Jika ditanya mana yang lebih menarik? Jawabannya adalah hal yang ke-dua.
Saya memang tak pernah bisa menjadi atlet sepakbola profesional. Tapi saya selalu menikmati bermain sepakbola.
Kelas 1 SD. Pertama kali saya bermain sepakbola. Usai sekolah, saya pulang dengan jemputan. Saya yang saat itu paling kecil di mobil jemputan, nurut saja ketika teman-teman satu jemputan saya memutuskan untuk singgah sebentar di rumah Emir, salah satu orang yang juga anggota mobil jemputan tersebut. Setelah minum dan makan cemilan, mereka memutuskan untuk bermain sepakbola.
Arenanya adalah sebuah halaman rumput di rumah Emir, sedangkan bolanya adalah bola tenis. Saya yang ketika itu sama sekali belum pernah main bola, nurut saja ketika disuruh jadi bek. Tugas saya ketika itu: berdiri di dekat kiper dan menendang bola yang datang ke arah saya. Saya sama sekali tak mengerti aturan, tak paham bagaimana bermain sepakbola, benar-benar cuma ikut-ikutan. Tapi ada saat dimana saya menendang bola tenis tadi, tak terlalu keras namun terarah, dan tiba-tiba orang-orang berteriak dan menghampiri saya. Ternyata, itu yang dinamakan gol dan saya yang mencetaknya.
Sejak itu, sepakbola adalah sesuatu yang menarik buat saya.
Hampir seluruh sore masa kecil saya, saya habiskan dengan bermain sepakbola.
Di sebuah gang di komplek, saya menendang bola bersama teman-teman. Saling bertukar operan, mengejar lawan, berbagi kesenangan, begitu bebas sampai lupa waktu.
Saat itu, Adzan Maghrib adalah peluit akhir pertandingan.
Seringkali saya pulang ke rumah dengan kaki bau got dan baju yang dekil.
Di sekolah juga sama. Saat SMP dan SMA hampir tiap hari saya bermain sepakbola. Saat bel akhir berbunyi, secepat kilat saya menuju lapangan. Mengumpulkan beberapa teman dan mulai bermain.
Umur bertambah, teman main bola berubah, tempatnya pun tak sama.
Yang selalu sama adalah sensasi tak tergantikan di dalam diri saya, yang hanya timbul ketika bermain sepakbola. Sensasi ketika mampu menggocek lawan, ketika dengan sukses merebut bola, ketika mampu menghasilkan permainan yang indah dengan rekan 1 tim, atau ketika mampu menciptakan operan yang tak terduga.
Yang paling nikmat adalah ketika berhasil mencetak gol. Apalagi gol yang menentukan kemenangan tim. Perasaan meletup-letup itu takkan ada gantinya. Rasanya lebih nikmat daripada wisuda kelulusan.
Bermain sepakbola mengajarkan banyak hal. Respect adalah ketika menjabat tangan lawan sehabis bermain dan saling mengakui. Kerjasama adalah ketika semua anggota tim melakukan yang terbaik untuk kemenangan tim. Kebersamaan adalah ketika menikmati kemenangan bersama-sama, dan menangisi kekalahan, juga bersama-sama.
Hal-hal seperti itulah yang tidak saya dapatkan pada olahraga lain seperti basket, badminton, atau balap karung. Sensasinya berbeda. Bermain sepakbola memiliki sensasi magis yang takkan pernah bisa disamai oleh olahraga apapun.
Sepakbola adalah "agama" buat saya dan sebagian besar manusia di bumi ini.
Dan seperti juga agama lain yang mewajibkan umatnya untuk melakukan ritual tertentu, pada sepakbola ritualnya adalah dengan memainkannya, entah di lapangan rumput berkelas internasional, lapangan futsal di tengah kota, gang-gang kecil dan sempit, atau tanah kosong tak berpenghuni, dimanapun!
Karena itu, ayo siapkan kaki, kumpulkan teman-teman dengan keinginan yang sama, cari tempat yang asik, dan mulailah bermain.
Selamat menendang, berlari-lari bebas, dan menikmati permainan terindah sejagat raya!