teman-teman dengan mimpi yang sama, bergabung di sebuah grup.
Di grup itu, dia bukan yang paling cantik. Bukan juga yang suaranya paling bagus, aktingnya paling memukau atau gayanya paling stylish.
Jadi, pada awalnya dia hanya berdiri di belakang barisan, saat teman-temannya tampil dengan lincah di depan, bertabur gemerlap cahaya.
Tapi dari belakang, dia banyak belajar.
Belajar mencari karakternya. Belajar mengetahui kelebihannya. Belajar menambal kekurangannya.
Maka, berjuanglah dia dengan mengorbankan banyak hal.
Hari-harinya dipenuhi tanggung jawab dan ekpektasi yang harus dia penuhi. Dia tak bisa lagi hidup seperti sebelumnya.
Namun, dia jalani semua dengan baik. Meskipun kita tahu, itu adalah hal yang sangat berat.
Keadaan ini memang penuh lika-liku.
Karena dia berada di industri yang menuntutnya untuk selalu bahagia.
Menuntutnya untuk selalu tersenyum.
Padahal dia manusia biasa.
Di atas panggung, dia tertawa. Di layar kaca, dia selalu ceria. Menghibur fansnya.
Tapi dibalik semua itu, ada hal-hal yang tak bisa dia bagi dengan fansnya.
Malam-malam saat dia tak bisa tidur karena khawatir.
Malam-malam dimana dia terlalu lelah, sampai ingin marah.
Malam-malam saat dia sudah sangat muak dan ingin berhenti.
Malam-malam di mana dia merasa jatuh dalam sekali….. dan tak ingin bangkit.
Dia simpan itu semua, dan dia tanggung tekanan berat itu seorang diri.
Untuk mimpinya. Untuk orang-orang yang percaya padanya.
Untuk orang -orang yang ingin dia buat bangga.
Dia terus berlari…
3 tahun berlalu.... Dia yang gadis biasa saja awalnya, telah tumbuh perlahan menjadi seorang bintang.
Hari ini, gadis itu berulang tahun ke 19.
Sebuah usia yang seharusnya diisi oleh kesenangan masa muda. Tertawa tanpa beban. Bersosialisasi dengan riang, bersenang-senang hingga lupa waktu.
Tapi, gadis itu rela menukarnya dengan peluh keringat, tetes air mata dan usaha keras yang tak habis-habis. Semuanya dia lakukan untuk mimpinya.
Menjadi saksi seorang gadis yang sedang mengejar mimpinya, adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Apa yang dilakukannya, membuat banyak orang tergerak untuk mendukungnya. Untuk sekedar mengucapkan semangat padanya, berusaha mengkritiknya saat dia melakukan kesalahan atau menghabiskan waktu, uang dan tenaga untuk menyaksikan perkembangannya.
Tanpa kita sadari.... mimpi gadis itu, kini juga jadi mimpi kita bersama.
Kekuatan mimpi seorang gadis biasa, menular pada banyak orang yang berbagi perasaan yang sama. Gadis itu, adalah alasan banyak orang untuk berani bermimpi dan mengejarnya.
Ingatlah selalu, jika kamu ada di titik terendah dalam hidupmu, kamu tak lagi sendirian.
Karena di sampingmu, ada jutaan orang yang bisa memberimu kekuatan ekstra untuk menghadapinya.
Terus kejar mimpimu untuk menjadi bintang. Bukan bintang yang bersinar terang sekali hingga cahayanya menyakitkan mata... tapi bintang dengan sinar yang hangat, yang mampu menjadi penenang orang-orang yang menikmati cahayanya.
Jadilah bintang yang bisa menerangi hati orang banyak, dan memberikan inspirasi.
Saturday, November 15, 2014
Untukmu yang tak Pernah Hilang Dilarut Waktu
Monday, May 26, 2014
Untuk Wanita yang masih dalam Genggaman Tuhan
Maaf, aku masih belum bisa menemukanmu.
Karena sesungguhnya pun, aku belum tau kamu siapa dan dimana.
Saat ini, kamu terlalu misterius.
Teruntuk kamu, yang akan membuatku jadi lelaki yang lebih baik,
maafkan aku yang tak pernah menyebut namamu dalam doaku.
Bukan karena aku sombong, atau tak membutuhkanmu.
Bukan juga karena kamu tidak berharga bagi hidupku.
Tapi, ini keegoisanku. Aku punya prinsip.
Tuhan tahu itu.
Aku lelaki, dengan berbagai mimpi.
Mimpi besar, mimpi kecil, mimpi yang belum terucap, semua ada di kantong mimpiku.
Yang terbesar, tentu, mimpiku untuk pergi ke Old Trafford.
Alasanku tak pernah mencarimu adalah karena aku ingin mewujudkan mimpi terbesarku dulu.
Aku tak punya muka untuk berhadapan denganmu, sebelum mimpi itu kuwujudkan.
Karena sayang, bagiku, lelaki macam apa yang tak bisa mewujudkan mimpinya namun berani untuk meminangmu.
Untuk menanggung mimpinya saja aku belum mampu. Apalagi menanggung hidupmu.
Mustahil aku bisa mewujudkan bahagia kita, jika aku belum bisa mewujudkan bahagiaku sendiri.
Sungguh, aku tak sanggup, sayang.
Mungkin, mungkin saja, ini teori yang terlalu berani.
Mungkin saja kamu aku temukan, di waktu yang sama saat aku mewujudkan mimpiku tadi.
Mungkin kamu kutemukan saat pipi ini basah oleh air mata setelah melihat Old Trafford dengan mata kepala sendiri.
Disana kita bertemu, kita mengenal, lalu saling tersipu satu sama lain.
Mungkin. Sekali lagi, hanya mungkin.
Aku akan berusaha. Sekuat tenaga.
Karena aku juga tak mau kau menunggu lama.
Aku takut Tuhan berubah pikiran, lalu menjodohkanmu dengan orang lain.
Lalu hidupmu malah berakhir dengan penyesalan, karena menunggu aku yang tak kunjung datang.
Jadi sayang, saat ini kubiarkan kau yang masih dalam genggaman takdir Tuhan.
Lalu aku berjanji, akan menjemputmu.
Tunggu aku, sayang.
Setelah aku menyelesaikan apa yang harus ku selesaikan,
akan kujadikan kamu wanita paling berbahagia di alam semesta.
Salam kemuliaan,
aku yang masih harus berusaha mengejar mimpi,
Maulana Fadilah.
Friday, August 9, 2013
Untuk Pagi yang Tidak Biasa
Kali ini ia bangun dengan suara-suara kebenaran yang indah.
Bunyinya bertalu-talu seperti mengajak untuk segera singgah.
Ia berjalan, tidak dengan langkah cepat. Sedang saja.
Ia hirup kuat-kuat udaranya, "Ah, nikmat sekali...", gumamnya.
Sepintas ia takjub dengan aura pagi itu.
Ada yang berbeda. Tidak biasa. Tidak sama seperti pagi-pagi sebelumnya.
Ia yakin bahwa saat itu Semesta ikut menyambut dan merayakan.
Ia melihat keramahan yang senantiasa hadir di balik senyuman.
Ia melihat harmoni yang mengalir di sela-sela obrolan hangat.
Ia melihat potret kedamaian sesungguhnya.
Pagi itu, Tuhan ada dimana-mana.
Mungkin, ini yang dinamakan kemenangan.
Monday, April 22, 2013
Semalam adalah Selamanya
Wednesday, February 6, 2013
06021958
Burung besi raksasa mencoba mencengkram langit dengan susah payah.
Namun, ia terhempas, liar, tanpa arah.
Terseok-seok lalu benar-benar jatuh.
Langit berkata lain.
DUARRRRR!!!!
Dingin dan sunyi pecah oleh gelegar malapetaka.
Burung besi raksasa yang benar-benar tak berdaya,
melawan takdirnya, melawan Semesta.
Api mulai menjilat membabi buta.
Mencari apa saja yang bisa dilahapnya.
Seperti pengemis tua yang disantuni juragan kaya.
Tak lupa jua, kepulan asap yang berlarian di udara.
Membumbung tinggi....
Ingin memberi kabar pada seluruh dunia.
Bahwa sesungguhnya, kita, telah dan akan kehilangan jiwa-jiwa.
Jiwa-jiwa cemerlang yang seharusnya menjadi raja.
Dengan mahkota berupa harga diri dan kemampuan menguasai.
Sebuah kumpulan talenta terbaik Inggris Raya.
Yang takdirnya ada di puncak.
Hari itu, mereka kembali ke pangkuan yang menciptakannya.
Pecahlah tangis dan pilu di seluruh negeri.
Tangis untuk jiwa yang memang benar-benar dicintai.
Karena apa yang telah mereka lakukan adalah harapan.
Yang mereka toreh adalah sejarah.
Walau mereka menggenggam hidup yang singkat.
Mereka meninggalkan sesuatu yang tak mudah dilupakan.
Seperti bunga di musim panas.
Yang mekar dengan indahnya, walau waktunya tak lama.
Namun bunga itu mekar dengan sepenuh hati.
Menyebarkan wangi yang teramat wangi.
Menarik hati semua yang melihatnya.
Memikat erat semua yang menghirup wanginya.
Memberi kenangan indah bagi yang merasakan pesonanya.
Jiwa-jiwa cemerlang itu telah menjadi bunga di musim panas.
Bunga-bunga sepak bola Inggris Raya.
Bunga-bunga dari Manchester.
Tak terlupakan. Selalu dikenang.
Jiwa-jiwa itu kini abadi.
Friday, November 30, 2012
Persembahan bagi Orang Terpenting dalam Hidup
Lihatlah sosok itu.
Walau bumi terbelah menjadi 4 bagian.
Dia akan tetap berdiri menjaga apa yang paling dicintainya.
Tataplah matanya.
Penuh cinta. Penuh kasih.
Cinta yang lembut namun tidak melenakan.
Bukti nyata, bahwa surga pun bisa ditemukan di dunia.
Dengarkan ia bicara.
Kau akan mengerti isi semesta raya.
Kehangatan kata yang membuatku lebih dewasa.
Kebijaksanaan yang meluluhkan ego.
Pedoman bagiku untuk melangkah, menjadi manusia seutuhnya.
Rasakan belaiannya.
Menjagaku dari resah hidup.
Memberi kedamaian bagi jiwa yang kalut.
Keberadaannya mencerahkan hari.
Memenuhi semangatku dengan keinginan untuk membuatnya bangga.
Telusuri hatinya.
Disitu aku temukan murninya rasa.
Belajar tentang indahnya berbagi.
Mengerti tentang makna kekuatan dan kesabaran.
Kemuliaan hati dari seorang hawa.
Hari ini, 56 tahun yang lalu, ruh-nya dihembuskan.
Saat ia tercipta, Tuhan pun tersenyum.
Karena ciptaannya akan menjadi seorang yang membawa banyak arti.
Tuhan tak pernah salah.
CiptaanNya kini menjadi yang paling penting di hidupku.
Sebuah cahaya yang paling terang.
Yang menjadi pelita untuk menuntun jalanku.
Sebuah anugerah terindah yang dititipkan Semesta padaku.
Yang kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku.
Aku berdoa, agar Tuhan memberinya umur panjang dan kesehatan.
Serta kehidupan yang bahagia, mulia dunia akherat.
Selamat ulang tahun, Mamah.
Monday, October 22, 2012
Saat Malam tak hanya Gelap
Tuesday, October 2, 2012
Kelam
Saturday, August 18, 2012
Malam Perenungan
Dimana gema takbir yang syahdu,
penuh makna sukacita,
bercampur dengan
riuh mercon yang meletup kencang.
Malam itu ia merenung.
Ia telah melewati 30 hari penuh berkah.
Tapi ia merasa tak mendapat apa-apa.
Ia telah berperang sengit dengan hawa nafsunya.
Tapi seringkali ia kalah.
Apakah ia hanya mendapat lapar dan haus saja?
Apakah ia hanya jalani kewajiban saja, tanpa meresapi makna sesungguhnya?
Bulan yang suci dan agung. Dengan limpahan barokah, ampunan, dan nikmat yang tak terhingga,
setelah berlalu, ia belum menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Ia masih berlumur dosa. Masih menghamba pada nafsu. Masih menyia-nyiakan nikmat.
Apakah yang namanya puasa hanya seremonial saja untuknya?
Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikirannya.
Ia malu pada penciptanya.
"Aku mahluk yang tak tahu diuntung!"
ia memekik keras dalam hatinya, mengutuk ketidakberdayaan dirinya.
Astagfirullah hal adzim.
Bagaimana mungkin manusia kotor seperti dirinya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan ampunan di Hari Raya, jika bukan karena kebaikan Sang Pencipta?
Kini, ia sedikit mengerti. Kini ia sadar betapa lemah dirinya.
Tak berdaya. Hanya debu.
Ia berjalan pada suatu malam yang mungkin akan merubah dirinya.
Sambil menatap langit, ia mengucap:
"Allah Maha Besar, saya berjanji pada diri saya sendiri, mulai esok saya akan menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bersyukur"
Thursday, August 2, 2012
Dari Mata Seorang Amatiran
Mendung. Sendu. Angin bertiup pelan. Seperti berbisik.
Mungkin sedang memuji Tuhan, dengan caranya sendiri.
Tak lama kemudian ia datang, sebentar saja.
Indah... indah sekali..
Lalu tiba-tiba, raut wajah mereka, sumringah.
Senyumnya, bahkan bisa membuat Firaun mengalah.
Lalu ia pergi setelah mengucapkan sesuatu yang tak ada artinya.
Namun tetap saja terdengar indah.
Kini, hanya melodi yang tenang. Mengisi ruangan berjendela besar ini.
Dari jendela inilah aku menangkap suara alam. Suara Jakarta siang ini.
Terkadang memang, hal-hal kecil yang luput ditangkap indra, lebih menarik dari yang jelas-jelas bisa ditafsirkan.
Jika kau tak mengerti apa yang hendak kusampaikan. Cuek saja.
Ini hanya pengamatan kilat tentang suasana lingkungan sekitar, dari mata seorang amatiran.
Jangan hiraukan kawan.
Ini hanya tulisan dari seseorang yang sedang tak melakukan apa-apa.
Tuesday, June 19, 2012
Badai
Ketika batas antara realita dan ilusi kian kabur.
Benderang dalam Gulita
Thursday, June 7, 2012
Seperti Jalanan Jakarta saat Lebaran
Otak dan mulut berhasil menyinkronkan ego mereka.
Hasilnya? Kelegaan yang tak terpikirkan sebelumnya.
Malam ini, si pengecut berhasil naik 1 langkah dan jadi dewasa.