Monday, September 3, 2012

The Curious Case of Robin van Persie


Saya sedang menyusuri timeline Twitter saya ketika saya liat berita ini: “RvP signs 4 years contract with Man United”. Tentu saja saya senang dengan kabar tersebut. Sudah lama United tidak mendatangkan pemain kelas dunia dengan harga tinggi. Apalagi kali ini United mendatangkan top skor EPL musim lalu dengan 30 gol, siapa yang tidak senang? Well, kecuali fans Arsenal.

Robin van Persie, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Judas ke 5 bagi sebagian fans Arsenal, adalah striker no. 9 terbaik di Eropa. Musim lalu ia mencetak 30 gol + 14 asist dari 38 pertandingan, seringkali menyelamatkan Arsenal dari kekalahan, dan sukses bertransformasi dari predikat “striker jago namun sering cedera” menjadi “striker jago dengan gol-gol indah”. Kapten, penyelamat, striker terbaik. Musim 2011-2012 adalah musimnya RvP. Bahkan Arsenal musim lalu dijuluki Van Persie FC.
Namun, dengan harga 24 juta Poundsterling, RvP mengganti seragam Arsenal dengan jersey kotak-kotak taplak meja milik United.

Arsenal terlanjur dikenal sebagai feeder club bagi Manchester City dan Barcelona. Tapi tidak untuk Manchester United. Hubungan Arsenal dan United sebenarnya sudah tidak sepanas medio 2000-an awal dimana rivalitas mereka begitu kental dan sengit. Namun tetap saja, kepindahan pemain dari Arsenal ke United atau sebaliknya, merupakan hal yang agak tidak lazim. Lalu kenapa ia memutuskan untuk pindah dari Arsenal? Dari zona nyamannya selama ini? Dari tempat dimana 60 ribu supporter mengelukan namanya dan menyembah kehadirannya? Gelar? Uang? Atau yang lain? Mengapa Arsenal berani mengambil langkah ini?

Tidak seperti kebanyakan orang yang langsung menghakimi RvP sebagai mata duitan, pengkhianat, glory hunter dan julukan-julukan lain, saya mencoba melihat dari sisi Arsenal.
Setelah menganalisis kesana kemari, akhirnya saya sampai pada kesimpulan ini: Wenger ingin membuat tim yang baru.

7 tahun tanpa gelar tentu adalah sebuah masa yang tidak menyenangkan. Wenger butuh sesuatu untuk mengembalikan Arsenal pada masa dimana mereka diperhitungkan untuk jadi juara, bukan sekedar masuk 4 besar. Ia memilih untuk menjual pemain-pemain yang hati dan pikirannya tidak lagi 100% di Arsenal dan untuk membuat sebuah tim yang baru. Poros Fabregas-Nasri-RvP yang pernah menjadi tumpuan Arsenal, satu per satu dijual Wenger. Wenger tahu bahwa ini adalah waktunya move on dari poros tersebut, dan membuat tim dengan poros baru. Karena itulah Wenger menjual RvP walau ke klub rival, dan Alexander Song ke Barcelona. Sebuah langkah yang pahit, namun harus tetap dijalani.

Wenger bukan manajer bodoh. Ia hanya keras kepala. Ia tahu bahwa ini bukan langkah yang populer, namun ia harus melakukannya. 24 juta Poundsterling untuk striker 29 tahun dengan kaki kaca. Sebuah bisnis yang menguntungkan bagi Arsenal.

RvP adalah alasan mengapa Arsenal bisa bertahan di big four musim lalu. Namun jika seorang pemain tidak lagi fokus pada tim yang dibelanya, sepenting apapun pemain itu, maka keputusan menjualnya adalah keputusan yang harus dilakukan, meski dengan konsukensi dibenci fans sendiri.

Sekarang, coba lihat pemain-pemain yang didatangkan Arsenal musim ini: Oliver Giroud, Lukas Podolski, Santi Cazorla. Transfer-transfer ini diluar kebiasaan Wenger. Jika lazimnya Wenger membeli pemain-pemain mentah untuk dikembangkan menjadi pemain top, maka kali ini Wenger membeli pemain yang sudah matang. Ini berarti Wenger butuh solusi cepat untuk membangun tim baru. Dengan deretan pemain tersebut, tim baru Arsenal tampak menjanjikan.

Saya yakin, walaupun dalam 2 pertandingan para penyerang Arsenal terlihat seperti sawah di musim panas –kering dan tidak subur- tapi Arsenal akan baik-baik saja dan tetap mampu bersaing di EPL.
Transfer RvP selain menjadi berita yang menyita perhatian di seluruh dunia, juga merupakan win-win solution bagi ke-3 pihak. Arsenal dapat untung, Wenger bisa move on dan membuat poros baru, peluang RvP untuk bisa meraih gelar yang diimpikan terbuka lebar, United pun bisa tersenyum karena lini depan mereka tidak akan bergantung pada Rooney seorang.

Semua senang. Semua menang. Eh semua menangnya belum tentu deng. Karena itu hanya bisa diketahui di akhir musim. Yang pasti untuk saat ini semua pihak yang terlibat dalam transfer ini, mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, jika di akhir musim United berada dibawah Arsenal dalam klasemen akhir, maka hanya akan ada 1 pihak yang paling senang: fans Arsenal.

(Tulisan diatas adalah tulisan yang saya bikin untuk mengikuti ajang pencarian penulis untuk website BolaTotal. Dan hasilnya adalah......... saya tidak diterima. Tulisan ini juga sekaligus tulisan pertama saya tentang sepak bola. Saya sendiri sesungguhnya kurang puas sama tulisan ini karena waktu dan bahan riset yang minim (akibat guenya sendiri yang nunda-nunda nulis, hehehe) dan memang kurang mood waktu bikin tulisan ini (saya memang pemalas, ampun Tuhan...).
Ternyata nulis tentang sepak bola itu gak semudah yang saya pikir yah. Banyak yang mesti diperhatiin, sehingga bisa jadi tulisan yang padat, menarik, dan gak dangkal kek begini. 
Okay then, i'll do better next time)








No comments:

Post a Comment