Aku baru sadar, yang ke-5 sebentar lagi tiba.
Waktu memang aneh, dia tiba-tiba melesat cepat, begitu saja.
Meninggalkanku yang terombang-ambing, hampir tak bernyawa.
Saat yang ke-3, saat pertama aku bertemu.
Aku tak terlalu berharap, kubiarkan itu mengalir.
Namun Semesta tak ingin itu sekedar berlalu.
Maka merekatlah rasa itu, erat, kuat, tak hanya mampir.
Rasa itu yang telah lama hilang ditelan bingar.
Aku bahkan hampir tak mengenalinya lagi.
Dia pergi, mungkin karena terlalu sering dicecar.
Denganmu, sayang, rasa itu kembali.
Aku seperti narapidana yang sedang menunggu hukuman mati.
Satu per satu kegelapan, wajah yang pernah kusakiti, mulai menghampiri.
Aku tak bisa berpikir jernih, aku mulai kehilangan daya.
Jika ada kata yang mampu mendeskripsikan hal yang sedang kurasakan sekarang,
aku akan memberikan penemunya apa saja yang ia pinta.
Atau jika ada yang bisa membawaku pergi sejauh-jauhnya dan langsung ke-6,
aku rela melakukan apa saja untuknya.
Aku tak siap menghadapi kamu, yang akan berlalu.
Karena sayang, untuk memiliki rasa itu lagi lalu kehilanganmu,
adalah kehilangan terbesar yang aku rasakan sebagai manusia.
(Sore ini, tiba-tiba ada pesan di YM saya. Ternyata dari seorang sahabat. Ia sedang gundah, dengan segala yang ia hadapi. Maka ia meminta saya untuk menuliskan kisahnya. Karena saya sedang tak ada kesibukan, maka saya penuhi permintaannya. Huehehe...
Ia meminta tulisan dalam bentuk lirik yang nantinya akan ia jadikan lagu. Saya coba bikin, ternyata hasilnya seperti puisi. Hehehehe... sorry yes bro, maklum masih pemula.
Inti tulisan ini adalah..... hmm... apa yah... yaaa gitu lah... Coba aja dibaca abis itu tarik kesimpulan sendiri... Hehehe...
Jadi.... setelah menulis sekitar 2 jam dengan (sok) penuh penghayatan, ditemani kira-kira 5 batang rokok, inilah tulisan yang saya buat untuk Anda bung, semoga suka!)
No comments:
Post a Comment