Reuni.
Sebenarnya
reuni sekolah sejak jaman dahulu isinya sama – sama aja.
Dalam setiap
reuni selalu ada kisah tentang betapa bodoh dan bandelnya kita. Disertai dengan
nostalgia – nostalgia konyol. Cerita tentang pengalaman bolos, ketauan
mencontek, pokoknya yang lucu – lucu. Ditambah lagi kisah cinta – cintaan jaman
dulu. Cinta monyet kalau orang bilang.
Tapi reuni
kali ini jauh berbeda.
Karena kali ini ada Gina.
Gina yang
dulu, jauh berbeda dengan Gina yang sekarang. Gina yang dulu tidak pintar
dandan. Gina yang dulu orangnya pendiam sekali. Bahkan ada gosip kalau Gina
hanya berbicara 30 kalimat setiap hari. Gina yang dulu tidak punya daya tarik.
Hanya gadis biasa saja. Tidak menonjol dibanding Tia, Hera, atau Fanny.
Aku jadi
ingat kalau dahulu sempat ada gosip kalau Gina menyukaiku. Memang kalau diingat
– ingat dia dulu selalu malu kalau berpas – pasan denganku di lorong sekolah.
Gina juga selalu membantuku mengerjakan PR. Gina juga yang sering mengingatkan
aku untuk rajin latihan basket. Hmmmm…..
Gina yang
sekarang, berbeda sekali. Gina yang sekarang rame. Tidak malu – malu. Bahkan
saat aku baru datang, dia memanggilku untuk duduk disebelahnya. Aku nurut saja
sambil bertanya – tanya, “Ini orang siapa sih? Kok kaya kenal….” Gina tumbuh
jadi wanita yang manis. Dia juga ramah dan memiliki selera humor yang baik.
Hanya ada 1
hal saja yang tetap sama.
Wajah Gina yang
selalu malu – malu saat melihat ku. Aku bukan GR, tapi aku memperhatikan dari
bahasa tubuhnya saat berbicara denganku. Rona wajahnya sedikit memerah, serta
tatap matanya yang teduh saat melihatku, berbeda dengan saat ia berbicara
dengan teman – teman yang lain. Aku jadi salah tingkah sendiri.
Walau duduk
bersebelahan, aku dan Gina tidak berbicara banyak. Ia hanya memuji rambut
panjangku, “Kamu keliatan dewasa dibanding kamu yang dulu”, ujarnya. Jelas
saja, soalnya dulu rambutku botak seperti anak tuyul. Aku sempat bertanya pada
Gina, “Sekarang lagi sibuk apa Gin?”, dia hanya menjawab, “Menunggu”, sambil tersenyum penuh misteri.
Entah itu
maksudnya apa. Aku tak pernah mengerti isi hati wanita.
Aku ada di
tengah gelak tawa dan keseruan reuni itu, tapi entah mengapa aku hanya
memikirkan Gina. Tapi aku tidak bisa berbuat apa – apa karena Gina juga tidak
berkata apa – apa. Aku bingung.
1 jam
berlalu.
2 jam
berlalu.
3 jam
berlalu.
4 jam
berlalu.
Reuni
akhirnya usai.
Satu per
satu teman – temanku pulang. Kini tinggal aku berdua saja dengan Gina. Kikuk
dan aneh.
15 menit
bersama Gina, terasa lama sekali. Aku tidak tahu harus berkata apa.
Sampai
akhirnya Gina pulang.
Tinggal aku
sendiri.
Kulihat jam
dinding, ternyata sudah jam 9 malam.
Akhirnya aku
memutuskan pulang dari situ. Ketika aku ingin berdiri, secarik kertas jatuh
dari kantung celana ku. Ada tulisan di kertas itu. “Setiap bertemu denganmu,
aku akan jatuh cinta sampai berapa kalipun”, disertai dengan inisial GN.
Aku kaget.
Kaget sekali malah. Seperti tersambar 300 petir.
Beribu tanya
berlarian di pikiranku. Pikiranku kemana – mana. Aku hanya terdiam mematung di
tempat dudukku.
15 menit
25 menit
30 menit
Sampai
akhirnya ada panggilan masuk di handphone.
Aku angkat
HP ku.
“Iya mah.
Papah udah mau pulang nih. Udah selesai reuniannya. 1 jam lagi aku sampe rumah.
Kamu siapin teh manis anget yah kayak biasa”.
Aku menuju
parkiran dan langsung pergi dari tempat itu.
Reuni kali
ini, sungguh berbeda.
No comments:
Post a Comment