Friday, November 30, 2012

Persembahan bagi Orang Terpenting dalam Hidup


Lihatlah sosok itu.
Ramah dan menenangkan.
Walau bumi terbelah menjadi 4 bagian.
Dia akan tetap berdiri menjaga apa yang paling dicintainya.

Tataplah matanya.
Penuh cinta. Penuh kasih.
Cinta yang lembut namun tidak melenakan.
Kasih yang tenteram namun tidak menjerumuskan.
Bukti nyata, bahwa surga pun bisa ditemukan di dunia.

Dengarkan ia bicara.
Kau akan mengerti isi semesta raya.
Kehangatan kata yang membuatku lebih dewasa.
Kebijaksanaan yang meluluhkan ego.
Pedoman bagiku untuk melangkah, menjadi manusia seutuhnya.

Rasakan belaiannya.
Menjagaku dari resah hidup.
Memberi kedamaian bagi jiwa yang kalut.
Keberadaannya mencerahkan hari.
Memenuhi semangatku dengan keinginan untuk membuatnya bangga.

Telusuri hatinya.
Disitu aku temukan murninya rasa.
Belajar tentang indahnya berbagi.
Mengerti tentang makna kekuatan dan kesabaran.
Kemuliaan hati dari seorang hawa.

Hari ini, 56 tahun yang lalu, ruh-nya dihembuskan.
Saat ia tercipta, Tuhan pun tersenyum.
Karena ciptaannya akan menjadi seorang yang membawa banyak arti.
Tuhan tak pernah salah.

CiptaanNya kini menjadi yang paling penting di hidupku.
Sebuah cahaya yang paling terang.
Yang menjadi pelita untuk menuntun jalanku.
Sebuah anugerah terindah yang dititipkan Semesta padaku.
Yang kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku.

Aku berdoa, agar Tuhan memberinya umur panjang dan kesehatan.
Serta kehidupan yang bahagia, mulia dunia akherat.
Selamat ulang tahun, Mamah.


Monday, November 26, 2012

Bapak

Bapak.

Banyak yang saya ingat tentang sosok Bapak.
Satu yang paling saya ingat adalah kesederhanaannya.
Bapak tak suka menghamburkan uang dengan sia-sia. 
Karena Bapak tahu betapa sulit mencari uang untuk menghidupi keluarga.
Bapak jarang membeli barang mewah, membawa kami plesiran ke luar negeri, atau gonta-ganti HP, bukannya tak mampu, tapi semua untuk menanamkan kebiasaan hemat dalam diri anak-anaknya.
Bapak mengajari hidup lurus dan selalu mengingatkan keutamaan beribadah. 
Bapak seringkali menekankan bahwa agama adalah kunci kebahagiaan dunia dan akherat. 
Suatu ajaran yang berguna bagi kami untuk bekal menjalani sisa hidup.

Bapak bukan sosok yang suka meminta banyak.
Untuk menyenangkan Bapak, tak perlu dengan barang mewah, baju mahal, atau gadget paling mutakhir.
Bapak hanya perlu ditemani mengobrol, duduk di kursi untuk membicarakan banyak hal.
Kalau ngobrol sama Bapak, bisa semalam suntuk, ditemani rokok dan segelas kopi. 
Bahasannya pun macam-macam.

Bapak juga suka nonton bola.
Hampir setiap hari saya di SMS Bapak, menanyakan: “Dul, hari ini ada bola apa? Jam berapa?”
Dan sesampainya di rumah, Bapak lagi anteng di depan TV, nonton bola.
Seringkali Bapak melambaikan tangannya, sambil berkata, “Duduk sini, nonton sama Bapak”
Namun karena lelah seharian bekerja, saya seringkali menolak dan langsung masuk kamar.
Jika waktu bisa diulang, takkan pernah sekalipun saya tolak ajakan Bapak untuk menemaninya ngobrol dan nonton bola.
Sesal saya  tak bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk Bapak.

Perjuangan Bapak melawan penyakit diabetesnya adalah sebuah hal yang bisa menjadi inspirasi bagi yang ditinggalkan.
Diabetes yang diderita sejak 2004 tidak menyurutkan semangat hidup. Bagi Bapak penyakit sudah menjadi sahabatnya.
Namun, ada satu hal yang ditakuti Bapak. Itu adalah tindakan amputasi akibat luka kaki seperti keputusan dokter tahun 2008.                      
Dalam doanya, Bapak memohon,"Ya Allah, kembalikan hambaMu dengan  tubuh yang utuh  seperti saat  dilahirkan di dunia ini". Maka kami sekeluarga mantap untuk merawat luka Bapak, tanpa amputasi.

Saya masih ingat betapa sulitnya Bapak melewati hari-harinya dengan luka tersebut. Luka yang membuat Bapak sulit berjalan dan terbatas aktivitasnya. Meski begitu, Bapak tetap melakukan aktivitasnya dengan baik. Bapak tetap mengurus keperluan rumah, meluangkan waktu untuk bermain dengan cucu-cucunya, atau merawat tanaman yang ada di halaman. Selain ngobrol dan nonton bola, Bapak juga senang bercocok tanam. “Kalo rumah adem kan enak”, kata Bapak suatu hari.

Selama dirawat di rumah sakit, Bapak tabah dan optimis.
Menghadapi segala cobaan yang diterimanya, tanpa banyak mengeluh.
Di kamar rumah sakit, diatas tempat tidur, saya melihat kekuatan sejati dari seorang Bapak.
Walau didera rasa sakit yang hebat, Bapak tak sekalipun mau menyerah.
Ditemani dzikir dan doa yang tak pernah absen dari bibir, Bapak mengikhlaskan semuanya.
Allah memberikan kesempatan untuk saya menyaksikan perjuangan Bapak, membuat saya bertekad untuk jadi orang hebat kelak.

Suatu malam, terjadi percakapan singkat dengan permohonan Bapak yang terasa berat untuk dipenuhi, yaitu meminta melepas ikhlas kepergiannya.                                
Makin terasa sesak didada, saat tangan saya dan Mamah saling bertumpuk dalam genggaman, diiringi dengan ucapan Bapak yang lirih, "Kalau Bapak pergi, kamu udah ikhlas kan? Kita sepakat ya. Kalian udah ikhlas”.

Saatnya pun tiba. Di sepertiga malam, 2 November 2012 dini hari pukul 03:15, Bapak pergi. Pada akhirnya Allah memenuhi doa Bapak, meninggal di hari Jumat dan kembali kepadaNya dengan tubuh yang utuh. Kini, Bapak sudah menuntaskan waktunya dan kembali pada Yang Memiliki Hidup.

 Dengan hati yang lapang dan jiwa yang ikhlas,
kami antarkan Bapak memenuhi takdir Sang Khaliq.
Berbekal doa dan harapan akan kemuliaan Bapak di sisi Allah SWT.
Tak ada ragu dan kesedihan yang berlarut.
Karena Bapak telah menjalankan hidupnya sebagai  manusia, suami, orang tua, kakak, dan teman, dengan baik dan terhormat.



Monday, October 22, 2012

Saat Malam tak hanya Gelap

Dalam gelap, biasanya manusia akan tersesat.
Tapi tidak malam ini. 
Kegelapan malah menuntunnya menuju sebuah pelita yang tak ada habisnya.

Sambil melihat dua orang yang sedang berbaring pulas.
Dua orang yang paling penting dalam hidupnya.

Wajah laki-laki tua yang tenang dalam lelapnya. 
Tak lagi tersiksa dengan sakit yang sering mendera.
Serta wajah perempuan yang lega, lepas dari lelah setelah seharian menjaga.

Air mata menetes, lalu ia berjanji pada dirinya,
bahwa ia akan selalu berusaha membahagiakan dan takkan pernah mengecewakan mereka lagi.

Tuesday, October 2, 2012

Kelam

Bulan telah tiba, malam sebentar lagi dimulai.
Kesunyian dan kegelapan akan mengisi setiap detik.
Di sebuah ruang kosong penuh debu.
Beberapa raga tersaji di atas meja.

Berbagai senjata telah disiapkan.
Wajah para algojo kini berubah, tak terbaca.
Manusia tak berdosa dituduh bersalah.
Mereka dihabisi tanpa tau apa-apa.

Phobia akan suatu paham telah menghantui negeri ini.
Persetan dengan kemanusiaan dan rasa iba.
Semua disikat dengan dalih lindungi negeri.
Asumsi bodoh yang digunakan sekumpulan penguasa.

Ketika rakyat hanya jadi boneka penguasa yang kejam.
Darah-darah dari jiwa yang lemah tanpa kuasa,
bercucuran percuma, tak punya arti.
Hanya jadi pemenuhan birahi akan kekuasaan tertinggi.

Kalau sudah begitu apa yang bisa dilakukan?
Misteri ini terlalu gelap, terlalu samar dan dalam.
Siapa-siapa yang bertanggungjawab mungkin sudah menghilang selamanya.
Yang tersisa hanya kabut dingin dan mencekam, kebenaran yang belum tersentuh.

Apa yang terjadi dan siapa yang bertanggungjawab?
Misteri-misteri penting yang seharusnya segera dibuka.
Demi ratusan ribu jasad yang bersemayam di tanah ankara.

Mungkin kebenaran tak ada artinya bagi mereka yang sudah tiada.
Namun, itu akan sangat berguna untuk orang-orang di masa ini dan di masa depan.
Generasi selanjutnya harus tahu kebenaran, harus tahu sejarah bangsanya.
Karena bangsa yang tak tahu dari mana ia berasal, takkan tahu kemana ia akan melangkah.




Friday, September 28, 2012

Magis dalam Sebuah Permainan

Ada 2 hal dalam hidup yang paling banyak menyita waktu saya. Hal pertama adalah membaca, menonton, dan membicarakan sepakbola. Yang kedua adalah bermain sepakbola.

Jika ditanya mana yang lebih menarik? Jawabannya adalah hal yang ke-dua.

Saya memang tak pernah bisa menjadi atlet sepakbola profesional. Tapi saya selalu menikmati bermain sepakbola.

Kelas 1 SD. Pertama kali saya bermain sepakbola. Usai sekolah, saya pulang dengan jemputan. Saya yang saat itu paling kecil di mobil jemputan, nurut saja ketika teman-teman satu jemputan saya memutuskan untuk singgah sebentar di rumah Emir, salah satu orang yang juga anggota mobil jemputan tersebut. Setelah minum dan makan cemilan, mereka memutuskan untuk bermain sepakbola. 

Arenanya adalah sebuah halaman rumput di rumah Emir, sedangkan bolanya adalah bola tenis. Saya yang ketika itu sama sekali belum pernah main bola, nurut saja ketika disuruh jadi bek. Tugas saya ketika itu: berdiri di dekat kiper dan menendang bola yang datang ke arah saya. Saya sama sekali tak mengerti aturan, tak paham bagaimana bermain sepakbola, benar-benar cuma ikut-ikutan. Tapi ada saat dimana saya menendang bola tenis tadi, tak terlalu keras namun terarah, dan tiba-tiba orang-orang berteriak dan menghampiri saya. Ternyata, itu yang dinamakan gol dan saya yang mencetaknya. 

Sejak itu, sepakbola adalah sesuatu yang menarik buat saya.

Hampir seluruh sore masa kecil saya, saya habiskan dengan bermain sepakbola. 
Di sebuah gang di komplek, saya menendang bola bersama teman-teman. Saling bertukar operan, mengejar lawan, berbagi kesenangan, begitu bebas sampai lupa waktu. 
Saat itu, Adzan Maghrib adalah peluit akhir pertandingan. 
Seringkali saya pulang ke rumah dengan kaki bau got dan baju yang dekil. 

Di sekolah juga sama. Saat SMP dan SMA hampir tiap hari saya bermain sepakbola. Saat bel akhir berbunyi, secepat kilat saya menuju lapangan. Mengumpulkan beberapa teman dan mulai bermain. 

Umur bertambah, teman main bola berubah, tempatnya pun tak sama. 
Yang selalu sama adalah sensasi tak tergantikan di dalam diri saya, yang hanya timbul ketika bermain sepakbola. Sensasi ketika mampu menggocek lawan, ketika dengan sukses merebut bola, ketika mampu menghasilkan permainan yang indah dengan rekan 1 tim, atau ketika mampu menciptakan operan yang tak terduga.
Yang paling nikmat adalah ketika berhasil mencetak gol. Apalagi gol yang menentukan kemenangan tim. Perasaan meletup-letup itu takkan ada gantinya. Rasanya lebih nikmat daripada wisuda kelulusan.

Bermain sepakbola mengajarkan banyak hal. Respect adalah ketika menjabat tangan lawan sehabis bermain dan saling mengakui. Kerjasama adalah ketika semua anggota tim melakukan yang terbaik untuk kemenangan tim. Kebersamaan adalah ketika menikmati kemenangan bersama-sama, dan menangisi kekalahan, juga bersama-sama. 

Hal-hal seperti itulah yang tidak saya dapatkan pada olahraga lain seperti basket, badminton, atau balap karung. Sensasinya berbeda. Bermain sepakbola memiliki sensasi magis yang takkan pernah bisa disamai oleh olahraga apapun. 

Sepakbola adalah "agama" buat saya dan sebagian besar manusia di bumi ini. 
Dan seperti juga agama lain yang mewajibkan umatnya untuk melakukan ritual tertentu, pada sepakbola ritualnya adalah dengan memainkannya, entah di lapangan rumput berkelas internasional, lapangan futsal di tengah kota, gang-gang kecil dan sempit, atau tanah kosong tak berpenghuni, dimanapun!

Karena itu, ayo siapkan kaki, kumpulkan teman-teman dengan keinginan yang sama, cari tempat yang asik, dan mulailah bermain.
Selamat menendang, berlari-lari bebas, dan menikmati permainan terindah sejagat raya!











Sunday, September 9, 2012

Analisis Pola Penulisan Twit di Kalangan Pengguna Twitter di Indonesia

Selamat hari Minggu!
Di hari Minggu yang cerah ini saya akan membagi sedikit isi otak saya yang sudah dari tadi malam meminta untuk dituliskan di blog ini.

Oke, kali ini saya akan membahas suatu fenomena sebuah sosial media yang bernama Twitter.
Twitter adalah sebuah sosial media berbentuk micro blogging...... errgghh... untuk asal usul Twitter dan info-info tentang Twitter, gak usah dijelasin deh. Saya males nulisnya soalnya. Googling aja sendiri. Udah pada gede kan ya?

Oke, lanjut. Di Indonesia Twitter adalah media sosial yang cukup populer dengan pengguna sebanyak 29 juta orang. Indonesia juga menempati tempat ke-5 dalam urutan negara dengan pengguna Twitter terbanyak, dibawah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Inggris Raya. Pengguna Twitter di Indonesia juga salah satu yang paling cerewet. Jakarta adalah kota dengan kepadatan twit nomor 1 di dunia, Bandung ada di nomor 6.
Sudah terbukti bahwa orang Indonesia emang paling doyan ngomong.

Nah, setelah saya teliti dengan seksama, bekerjasama dengan "Badan Amanat Penelitian dan Pengembangan Twitter Indonesia Zuper Zekali" (BAPPTIZZ), saya menemukan pola-pola yang menarik dalam kebiasaan nge-twit para pengguna Twitter di Indonesia berdasarkan waktu nge-twit nya. Saya membaginya dalam 4 pola-waktu.

Untuk penjelasannya silahkan simak tulisan di bawah ini:

1. Waktu: pagi hari.
     Pola: motivasi-inspirasi.

Di pagi hari orang Indonesia akan ngetwit kalimat-kalimat bijak, motivasi, serta inspirasi. Hal ini dilakukan untuk menyemangati diri sendiri dalam rangka menyambut hari baru.
Contoh twit: "Mentari pagi bersinar memberi kehangatan dan semangat baru untuk menjalani hidup yang lebih baik. SEMANGAT!" atau "Berikan yang terbaik untuk orang-orang yang kau sayang, maka hari-harimu akan diiisi oleh cinta yang takkan surut. #semangatpagi"
Itu hanya salah dua contoh. Bahkan terkadang twit-twit kalimat bijak, motivasi, serta inspirasi di pagi hari lebih mirip iklan layanan masyarakat atau malah kutipan-kutipan dangkal di buku tulis KIKI.

2. Waktu: siang hari
     Pola: pamer makan siang

Siang hari. Waktunya pamer makan siang. Makan dimana, makan apa, sama siapa. Pokoknya harus eksis! Biasanya kalo makan siang Twitternya di sambungkan dengan media sosial lain seperti Instagram, 4Square, Friendster, Live Connector, dll.
Contoh twit: "Im at Warteg Bahari Teguh. Oncom disini enak banget lho aseli." atau "Makan siang di Pecel Lele Mbok Duloh. Lelenya gede, sambelnya mantap, sedotan teh manisnya warna-warni, aer kobokannya manis, mas-masnya macho. Very very very recommended guys!"

3. Waktu: sore hari
    Pola: ngeluh macet

Tiba saatnya untuk pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Niatnya pengen buru-buru sampe rumah, tapi apa daya, macet menyergap dimana-mana. Nah, dengan kondisi yang kayak gini biasanya pengguna Twitter mengisi waktu di tengah kemacetan dengan ngeluh, ngeluh, dan ngeluh betapa macetnya jalanan yang mereka lalui.
Contoh twit: "Duh jalanan macet gak abis-abis! Capek tau ahelah!!!" atau "Pulang kantor jam 5 sore, waktu yang mestinya cuma 25 menit ke rumah jadi 17 jam gini! Kapok ah punya rumah di Pantura! Hufffttttttttt!!"

4. Waktu: malam hari
     Pola: Galau

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk menggalau. Dingin dan sendu. Mulai deh inget-inget mantan atau inget-inget mantannya mantan. Di Twitter, komoditas paling laku adalah komoditas JOMBLO. Beruntunglah bagi para Jomblo, kalian punya nilai jual yang tinggi. Twitter tanpa galau adalah Twitter yang tidak sempurna. Camkan itu.
Contoh twit: "Kamu tau rasanya jatoh dari pesawat? Tapi ini lebih sakit 3000x waktu aku liat kamu jatoh cinta sama orang lain" atau "I love you so much, but you only love Somad :("

Yak. Itulah hasil analisis saya yang bekerjasama dengan  "Badan Amanat Penelitian dan Pengembangan Twitter Indonesia Zuper Zekali" (BAPPTIZZ). Semua sudah diolah dengan software berteknologi tinggi yang memastikan hasil yang keluar adalah hasil yang sempurna.

Berakhir sudah kebersamaan kita. Saya sebagai pegawai kantoran yang kurang kerjaan di hari Minggu mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan dedikasi kalian untuk membaca postingan yang gak jelas ini.

Terus lah ngetwit dan buat Indonesia bangga pada bacotan-bacotan mu!




Monday, September 3, 2012

The Curious Case of Robin van Persie


Saya sedang menyusuri timeline Twitter saya ketika saya liat berita ini: “RvP signs 4 years contract with Man United”. Tentu saja saya senang dengan kabar tersebut. Sudah lama United tidak mendatangkan pemain kelas dunia dengan harga tinggi. Apalagi kali ini United mendatangkan top skor EPL musim lalu dengan 30 gol, siapa yang tidak senang? Well, kecuali fans Arsenal.

Robin van Persie, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Judas ke 5 bagi sebagian fans Arsenal, adalah striker no. 9 terbaik di Eropa. Musim lalu ia mencetak 30 gol + 14 asist dari 38 pertandingan, seringkali menyelamatkan Arsenal dari kekalahan, dan sukses bertransformasi dari predikat “striker jago namun sering cedera” menjadi “striker jago dengan gol-gol indah”. Kapten, penyelamat, striker terbaik. Musim 2011-2012 adalah musimnya RvP. Bahkan Arsenal musim lalu dijuluki Van Persie FC.
Namun, dengan harga 24 juta Poundsterling, RvP mengganti seragam Arsenal dengan jersey kotak-kotak taplak meja milik United.

Arsenal terlanjur dikenal sebagai feeder club bagi Manchester City dan Barcelona. Tapi tidak untuk Manchester United. Hubungan Arsenal dan United sebenarnya sudah tidak sepanas medio 2000-an awal dimana rivalitas mereka begitu kental dan sengit. Namun tetap saja, kepindahan pemain dari Arsenal ke United atau sebaliknya, merupakan hal yang agak tidak lazim. Lalu kenapa ia memutuskan untuk pindah dari Arsenal? Dari zona nyamannya selama ini? Dari tempat dimana 60 ribu supporter mengelukan namanya dan menyembah kehadirannya? Gelar? Uang? Atau yang lain? Mengapa Arsenal berani mengambil langkah ini?

Tidak seperti kebanyakan orang yang langsung menghakimi RvP sebagai mata duitan, pengkhianat, glory hunter dan julukan-julukan lain, saya mencoba melihat dari sisi Arsenal.
Setelah menganalisis kesana kemari, akhirnya saya sampai pada kesimpulan ini: Wenger ingin membuat tim yang baru.

7 tahun tanpa gelar tentu adalah sebuah masa yang tidak menyenangkan. Wenger butuh sesuatu untuk mengembalikan Arsenal pada masa dimana mereka diperhitungkan untuk jadi juara, bukan sekedar masuk 4 besar. Ia memilih untuk menjual pemain-pemain yang hati dan pikirannya tidak lagi 100% di Arsenal dan untuk membuat sebuah tim yang baru. Poros Fabregas-Nasri-RvP yang pernah menjadi tumpuan Arsenal, satu per satu dijual Wenger. Wenger tahu bahwa ini adalah waktunya move on dari poros tersebut, dan membuat tim dengan poros baru. Karena itulah Wenger menjual RvP walau ke klub rival, dan Alexander Song ke Barcelona. Sebuah langkah yang pahit, namun harus tetap dijalani.

Wenger bukan manajer bodoh. Ia hanya keras kepala. Ia tahu bahwa ini bukan langkah yang populer, namun ia harus melakukannya. 24 juta Poundsterling untuk striker 29 tahun dengan kaki kaca. Sebuah bisnis yang menguntungkan bagi Arsenal.

RvP adalah alasan mengapa Arsenal bisa bertahan di big four musim lalu. Namun jika seorang pemain tidak lagi fokus pada tim yang dibelanya, sepenting apapun pemain itu, maka keputusan menjualnya adalah keputusan yang harus dilakukan, meski dengan konsukensi dibenci fans sendiri.

Sekarang, coba lihat pemain-pemain yang didatangkan Arsenal musim ini: Oliver Giroud, Lukas Podolski, Santi Cazorla. Transfer-transfer ini diluar kebiasaan Wenger. Jika lazimnya Wenger membeli pemain-pemain mentah untuk dikembangkan menjadi pemain top, maka kali ini Wenger membeli pemain yang sudah matang. Ini berarti Wenger butuh solusi cepat untuk membangun tim baru. Dengan deretan pemain tersebut, tim baru Arsenal tampak menjanjikan.

Saya yakin, walaupun dalam 2 pertandingan para penyerang Arsenal terlihat seperti sawah di musim panas –kering dan tidak subur- tapi Arsenal akan baik-baik saja dan tetap mampu bersaing di EPL.
Transfer RvP selain menjadi berita yang menyita perhatian di seluruh dunia, juga merupakan win-win solution bagi ke-3 pihak. Arsenal dapat untung, Wenger bisa move on dan membuat poros baru, peluang RvP untuk bisa meraih gelar yang diimpikan terbuka lebar, United pun bisa tersenyum karena lini depan mereka tidak akan bergantung pada Rooney seorang.

Semua senang. Semua menang. Eh semua menangnya belum tentu deng. Karena itu hanya bisa diketahui di akhir musim. Yang pasti untuk saat ini semua pihak yang terlibat dalam transfer ini, mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, jika di akhir musim United berada dibawah Arsenal dalam klasemen akhir, maka hanya akan ada 1 pihak yang paling senang: fans Arsenal.

(Tulisan diatas adalah tulisan yang saya bikin untuk mengikuti ajang pencarian penulis untuk website BolaTotal. Dan hasilnya adalah......... saya tidak diterima. Tulisan ini juga sekaligus tulisan pertama saya tentang sepak bola. Saya sendiri sesungguhnya kurang puas sama tulisan ini karena waktu dan bahan riset yang minim (akibat guenya sendiri yang nunda-nunda nulis, hehehe) dan memang kurang mood waktu bikin tulisan ini (saya memang pemalas, ampun Tuhan...).
Ternyata nulis tentang sepak bola itu gak semudah yang saya pikir yah. Banyak yang mesti diperhatiin, sehingga bisa jadi tulisan yang padat, menarik, dan gak dangkal kek begini. 
Okay then, i'll do better next time)








Saturday, August 18, 2012

Malam Perenungan

Ia berjalan di suatu malam.
Dimana gema takbir yang syahdu,
penuh makna sukacita,
bercampur dengan
riuh mercon yang meletup kencang.

Malam itu ia merenung.

Ia telah melewati 30 hari penuh berkah.
Tapi ia merasa tak mendapat apa-apa.
Ia telah berperang sengit dengan hawa nafsunya.
Tapi seringkali ia kalah.

Apakah ia hanya mendapat lapar dan haus saja?
Apakah ia hanya jalani kewajiban saja, tanpa meresapi makna sesungguhnya?


Bulan yang suci dan agung. Dengan limpahan barokah, ampunan, dan nikmat yang tak terhingga,
setelah berlalu, ia belum menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Ia masih berlumur dosa. Masih menghamba pada nafsu. Masih menyia-nyiakan nikmat.
Apakah yang namanya puasa hanya seremonial saja untuknya?
Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikirannya.

Ia malu pada penciptanya.
"Aku mahluk yang tak tahu diuntung!"
ia memekik keras dalam hatinya, mengutuk ketidakberdayaan dirinya.
Astagfirullah hal adzim.

Bagaimana mungkin manusia kotor seperti dirinya masih diberi kesempatan untuk mendapatkan ampunan di Hari Raya, jika bukan karena kebaikan Sang Pencipta?
Kini, ia sedikit mengerti. Kini ia sadar betapa lemah dirinya.
Tak berdaya. Hanya debu.

Ia berjalan pada suatu malam yang mungkin akan merubah dirinya.
Sambil menatap langit, ia mengucap:
"Allah Maha Besar, saya berjanji pada diri saya sendiri, mulai esok saya akan menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bersyukur"











Friday, August 17, 2012

Pusaka Berusia 67 Tahun

Indonesia hari ini, parah kondisinya.
Sekarat. Penuh luka. Hampir mati.
Usianya 67 tahun. Tapi masih belum jadi tempat yang diharapkan oleh para pendirinya.
Tan Malaka, Soekarno, M. Hatta, Sutan Sjahrir, Achmad Soebardjo, Soedirman, dan semua Bapak Bangsa yang dulu berjuang habis-habisan, pasti akan kecewa melihat apa yang terjadi saat ini.

Ironisnya. Sekarang justru kita lebih sering berperang dengan sesama.
Berperang dengan mereka yang hanya memikirkan perut dan kantongnya sendiri.
Berperang dengan mereka yang kerjaannya hanya tertawa di atas derita saudaranya sendiri.
Berperang dengan mereka yang mengaku-ngaku cinta tanah air, cinta Ibu Pertiwi, dalam sumpahnya.
Bukankah ini memalukan? 


Seharusnya, negeri ini bergerak maju, menghadapi semua rintangan bersama, sebagai bangsa.
Bukan malah saling menyalahkan dan saling menjatuhkan. 
Coba kau bayangkan bagaimana hancurnya hati para pahlawan yang menyaksikan kita di sana?
Jika begini terus, kita akan jadi penerus-penerus yang tidak bertanggung jawab.

Ya, negeri ini memang sudah hancur dihantam sana-sini.
Terkapar di tempat yang tidak seharusnya.
Karam di lautan masalah yang seakan tidak ada ujungnya.
Lumpuh karena manusia-manusianya sudah tidak terlalu peduli lagi dengan nasib negerinya sendiri.

Sekarat. Gelap. Hitam pekat.

Namun, dibalik kegelapan yang paling gelap sekalipun, selalu ada percik-percik cahaya.
Yang berpijar dengan malu-malu. Walau tidak seterang kilat, namun cahaya itu selalu muncul dengan intensitas dan kadar yang konsisten.
Cahaya itu yang akan menggerakan nurani tiap orang yang melihatnya. Sebuah cahaya untuk membuat Indonesia lebih baik lagi.

Memang, negeri ini masih jauh dari kata sempurna, namun itu semua karena orang-orangnya juga tidak sempurna. Sekarang adalah waktunya kita satukan ketidaksempurnaan kita lalu bergerak menopang Indonesia, bersama-sama.
Caranya pun tidak harus sama dan seragam. Setiap orang punya perjuangannya masing-masing. Setiap orang punya caranya masing-masing. Lakukan apapun yang kita bisa, untuk membangun Indonesia.
Indonesia terlalu berharga untuk ditinggalkan, terlalu berharga untuk tidak diperjuangkan.

Percayalah Bung! Orang-orang Indonesia adalah orang-orang yang hebat. Orang-orang yang punya daya juang tinggi. Orang-orang yang membanggakan dalam segala keterbatasannya. Orang-orang yang paham arti sebuah perjuangan.

Negeri ini tempat lahir beta.
tanah tempat kita melangkah,
udara yang kita hembus,
kekayaan alam yang melimpah,
alam indah tiada dua,
aneka ragam budaya,
sejarah gemah ripah,
senyuman anak cucu kita,
jiwa raga putra putri bangsa,
perbedaan yang menyatukan.
kemerdekaan yang ditorehkan,
adalah pusaka yang harus kita jaga.









Thursday, August 2, 2012

Dari Mata Seorang Amatiran

Jakarta siang ini. Melankolis.
Mendung. Sendu. Angin bertiup pelan. Seperti berbisik.
Mungkin sedang memuji Tuhan, dengan caranya sendiri.

Tak lama kemudian ia datang, sebentar saja.
Indah... indah sekali..
Lalu tiba-tiba, raut wajah mereka, sumringah.
Senyumnya, bahkan bisa membuat Firaun mengalah.
Lalu ia pergi setelah mengucapkan sesuatu yang tak ada artinya.
Namun tetap saja terdengar indah.

Kini, hanya melodi yang tenang. Mengisi ruangan berjendela besar ini.
Dari jendela inilah aku menangkap suara alam. Suara Jakarta siang ini.
Terkadang memang, hal-hal kecil yang luput ditangkap indra, lebih menarik dari yang jelas-jelas bisa ditafsirkan.

Jika kau tak mengerti apa yang hendak kusampaikan. Cuek saja.
Ini hanya pengamatan kilat tentang suasana lingkungan sekitar, dari mata seorang amatiran.
Jangan hiraukan kawan.
Ini hanya tulisan dari seseorang yang sedang tak melakukan apa-apa.