Saat langit gelap dan tanah mulai memutih.
Burung besi raksasa mencoba mencengkram langit dengan susah payah.
Namun, ia terhempas, liar, tanpa arah.
Terseok-seok lalu benar-benar jatuh.
Langit berkata lain.
DUARRRRR!!!!
Dingin dan sunyi pecah oleh gelegar malapetaka.
Burung besi raksasa yang benar-benar tak berdaya,
melawan takdirnya, melawan Semesta.
Api mulai menjilat membabi buta.
Mencari apa saja yang bisa dilahapnya.
Seperti pengemis tua yang disantuni juragan kaya.
Tak lupa jua, kepulan asap yang berlarian di udara.
Membumbung tinggi....
Ingin memberi kabar pada seluruh dunia.
Bahwa sesungguhnya, kita, telah dan akan kehilangan jiwa-jiwa.
Jiwa-jiwa cemerlang yang seharusnya menjadi raja.
Dengan mahkota berupa harga diri dan kemampuan menguasai.
Sebuah kumpulan talenta terbaik Inggris Raya.
Yang takdirnya ada di puncak.
Hari itu, mereka kembali ke pangkuan yang menciptakannya.
Pecahlah tangis dan pilu di seluruh negeri.
Tangis untuk jiwa yang memang benar-benar dicintai.
Karena apa yang telah mereka lakukan adalah harapan.
Yang mereka toreh adalah sejarah.
Walau mereka menggenggam hidup yang singkat.
Mereka meninggalkan sesuatu yang tak mudah dilupakan.
Seperti bunga di musim panas.
Yang mekar dengan indahnya, walau waktunya tak lama.
Namun bunga itu mekar dengan sepenuh hati.
Menyebarkan wangi yang teramat wangi.
Menarik hati semua yang melihatnya.
Memikat erat semua yang menghirup wanginya.
Memberi kenangan indah bagi yang merasakan pesonanya.
Jiwa-jiwa cemerlang itu telah menjadi bunga di musim panas.
Bunga-bunga sepak bola Inggris Raya.
Bunga-bunga dari Manchester.
Tak terlupakan. Selalu dikenang.
Jiwa-jiwa itu kini abadi.
Tragedi memang menyakitkan!
ReplyDelete