Thursday, May 9, 2013

There's Only One Fergie!


Hari ini akhirnya datang.

Hari dimana Sir Alex Ferguson memutuskan untuk berhenti dari dunia yang selama ini telah menjadi hidupnya.
Setelah 27 tahun dan 38 trofi, sosok itu akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanannya.

Saya sedang melakukan internal meeting di sebuah ruangan di kantor, ketika saya memutuskan untuk rehat sejenak dan balik ke meja kerja saya. Saya mengecek timeline Twitter dan dari situ saya tau bahwa Sir Alex memutuskan pensiun. Saat itu saya berteriak hingga mengagetkan orang-orang yang ada disana, lalu saya termenung.

Ada rasa yang aneh dalam diri saya ketika tahu bahwa Fergie benar-benar berhenti. Tahun 1997 saya mulai jadi fan United. Di usia 8 tahun saya terkesima setelah melihat gol David Beckham dari tengah lapangan. Dan di ulang tahun saya yang ke-9, sebuah jersey Man United dengan merk abal-abal Austy, dan sepasang sarung tangan bola adalah hadiah yang orangtua saya berikan.

Selama 16 tahun, United telah menjadi lebih dari sekedar klub untuk saya, dan selama itu pula saya selalu melihat sosok yang sama di bench saat United bertanding. Sudah tak terhitung malam-malam yang saya habiskan dengan menonton United dan melihat Fergie di pinggir lapangan. Saya tak bisa membayangkan musim depan sosok itu berganti dengan yang lain. Saya tidak tau United yang tanpa Fergie. Akan sangat aneh rasanya.

Akan sangat aneh karena saya takkan melihat orang tua bermuka merah yang sedang asik mengunyah permen karet di mulutnya. Akan sangat aneh saya takkan menyaksikan wajahnya yang menahan marah jika timnya bermain buruk. Akan sangat aneh karena saya takkan lagi melihat ia melihat jam tangannya saat "Fergie Time", dan akan sangat aneh melihat orang lain membentak-bentak wasit di bench United.

Saya tak pernah membayangkan Fergie akan berhenti. Memang di dunia ini tak ada yang abadi, tapi saya pikir Fergie akan berhenti melatih dalam beberapa tahun lagi. Ternyata ia memutuskan bahwa sekarang adalah saat yang tepat baginya untuk menyelesaikan apa yang telah ia bangun. Kini, setelah begitu lama saya menjadi fan United, saya pun mengerti bagaimana rasanya ditinggal seorang manajer.

Akhir pekan besok, United akan bertanding di Old Trafford sekaligus merayakan pesta juara yang ke-20. Pesta yang sekaligus jadi perpisahan Fergie setelah 27 tahun. Fergie akan mengangkat trofi untuk terakhir kalinya. Pasti akan ada momen khusus dimana ia berpidato di tengah lapangan, mengungkapkan semua yang ingin ia ungkapkan. Sebuah momen yang emosional.

Saya menangis saat menyaksikan pidato perpisahan Gary Neville pada  pertandingan testimonial untuknya. Saya juga menangis saat menyaksikan Paul Scholes melakukan hal yang sama. Entah apa yang akan terjadi nanti saat melihat Fergie berbicara di tengah lapangan untuk terakhir kalinya sebagai manajer Manchester United. Jika ada momen dimana Anda merasa sangat kehilangan seseorang yang bahkan tak pernah Anda kenal, sudah pasti orang itu adalah orang yang meninggalkan kesan bagi Anda. Orang yang spesial.

Ya. Sir Alex Ferguson bukan saja orang yang spesial bagi saya. Tapi ia adalah orang paling spesial bagi Manchester United. Seseorang yang biasa-biasa saja tentu tidak akan dibuatkan patung perunggu di Old Trafford, dan namanya takkan menjadi nama tribun di stadion yang sama. Penghormatan tertinggi yang sangat layak baginya karena selama 27 tahun Fergie hidup dalam kejayaan. Selama 27 tahun ia membangun sebuah peradaban baru, era baru, Era-nya Ferguson.

Akan selalu ada Ryan Giggs baru, Roy Keane baru, David Beckham baru, Cristiano Ronaldo baru, tapi takkan pernah ada Alexander Chapman Ferguson baru.

Terimakasih Sir, atas semua yang telah Anda lakukan. Saya akan menceritakan kisah hidup Anda kepada anak-cucu saya dengan antusias, se-antusias perayaan yang Anda lakukan di bench, saat Manchester United berhasil mencetak gol.










Monday, April 22, 2013

Semalam adalah Selamanya

Malam ini. Hujan. Deras.
Para penabur air sedang berpesta diatas sana.
Para pemimpi terlelap dalam ikatan fantasi.
Para pembohong sedang menderita dalam bualannya.
Sementara di sudut malam, si pemalas sedang asik bermain kata-kata.

23 telah berlalu. 
Semalam ia menangis di pangkuan Ibu.
Malam itu dahinya disapu oleh doa yang paling putih.
"Semoga kebahagiaan selalu ada di sisimu, nak", ujarnya.

Yang tak pernah orang tahu, 
jauh diatas sana, Tuhan sedang tersenyum sambil menyeka air mata.



Thursday, April 4, 2013

Dekat yang Jauh

Malam yang penat, mengaburkan rasa yang melingkar.
Kamu melaju dalam bisingnya kota, ingin pulang ke tempat kamu biasa bersandar.
Saat itu kamu sadar besarnya makna sebuah perjuangan.

Tak perlulah susah payah mencari inspirasi untuk hidup yang hebat.
Mendengarkan lagu-lagu pembangkit semangat.
Memborong ratusan buku berisikan tips-tips tentang bagaimana menjalani hidup yang luar biasa.
Atau menonton film tentang kisah hidup orang lain, yang sama sekali asing.

Cukup lah lihat kerja keras Bapakmu untuk bisa membesarkanmu.
Lihat peluh di pelipisnya saat ia pulang ke rumah, sambil membawa martabak kesukaanmu.
Rasakan pening di kepalanya, saat ia tahu bayaran sekolahmu naik terus.
Pahami kekecewaannya, saat ia tak bisa memenuhi permintaanmu.
Sadari kalut di hatinya, saat ia harus mengutang kesana kemari agar hidupmu tetap nyaman.
Ia bukanlah Bapak yang sempurna. Tapi pengorbanannya untukmu sempurna.
Kamu akan jadi orang yang hebat jika kamu bisa menyamai perjuangan Bapakmu.

Kini kamu telah tiba di tempat itu.
Ketika kamu melihat Ibumu sedang lelap dalam pelukan mimpi.
Selalu ada tekad yang meledak-ledak dalam hatimu.

Tak perlulah sibuk mencari cara agar semua keinginanmu tercapai.
Mengikuti seminar-seminar bertema mimpi dan cita-cita.
Menuruti bualan para motivator di televisi.
Atau yang paling hina: mengalalkan cara yang kotor.

Cukuplah minta doa restu Ibumu.
Dengarkan untaian namamu dalam tiap sujud terakhir sholatnya.
Lihat senyum di bibirnya saat tahu kamu telah tiba setelah seharian tidak di rumah.
Rasakan lembut jarinya, saat ia menenangkanmu dari amarah.
Pahami ketegasan sikapnya, saat kamu berdebat karena beda pendapat.
Ia bukanlah Ibu yang sempurna. Tapi kasihnya untukmu sempurna.
Kamu akan jadi orang yang hebat jika kamu bisa menyamai lembutnya hati Ibumu.

Cinta paling sempurna bukanlah kisah roman yang dibungkus oleh konflik yang rumit dengan akhir yang bahagia.
Cinta yang paling sempurna bisa kamu lihat dari pancaran senyum di wajah Bapak Ibumu, ketika kamu membuat mereka bangga.

Manusia memang tak pernah sadar betapa mereka selalu mencari ilusi yang jauh, hampir tak terjangkau.
Sibuk dengan ini itu. Tanpa sadar bahwa sesuatu yang terbaik sesungguhnya ada di depan mata.
Nyata.








Tuesday, February 19, 2013

Jawaban dari Yang Maha Tak Terduga

Hidup itu untuk dijalani, bukan cuma dibincangkan. 
Jalani dengan cara yang kamu anggap benar. Meski cara yang kamu anggap benar belum tentu benar dan justru banyak salahnya. Tak apa. Salah itu perlu, biar kamu tahu apa yang jadi kebodohanmu, lalu kamu gunakan itu untuk memahami dirimu, memahami kemanusiaanmu. 
Jalani hidup sesukamu, tapi jangan sampai caramu menjalani hidup, mengecewakan orang-orang yang percaya denganmu, apalagi sampai mengecewakan orangtua mu. Selalu tempatkan kebahagiaan orangtua mu di tempat teratas, tanpa harus mengorbankan kebahagiaanmu. Semua sudah ada porsinya. 

Kalau kamu lagi ngerasa jatuh sedalam-dalamnya, jangan biarkan dirimu terpuruk oleh pekatnya kesedihan. Jadilah lebih peka. Lihat ke atas dan carilah cahaya. Kalau kau tak menemukannya, maka kamu yang harus membuat cahaya itu. Kalau kau tak bisa membuatnya, maka kamulah yang harus jadi cahaya itu. Jangan jalani hidup dengan ketakutan bahwa suatu saat kamu akan jatuh dan tak pernah bangkit lagi. Jatuh dan bangun itu justru yang akan menempamu. Menjadikanmu manusia sebenar-benarnya manusia. Bangkit! Maka disaat kamu sudah ada di puncak, kejatuhanmu tadi hanyalah serpihan kecil dari cerita hidupmu yang besar. 

Hidup itu untuk disyukuri, bukan untuk disesali.
Sesungguhnya proses bekerjanya setiap inchi dari tubuhmu adalah karunia dariNya. Napasmu itu adalah udara yang kau pinjam dariNya. Terbukanya matamu di pagi hari adalah atas ijinNya. Semua adalah nikmat yang diberikan untukmu dan itu hanyalah sebagian kecil saja dari kebaikanNya padamu. Bagaimana bisa kamu jadi tak berterima kasih padaNya? Simpan lagi keinginanmu untuk mengeluhi apa yang tidak kamu miliki. Jangan pernah dustai nikmatNya.

Kamu hanya manusia biasa yang penuh dengan kebutuhan dan keinginan. Karena itu, jangan diam saja. lari dan kejarlah itu semua! Gapai semua mimpi dan cita-citamu. Lakukan dengan sekuat tenaga, dengan sepenuh hati, dan konsistensi yang baik. Berpeganglah pada jalanNya. Jalan yang lurus dan di ridhoi olehNya. Karena cara-cara yang kotor, hanya akan membuatmu menjadi manusia yang tak memiliki nilai di mataNya. 

Jika kamu sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, serahkan sisanya pada Beliau. Tugasmu hanyalah berusaha, urusan jadinya apa, itu bukan kuasamu. Semua keputusan dan takdirNya sudah pasti yang terbaik untukmu. Yakinlah bahwa Beliau adalah sebaik-baiknya pembuat rencana. Karena Beliau tak pernah salah. Kamu saja yang seringkali salah menafsirkan apa yang sebenarnya terjadi. Ikhlas dengan semua yang telah Beliau putuskan. Jangan pernah berputus asa dengan rahmatNya.

--------------------------------------------------------------------------------------

Malam ini berasa ditegor sama Beliau. Ditegor karena akhir-akhir ini sering mikirin tentang kebutuhan dan keinginan yang banyak (rapihin kamar, beli notebook, beli kamera digital, liburan ke luar kota, nabung, lunasin cicilan, ngasih uang bulanan ke mamah) sementara menurut saya pemasukan saat ini sangat pas-pasan. Kalo gak bisa dibilang kurang.

Bahkan sempet kayak "nagih" apa yang udah saya minta kemarin-kemarin.
"Mana nih kok permintaan saya belum dikabulin sih?", merasa bahwa saya ini manusia paling spesial yang apa-apanya harus selalu dikabulin. Malu. Gak pantes banget manusia secemen saya minta yang enggak-enggak. Astagfirullah hal adzim.

Belum lagi masalah-masalah yang lagi saya hadapi. Walau gak begitu berat, tetep aja nambah beban pikiran yang ujung-ujungnya, bikin males dan gak produktif.
"Kalau gini terus, bisa gawat nih!", gitu kata hati saya malam ini.

Sampai akhirnya abis pulang kerja, tidur-tiduran di kamar sambil buka Twitter.
Saya liat TL seseorang yang lagi nulis tentang kisah hidupnya yang gak tahu kenapa ada kecocokan sama apa yang lagi saya rasain. Sayapun langsung tersentak.

God works in mysterious ways, gitu kata Jaja Miharja.
Coba dibayangin, ketika pikiran saya lagi mikirin hal-hal yang saat ini jadi beban, saya liat TL seseorang di Twitter.
Kebetulan, saya baru follow dia kemarin sore.
Alasan saya follow dia juga bukan karena twit-twitnya sering mencerahkan atau memberi inspirasi, dia bukan akun yang seperti itu. Saya follow dia karena saya mengagumi tulisan-tulisannya tentang sepak bola.
Kebetulan lagi, malam ini, dia tiba-tiba aja gitu nulis kisah hidupnya di TL dan saya kebetulan juga membacanya.
Terlalu rapih untuk sebuah kebetulan, bukan?
Saya merasa bahwa dengan cara inilah, Allah memperingatkan saya.
Dengan cara yang benar-benar tidak saya duga.

Abis baca TL dia, saya cuma  bengong, terus mikir.

Hasil bengong -dan sedikit mikir- itulah yang akhirnya saya tuangkan dalam beberapa bait tulisan italic yang ada diatas. Saya anggap tulisan itu adalah pedoman sekaligus jawaban dari Beliau, buat saya.
Dengan tulisan itu, saya bisa dapet solusi, sekaligus petunjuk bagaimana bersikap, jika suatu saat nanti saya ngehadepin masalah yang serupa.
Alhamdulillah, sekarang lebih tenang dan mantap. Semoga semua yang saya lakukan, hasilnya akan menyenangkan.
In shaa Allah.




Wednesday, February 6, 2013

06021958

Saat langit gelap dan tanah mulai memutih.
Burung besi raksasa mencoba mencengkram langit dengan susah payah.
Namun, ia terhempas, liar, tanpa arah.
Terseok-seok lalu benar-benar jatuh.
Langit berkata lain.

DUARRRRR!!!!
Dingin dan sunyi pecah oleh gelegar malapetaka.
Burung besi raksasa yang benar-benar tak berdaya,
melawan takdirnya, melawan Semesta.

Api mulai menjilat membabi buta.
Mencari apa saja yang bisa dilahapnya.
Seperti pengemis tua yang disantuni juragan kaya.

Tak lupa jua, kepulan asap yang berlarian di udara.
Membumbung tinggi....
Ingin memberi kabar pada seluruh dunia.
Bahwa sesungguhnya, kita, telah dan akan kehilangan jiwa-jiwa.

Jiwa-jiwa cemerlang yang seharusnya menjadi raja.
Dengan mahkota berupa harga diri dan kemampuan menguasai.
Sebuah kumpulan talenta terbaik Inggris Raya.
Yang takdirnya ada di puncak.
Hari itu, mereka kembali ke pangkuan yang menciptakannya.

Pecahlah tangis dan pilu di seluruh negeri.
Tangis untuk jiwa yang memang benar-benar dicintai.
Karena apa yang telah mereka lakukan adalah harapan.
Yang mereka toreh adalah sejarah.
Walau mereka menggenggam hidup yang singkat.
Mereka meninggalkan sesuatu yang tak mudah dilupakan.

Seperti bunga di musim panas.
Yang mekar dengan indahnya, walau waktunya tak lama.
Namun bunga itu mekar dengan sepenuh hati.
Menyebarkan wangi yang teramat wangi.
Menarik hati semua yang melihatnya.
Memikat erat semua yang menghirup wanginya.
Memberi kenangan indah bagi yang merasakan pesonanya.

Jiwa-jiwa cemerlang itu telah menjadi bunga di musim panas.
Bunga-bunga sepak bola Inggris Raya.
Bunga-bunga dari Manchester.
Tak terlupakan. Selalu dikenang.

Jiwa-jiwa itu kini abadi.















Friday, January 25, 2013

Twitter Mengubah Cara Kita Menonton Sepak Bola


Indonesia adalah surganya sepak bola. Di negeri ini, sepak bola adalah sebuah olahraga yang kharismanya melebihi Ariel Peterpan. Sepak bola, baik lokal maupun mancanegara, selalu punya tempat di hati orang Indonesia. Disinilah siaran liga-liga dunia menancapkan kukunya dengan begitu dalam. Bahkan jauh mengalahkan liga lokal. Siaran liga dunia ini menghipnotis para penontonnya dengan sajian permainan terindah sejagat raya.

Dengan begitu banyaknya orang yang menyukai sepak bola, tak heran jika hampir setiap hari TV Indonesia dijejali pertandingan sepak bola. EPL, La Liga, Lega Calcio, Bundesliga, Champions League, ISL, IPL, bahkan partai-partai pemanasan antar negara atau klub, tak pernah luput dari siaran TV kita.

Tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan industri sepak bola Eropa mulai menjadikan benua Asia sebagai dasar pijakannya. Di tempat yang jauhnya ribuan kilometer, justru disanalah permainan ini begitu tumbuh dan berkembang, layaknya poster-poster Caleg saat Pilkada.

Sementara itu, Twitter di Indonesia adalah sebuah media sosial yang cukup banyak penggunanya. Pengguna Twitter  di Indonesia adalah nomor 5 yang terbanyak di dunia. Jumlah twit di Indonesia juga nomor 3 di dunia. Jakarta dan Bandung menempati peringkat 1 dan 6 dalam jumlah kepadatan twit. Hal ini membuktikan bahwa orang Indonesia itu bawel-bawel. Oh iya, 1 lagi, 20,15% trending topic yang berasal dari Indonesia, berhubungan dengan sepak bola. Sebuah hal yang cukup menarik.

Dari sini timbul sebuah hubungan yang saling berkaitan antara perkembangan sepak bola dan perkembangan Twitter di Indonesia. Hal inilah yang membuat saya mencoba membahasnya dalam bentuk tulisan. Sengaja saya fokuskan pada liga-liga dunia karena untuk urusan liga lokal, tentunya lebih nikmat jika nonton di stadion. Selain karena saya kurang mengerti tentang kebiasaan penonton liga Indonesia. Secara umum sih, semestinya tidak berbeda jauh yah.

Baik, kita mulai pembahasannya.

Dahulu kala, sebelum adanya Twitter, menonton sepak bola hanya tentang duduk manis di depan TV, menyiapkan cemilan dan segelas minuman, serta membaca prediksi line up tim favorit di tabloid Bola. Atau jika big match berlangsung, biasanya nobar digelar di rumah salah seorang teman (biasanya yang punya TV paling besar), makanan dan minuman pun dibeli secara patungan. Semudah dan sesederhana itu.

Namun, semua hal itu berubah drastis ketika wabah Twitter juga menjangkiti para penggila bola. Kini, menonton bola tak lagi semudah dan sesederhana itu.

1 hari sebelum sebuah pertandingan digelar, info-info paling aktual dari tim favorit biasanya berkeliaran di timeline. Baik dari akun resmi klub, akun-akun fans klub di Indonesia, atau portal-portal berita. "John Terry kabarnya tak menghadiri sesi latihan terakhir menghadapi Newcastle, karena cedera", atau "Kaka tegaskan tekadnya untuk kembali masuk di line up Real Madrid". Twit-twit semacam itu sangatlah lazim kita temui di timeline Twitter 1 hari menjelang laga. Lalu dalam tempo sesingkat-singkatnya, kita juga ikut masuk dalam pusaran kebisingan timeline, dengan ikut meretweet twit tersebut, sambil menambahkan sedikit komentar agar terlihat lebih berbobot.

1 jam sebelum pertandingan, mulailah aktivitas timeline dengan pengumuman line-up pemain yang akan berlaga, disertai prediksi taktik yang akan digunakan oleh tim favorit. Disini kita seakan-akan berperan sebagai manajer tim dengan mengomentari line-up tim. "Yah, kok Totti gak main sih? Padahal perannya dibutuhin banget buat ngebuka ruang di pertahanannya Catania!!" atau "Duh, kenapa Nani yang dimaenin? Orang masih outperform gitu jugak! Gimana sih Fergie!". Ya, 1 jam menjelang laga dimulai, banyak bibit-bibit manajer baru yang tersebar di timeline. Bibit-bibit manajer dengan portofolio membawa AC Milan treble atau membawa FC Porto unbeaten........ di game Football Manager.

30 menit sebelum pertandingan, saatnya perang chant. "We're Man United, we'll do what we want! #GGMU" , "Walk on! Walk on! With hope in your heart! #YNWA". Slogan-slogan seperti #HalaMadrid, #ForzaMilan, atau #COYG bertebaran dengan riuhnya di timeline. Biasanya ditambahkan dengan sedikit (atau mungkin banyak, tergantung orangnya dan lawannya), ejekan untuk tim lawan.

Pertandingan dimulai. Banyak sekali orang yang menonton sambil terus mengupdate Twitternya. Dan mereka melakukan itu hampir setiap menit. "Lah, gimana sih itu Hamsik, masa kaya gitu gak gol. Blo'on!", "Anjrit Buffon keren banget save nya barusan!". Atau hal-hal remeh lain yang sebenarnya gak penting-penting banget.

Sebelum ada Twitter, ketika menonton sepak bola dan terjadi gol, kita hanya cukup berteriak "GOL!" lalu mengepalkan tangan diatas sambil tersenyum penuh passion. Di era Twitter, tidak sesimple itu lagi. Jika terjadi gol, hal yang pertama dilakukan adalah menekan tuts keyboard di HP, lalu mengupdate status, "Golllllllllllllllllll Messsiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!! Gokil!!!! #ViscaBarca!". Perayaan gol emosional secara real, urusan nanti. Yang penting terlihat emosional dulu di Twitter. Sehingga menimbulkan kesan die hard fans yang selalu penuh passion saat menonton klub favorit bertanding. Padahal, mungkin kita menonton pertandingan itu dengan mata terkantuk-kantuk, bahkan sedikit terpejam.

Tak cuma saat gol saja, bahkan hampir semua hal yang terjadi di lapangan, turut juga dituliskan di timeline. Saya sih cuma bisa bertanya-tanya tentang kenikmatan apa yang dicapai seseorang saat menonton bola sambil Twitteran? Bukankah itu merupakan sebuah distraksi dari kenikmatan tontonan yang sedang disaksikan? Bagaimana mungkin kita fokus terhadap 2 hal secara bersamaan, dan bisa seimbang dalam menikmati kedua hal tersebut? Come on! Kita bukan wanita yang diberkahi Tuhan dengan kemampuan multi tasking. Tapi, semua orang memang punya caranya masing-masing.

Sebelum ada Twitter, ketika pertandingan sudah berakhir, mungkin beberapa diantara kita banyak yang langsung tidur atau menunggu pertandingan selanjutnya sambil masak Indomie. Atau sekedar berbincang-bincang dengan temen yang juga ikutan nonton. Sesederhana itu.
Tapi semenjak adanya Twitter, medan perang di lapangan, pindah ke timeline. Timeline ramai dengan adu bacot antar suporter kedua tim. Disinilah tensi mulai panas. Bahkan ada yang sampai berantem sampai bawa-bawa harga diri dan kebanggaan masing-masing. Berantem di Twitter, apalagi alasannya hanya karena membela sebuah tim sepak bola? Sangat dewasa dan bernyali sekali. Mereka layak masuk film The Expandables ke-3 dan menantang Chuck Norris berkelahi.
Banyak juga yang mengomentari tentang jalannya pertandingan. Taktik kedua tim, man of the match di pertandingan tersebut, diakhiri dengan hashtag slogan tim favorit. "Secara permainan udah bagus banget, tapi lagi-lagi lini belakangnya rapuh! #GGMU", atau "Skema 4-3-3 nya kurang mulus nih. Masih butuh beberapa perbaikan. #KTBFFH". Lagi-lagi bibit-bibit manajer bertebaran di timeline.

Sebenarnya perilaku-perilaku yang saya sebutkan diatas menunjukkan besarnya kebutuhan akan pengakuan eksistensi sebagai penggemar sebuah tim di ranah Twitter. Bukan hal buruk sih, wajar saja, tapi lebih baik lagi jika di dunia nyata, passion untuk tim favorit ya memang seperti yang ditunjukkan di Twitter. Atau dalam kata lain kita bukan cuma ikut-ikutan saja agar terlihat sebagai seorang die hard fans yang paham dan mengerti seluk beluk sebuah tim. Namun, tak usah ambil pusing juga dengan orang-orang yang cuma ikut-ikutan. Karena di dunia maya, kita bisa menjadi siapa saja, dengan karakter dan sifat apa saja. Woles aja bro.

Jadi, disadari atau tidak, Twitter memang mengubah cara kita dalam menonton sepak bola. Mungkin ada orang-orang yang lebih suka dengan cara-cara klasik menonton sepak bola. Jauh dari HP, fokus pada pertandingan, dan benar-benar menikmati setiap detil yang terjadi di lapangan. Atau malah ada  yang lebih suka dengan cara baru menonton bola. Sambil menonton juga sambil mengetik dan liat-liat timeline. Detil-detil pertandingan bukan sesuatu yang harus diagung-agungkan, toh sudah ada teknologi replay. Atau bahkan ada yang lebih suka dengan campuran keduanya, yaitu hanya mengetik timeline ketika half time atau full time saja. Tiga cara ini sebenarnya sah-sah saja, karena bicara tentang kenikmatan dan kenyamanan pribadi, indikator-indikatornya sangat subjektif.

Tulisan kali ini memang hanya membahas pengaruh Twitter dalam mengubah cara kita menonton sepak bola. Sebenarnya masih banyak sudut pandang, tema, dan bahan tulisan yang lain, dengan ruang pembahasan yang lebih luas tentang kuatnya pengaruh sebuah media sosial akan perkembangan sepak bola secara global. Namun, dibutuhkan waktu yang banyak, pengamatan yang mendalam, bahan yang komprehensif dan, kemauan yang kuat untuk menghasilkan tulisan yang benar-benar maknyus. Tidak seperti tulisan kali ini yang hanya bermodalkan pengamatan ringan saja, dan waktu yang tidak terlalu banyak.

Yang pasti sih, perkembangan dunia sepak bola akan berkaitan erat sekali dengan perkembangan komunikasi manusia, baik secara nyata, maupun maya. Jadi, mari kita tunggu saja perkembangannya dalam beberapa tahun ke depan, sambil tak melupakan cara-cara "tradisional" dalam menikmati sepak bola itu sendiri.













Wednesday, January 23, 2013

Surat Terbuka untuk Tuhan

Tuhan, aku sepenuhnya sadar bahwa sesungguhnya Engkau pemilik jiwa raga ini.
Yang tak pernah aku sadari adalah, bahwa nikmat yang Kau berikan ini sesungguhnya agak terlalu berlebihan untukku.
HambaMu ini sesungguhnya terlalu hina untuk kau beri nikmat yang begitu hebat ini, Tuhan.
Aku merasa tak pantas mendapatkannya.

Memang, sepanjang tahun lalu, naik - turunnya hidup kurasakan sangat dekat denganku.
Mungkin itu caraMu untuk membuatku belajar.
Untuk jadi dewasa dan lebih sabar menghadapi segala yang terjadi.
Atau untuk menyadarkanku,
tentang tak berartinya diriku menghadapi segala kekuatanMu.
Alhamdulillah, semua telah kujalani dengan baik, walau tak sempurna.

Dan kini, ketika aku baru saja membuka lembar-lembar putih hidupku, setelah sekian lama aku tersesat dalam hitamnya lubang yang kuciptakan sendiri, Kau justru memberiku sesuatu yang bahkan aku sendiri tak pernah membayangkan sebelumnya.
Kau seperti menunjukkan kebenaran janji-Mu.
Bahwa siapa yang terus bersyukur padaMu, Kau akan tambah terus nikmatnya.

Padahal, aku merasa tak sebaik dan sebersyukur itu, Tuhan.
Aku terlalu sering melupakanMu.
Aku masih tertatih-tatih untuk menjalankan perintahMu.
Aku hanyalah manusia yang sedang belajar untuk intim denganMu.
Namun dalam sekejap, Kau tambahkan nikmatMu ini, bahkan dalam level yang menembus akal sehatku sendiri.
Sungguh, aku tak pantas mendapatkannya, Tuhan.

Tuhan, kini aku datang. Untuk jadi tamu di Baitullah-Mu.
Di dalam megahnya Masjidil Haram, badanku bergetar hebat.
Kulihat Ka'bah di tengahnya, tak kuasa ku menahan tetes air mataku.
"Subhanallah, mimpi apa aku semalam? Kok bisa-bisanya aku berada disini?", terdiamku dalam kebisingan tanya di hati.
Lalu kau gerakkan jiwa ragaku untuk memenuhi panggilanMu.
Aku tak percaya, bahwa kini aku sedang mengitari sebuah bangunan yang menjadi kiblat umat muslim di seluruh dunia.
Tempat yang bahkan tak pernah kupikirkan, dalam imajinasi terliarku sekalipun.
"Apakah aku pantas mendapatkan semua ini?", hanya itu yang melintas di pikiranku.
Jawabannya masih belum bisa kutemukan.

Tuhan, di Masjid Nabawi-Mu, aku merasa damai yang paling damai, yang pernah kurasakan selama ini.
Kau memberiku waktu untuk bisa bertamu ke makam kekasihmu, Muhammad SAW.
Sungguh, sebuah momen yang sangat aku syukuri. Karena kesempatan ini belum tentu datang dua kali.
Lagi-lagi aku merasa tak pantas mendapatkannya, Tuhan.

Tuhan, kesempatan yang Kau berikan untukku disini, sungguh telah memanusiakan aku.
Tentu saja ini merupakan cara-Mu agar aku mengenal diriku lebih dari sebelumnya.
Karena kini aku sadar bahwa untuk mengenalMu, aku harus mengenal diriku sendiri terlebih dahulu.
Dengan lebih mengenal diri sendiri, aku berharap bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Menjadi manusia yang Kau luruskan jalannya, dan Kau terangi hatinya.

Tuhan, aku ini berawal dariMu, dan berakhir juga padaMu.
Tunjukanlah jalan yang lurus padaku, jalan untuk menuju Engkau.
"Ihdinash shiraatal mustaqim. Shiraatal ladzina an'am ta' alaihim ghairil maghdhuubi' alaihim wa ladh dhaaliin".
Terangilah jalan itu dengan kasihMu.
Lindungilah aku dalam perjalananku kembali padaMu.
Hingga di saat aku harus kembali padaMu, aku ada di kondisi yang tak jauh dariMu.

Tuhan, dengan semua kelemahan dan kekuranganku, aku ucapkan terima kasih dan puji syukur untuk semuanya.
Sesungguhnya, semua hal yang terjadi padaku adalah atas semua kehendakMu.
Setiap hembusan nafasku adalah atas izinMu.
Setiap mili dari sel-sel tubuhku bergerak atas perintahMu.
Karena itu jadikanlah aku manusia yang ikhlas dalam menjalani hidup, manusia yang selalu bertawakal, dan tak pernah berputus asa atas rahmatMu.

Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar. Wa lahaula wala quwata illa billah.

Sekian dulu, Tuhan, maaf kalau aku menyita waktuMu.
Aku hanya menggunakan hak ku sebagai hambaMu untuk berbicara denganMu melalui tulisan ini.
Semoga Engkau tak keberatan dengan ini semua dan Kau kabulkan semua permintaanku. Amin.





































Friday, November 30, 2012

Persembahan bagi Orang Terpenting dalam Hidup


Lihatlah sosok itu.
Ramah dan menenangkan.
Walau bumi terbelah menjadi 4 bagian.
Dia akan tetap berdiri menjaga apa yang paling dicintainya.

Tataplah matanya.
Penuh cinta. Penuh kasih.
Cinta yang lembut namun tidak melenakan.
Kasih yang tenteram namun tidak menjerumuskan.
Bukti nyata, bahwa surga pun bisa ditemukan di dunia.

Dengarkan ia bicara.
Kau akan mengerti isi semesta raya.
Kehangatan kata yang membuatku lebih dewasa.
Kebijaksanaan yang meluluhkan ego.
Pedoman bagiku untuk melangkah, menjadi manusia seutuhnya.

Rasakan belaiannya.
Menjagaku dari resah hidup.
Memberi kedamaian bagi jiwa yang kalut.
Keberadaannya mencerahkan hari.
Memenuhi semangatku dengan keinginan untuk membuatnya bangga.

Telusuri hatinya.
Disitu aku temukan murninya rasa.
Belajar tentang indahnya berbagi.
Mengerti tentang makna kekuatan dan kesabaran.
Kemuliaan hati dari seorang hawa.

Hari ini, 56 tahun yang lalu, ruh-nya dihembuskan.
Saat ia tercipta, Tuhan pun tersenyum.
Karena ciptaannya akan menjadi seorang yang membawa banyak arti.
Tuhan tak pernah salah.

CiptaanNya kini menjadi yang paling penting di hidupku.
Sebuah cahaya yang paling terang.
Yang menjadi pelita untuk menuntun jalanku.
Sebuah anugerah terindah yang dititipkan Semesta padaku.
Yang kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku.

Aku berdoa, agar Tuhan memberinya umur panjang dan kesehatan.
Serta kehidupan yang bahagia, mulia dunia akherat.
Selamat ulang tahun, Mamah.


Monday, November 26, 2012

Bapak

Bapak.

Banyak yang saya ingat tentang sosok Bapak.
Satu yang paling saya ingat adalah kesederhanaannya.
Bapak tak suka menghamburkan uang dengan sia-sia. 
Karena Bapak tahu betapa sulit mencari uang untuk menghidupi keluarga.
Bapak jarang membeli barang mewah, membawa kami plesiran ke luar negeri, atau gonta-ganti HP, bukannya tak mampu, tapi semua untuk menanamkan kebiasaan hemat dalam diri anak-anaknya.
Bapak mengajari hidup lurus dan selalu mengingatkan keutamaan beribadah. 
Bapak seringkali menekankan bahwa agama adalah kunci kebahagiaan dunia dan akherat. 
Suatu ajaran yang berguna bagi kami untuk bekal menjalani sisa hidup.

Bapak bukan sosok yang suka meminta banyak.
Untuk menyenangkan Bapak, tak perlu dengan barang mewah, baju mahal, atau gadget paling mutakhir.
Bapak hanya perlu ditemani mengobrol, duduk di kursi untuk membicarakan banyak hal.
Kalau ngobrol sama Bapak, bisa semalam suntuk, ditemani rokok dan segelas kopi. 
Bahasannya pun macam-macam.

Bapak juga suka nonton bola.
Hampir setiap hari saya di SMS Bapak, menanyakan: “Dul, hari ini ada bola apa? Jam berapa?”
Dan sesampainya di rumah, Bapak lagi anteng di depan TV, nonton bola.
Seringkali Bapak melambaikan tangannya, sambil berkata, “Duduk sini, nonton sama Bapak”
Namun karena lelah seharian bekerja, saya seringkali menolak dan langsung masuk kamar.
Jika waktu bisa diulang, takkan pernah sekalipun saya tolak ajakan Bapak untuk menemaninya ngobrol dan nonton bola.
Sesal saya  tak bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk Bapak.

Perjuangan Bapak melawan penyakit diabetesnya adalah sebuah hal yang bisa menjadi inspirasi bagi yang ditinggalkan.
Diabetes yang diderita sejak 2004 tidak menyurutkan semangat hidup. Bagi Bapak penyakit sudah menjadi sahabatnya.
Namun, ada satu hal yang ditakuti Bapak. Itu adalah tindakan amputasi akibat luka kaki seperti keputusan dokter tahun 2008.                      
Dalam doanya, Bapak memohon,"Ya Allah, kembalikan hambaMu dengan  tubuh yang utuh  seperti saat  dilahirkan di dunia ini". Maka kami sekeluarga mantap untuk merawat luka Bapak, tanpa amputasi.

Saya masih ingat betapa sulitnya Bapak melewati hari-harinya dengan luka tersebut. Luka yang membuat Bapak sulit berjalan dan terbatas aktivitasnya. Meski begitu, Bapak tetap melakukan aktivitasnya dengan baik. Bapak tetap mengurus keperluan rumah, meluangkan waktu untuk bermain dengan cucu-cucunya, atau merawat tanaman yang ada di halaman. Selain ngobrol dan nonton bola, Bapak juga senang bercocok tanam. “Kalo rumah adem kan enak”, kata Bapak suatu hari.

Selama dirawat di rumah sakit, Bapak tabah dan optimis.
Menghadapi segala cobaan yang diterimanya, tanpa banyak mengeluh.
Di kamar rumah sakit, diatas tempat tidur, saya melihat kekuatan sejati dari seorang Bapak.
Walau didera rasa sakit yang hebat, Bapak tak sekalipun mau menyerah.
Ditemani dzikir dan doa yang tak pernah absen dari bibir, Bapak mengikhlaskan semuanya.
Allah memberikan kesempatan untuk saya menyaksikan perjuangan Bapak, membuat saya bertekad untuk jadi orang hebat kelak.

Suatu malam, terjadi percakapan singkat dengan permohonan Bapak yang terasa berat untuk dipenuhi, yaitu meminta melepas ikhlas kepergiannya.                                
Makin terasa sesak didada, saat tangan saya dan Mamah saling bertumpuk dalam genggaman, diiringi dengan ucapan Bapak yang lirih, "Kalau Bapak pergi, kamu udah ikhlas kan? Kita sepakat ya. Kalian udah ikhlas”.

Saatnya pun tiba. Di sepertiga malam, 2 November 2012 dini hari pukul 03:15, Bapak pergi. Pada akhirnya Allah memenuhi doa Bapak, meninggal di hari Jumat dan kembali kepadaNya dengan tubuh yang utuh. Kini, Bapak sudah menuntaskan waktunya dan kembali pada Yang Memiliki Hidup.

 Dengan hati yang lapang dan jiwa yang ikhlas,
kami antarkan Bapak memenuhi takdir Sang Khaliq.
Berbekal doa dan harapan akan kemuliaan Bapak di sisi Allah SWT.
Tak ada ragu dan kesedihan yang berlarut.
Karena Bapak telah menjalankan hidupnya sebagai  manusia, suami, orang tua, kakak, dan teman, dengan baik dan terhormat.



Monday, October 22, 2012

Saat Malam tak hanya Gelap

Dalam gelap, biasanya manusia akan tersesat.
Tapi tidak malam ini. 
Kegelapan malah menuntunnya menuju sebuah pelita yang tak ada habisnya.

Sambil melihat dua orang yang sedang berbaring pulas.
Dua orang yang paling penting dalam hidupnya.

Wajah laki-laki tua yang tenang dalam lelapnya. 
Tak lagi tersiksa dengan sakit yang sering mendera.
Serta wajah perempuan yang lega, lepas dari lelah setelah seharian menjaga.

Air mata menetes, lalu ia berjanji pada dirinya,
bahwa ia akan selalu berusaha membahagiakan dan takkan pernah mengecewakan mereka lagi.